“ Untuk apa kamu bertanya jika kamu tahu jawabnya, IYA “
Ada
peristiwa yang terjadi 2 minggu yang lalu yang cukup membekas dan jarang
terjadi dalam kehidupan saya. Biasanya saya bisa move on dengan cepat,
namun kali ini dalam 2minggu ada lebih dari 5 kali saya mengulangi
menceritakan hal tersebut kepada para kolega. Dan ini mendapat komentar,
wah kayaknya dalem banget ya mas, sampai anda ngak bisa “move on”
begitu?!. Itu komentar dari kolega saya yang mungkin gerah karena
mendengar complain an saya yang lebih dari 5 kali dengan berbagai sudut
bicaranya.
Intinya, saya sebel dan ngak bisa move on cepet. Mangkel dan masih di pegangin di genggam terus kesal tersebut.
Kita tahu, dalam dunia bisnis itu lingkupnya kecil. Kalau anda bermain
misalnya di dunia pelatihan, maka anda bisa menyebut 10-20 nama trainer
yang memiliki pendapatan bersih 5 milyar setahun. Dan ke 20 orang
tersebut pasti saling kenal. Artinya top triner tersebut saling mengenal
dan menghormati satu dengan lainnya.
Mungkin satu sama lain tak
bersenyawa kimianya, atau tidak kenal benar namun secara garis besar
pasti membentuk aliansi sendiri yang berkumpul dengan kemiripan karakter
atau “passion” yang sama. Di kelompok 20 orang tersebut akan membentuk
dengan sendirinya 3-4 kelompok kecil yang walaupun tidak bergabung
namun bisa terlihat mereka saling memuji. Saling beraliansi.
Di
kelompok lainnya selain yang chemistry nya nyambung tidak pernah di
sebutnya. Misalnya saya deh dalam dunia pelatihan sering memuji pak Yan
Nurindra, kang Asep Hairul Gani, mas Ronny Ronodirdjo, dan banyak
lagi..itu karena saya nyaman dengan mereka. Sehingga kalau orang
menilai, saya memang mahzab mereka (kesannya namun saya akui, iya saya
nyaman dengan mereka).
Misalnya lain lagi, terjadi di dunia
bisnis property. Pemain property atau developer ada puluhan yang besar
tambah yang menengah ada ratusan. Ada yang memuji lippo, ada yang memuji
ciputra, ada yang memuji agung sedayu, ada yang memuji agung podomoro.
Kemiripan karakter dengan anda membuat anda menyukai salah satu, atau
salah dua mogul bisnis property itu. Bahkan pemain menengah dan
developer kecil pun membentuk aliansi. Saling mereferensi mandor,
tukang, bohir, hingga toko material favorit. Bahkan, anda secara tidak
sadar ternyata hanya memberi informasi kepada yang chemistry nya
nyambung dengan anda. Coba anda perhatikan.
Nah, cerita di atas
dimana saya mendadak ngak bisa move on cepat adalah sama seperti cerita
tentang aliansi tidak tertulis di dua contoh di atas. Dalam bisnis yang
saya geluti selama 25 tahun ini pemainnya lebih sedikit lagi. Maka jika
anda 25 tahun di bidang yang sma akan ketemu dengan orang-orang yang
sama. Setidakny beririsan dengan orang yang itu-itu juga.
Disana
pasti ada persepsi tentang anda. Seperti persepsi orang akan saya
misalnya. Pasti ada yang biasa saja, ada yang setuju, ada yang
berlawanan atau tidak suka dengan saya. Itu wajar , itu hal biasa,
common practice. Ngak usah di bawa ke hati.
Jadi, kalau anda
berbisnis lalu ada orang yang mengatakan pak, kenal pak fulan? Maka kita
harus hati-hati. Orang yang bertanya tersebut bisa saja pengagum orang
tersebut atau orang yang berlawanan tidak suka dengan fulan. Maka
jawaban aman kalau kenal katakan. saya kenal, namun kalau di tanya
pendapat, bagaimana pendapat anda akan fulan? Lebih baik anda jawab
netral. Saya belum kenal jauh sih, hanya sebatas kenalan!!
Lebih
baik kita tanya dia balik, kalau anda pendapatnya bagaimana tentang
fulan? Sehingga kita tahu posisinya yang pasti. jangan di teruskan kalau
negative, nanti jadi ghibah bahkan fitnah. Hanyabiar tahu positioning.
Itu saja.
Sewaktu peristiwa 2 minggu yang lalu terjadi dengan
saya adalah, saya punya kartu ace. Yaitu sahabat yang saya anggap
mumpuni, sangat capable dan good person. Sukses dan menjadi public
figure yang membuktikan dirinya berhasil di usia muda memiliki rekam
jejak bisnis hebat.
Kenapa saya sebut kartu ace, karena dia mau
saya jadikan solusi terakhir bisnis saya. Didalam bisnis, karena suatu
dan lain hal, bisnis anda bisa berjalan kalau anda bermitra. Mitra itu
banyak manfaat, bisa mebagi resiko, bisa meningkatkan jualan karena
bertambah networknya, jaringannya. Karena itu saya mau pakai sang kartu
ace ini.
Di salah satu bisnis saya, saya pikir ada baiknya
bermitra dengan dia, sang kartu ace ini. Itu ada di belak saya sejak 3
bulan terakhir hingga akhirnya saya putuskan, Saya pun menelfonya yang
di jawab dengan santun, bisa mas, jam 5 di kantor saya ya, di kuningan.
Ok. Done, jawab saya, sampai ketemu. Sebelum menutup telefon dia
bertanya, maaf mas, bidang apa yang akan kita bicarakan ini?
Yang
saya jawab, iya dunia saya lah, saya khan dari dulu yaitu-itu saja.
Lalu di jawab olehnya, baik kalau begitu, saya kenalin dengan mitra saya
juga, karena dia bisa cepet nyambung dnegan dunia mas wowiek.
Ok, saya jawab cepat.
Keesokan harinya saya menuju kantornya di lantai 16 di sudut jalan
kuningan raya, dimana disambut resepsionis di depan yang mengantar saya
kesebuah ruang meeting kaca yang memberikan view pemandangan ke arah
jalan sudirman. Arah sunset, keren pemandang ruangan tersebut. Sampai
ketika saya perhatikan seseroang yang duduk di ruangan tersebut
sendirian.
Saya terkejut, lah kenapa ada orang ini ya?
Asli
saya terkejut..inikah orang yang akan bertemu dengan saya juga dan si
kartu ace atau dia hanya tamu lainnya? Itu pikiran yang berkecamuk dalam
hati saya.
Sampai sapaan dan senyuman terbuka dari mulutnya, hai
brader wowiek apa kabar? Lama ngak bertemu nih..jadi kita nih yang mau
dikenalin? Yaa..kita mas sudah kenal lama..
Dia nyerocos yang
membuat saya memainkan drama. Wajah saya tersenyum, seluruh body
language saya lincah bergerak, tawa canda kometar basa basi mengalir
keluar dari lidah saya, namun dalam hati kecil saya//ngak salah nih?
Masak sih? Kok dia? Salah kali nih?..
Wah nambah sukses nih si
boss, kalimat ini keluar deras dari mulut saya tanpa jeda. Bojonegoro
sukses ya, selamet ya boss..hebat anda!..
Yang di jawab dengan
tersipu-sipu bangga. Ah, biasa aja, masih merayap, katanya lagi..saya
terus memujinya, ..saya harus belajar nih boss?! Dan, dalam hati saya
dah ngapin sih dia disini? Di mulut saya keluar tetap kalimat basa basi.
selama buat orang senang ya ngak apa-apalah. Dari pada saya jutekin.
Tak lama, sang kartu ace datang membuka pintu dengan pertanyaan, loh sudah kenal toh?
Saya jawab, iya dari tahun 2007 kami bermitra bersama sampai sekarang.
Sama seperti mas dengan dia di bojonegoro, saya mencoba menjelaskan
posisi mitranya yang ternyata posisi kita berdua sama. Saya dan sang
bapak tadi mitra di perusahaan A, bapak tadi dengan kartu ace mitra di
perusahaan B.
Dan saya baru tahu saat itu, saat pertemuan. Dan
sang kartu ace bertanya, jadi apa yang bisa kita sinergi kan mas
kedepan? Khan enak kita sudahs aling kenal begini..
Saya yang
bingung menjelaskan apa yang bercamuk dalam hati saya. saya mau dengan
kartu ace dan tidak mau dengan tuan B di depan saya ini, walaupun saya
ngak ada masalah dengan dia, yang selanjutnya kita sebut dia dengan
sebutan tuan “budi” ini. Namun…dia dikenal sangat notorious, belagu,
sombong, keras kepala, sok tahu, besar omong. Dan itu kata orang dan itu
pesepsi kebanyakan kolega atas image tuan “budi” ini.
Saya tidak bermasalah, kartu ace juga tidak bermasalah.
Saya posisinya bingung, karena siapa yang bermasalah dengan tuan
“budi”, yaitu 2 mitra saya yang di perusahaan yang mau saya mitrakan
dengan kartu ace yang pernah punya masalah dengan tuan budi ini. Sangat
parah, sangat fundamental. Yang kerja siapa, di aku oleh tuan budi ini.
Dan karena sudah tanda tangan kontrak yang didapat oleh mitra saya namun
di laksakan oleh tuan budi ini, tanpa membagi haknya ke mitra saya
membuat kesal mitra saya, dan banyak kejadian sperti ini juga di orang
lain.
Saya tahu kalu saya lapor ada tuan budi ada bersama di kartu ace kepada mitra saya, dia pasti bilang..mundur aja mas!
Saya sendiri kalau di cari cari alas an, tidak nyaman dengan gaya
belagu snop sombongnya.. Dia kalau panggil orang dengan sebut nama, ngak
pakai pak, ngak pakai mas. Bahkan ke yang lebih tua di sebut nama.
Misalnya dia umur 5o tahun, ada temanya umur 60 tahun, disebut nama
saja, misalnya tuan tommy, ya si tommy atau tom, lu khan..gw khan..pakai
bahasa umum, jalanan. Kalau ngomong di ruang meeting suara keras,
mendominasi pembicaraan dan menggoblok-goblokin orang lain.
Otak
saya masih berusaha mencari kenapa kartu ace bisa percaya dia?. Kartu
ace berkata. Saya sudah bermitra dari 2012 ya pak, katanya sembari
menengok ke tuan budi yang diangguk oleh tuan budi. Dia guru saya nih di
dunia ini, kata kartu ace ke tuan budi. Saya sampai bengong dengan
pernyataan itu. Walah..kok bisa ya?
Tak lama tuan budi berkata,
begini mas ace..what?! kata saya dalam hati dia menyebut mas ace?! Saya
geleng-geleng ngak percaya memastikan ini bukan mimpi. “mas”!1…istimewa
sekali!! Yang dilanjutkan kalimat tuan budi, mas ace, “budi” khan kalau
bisnis selalu memahami sisi…, jadi “budi…”, bener loh ”budi” tuh..
Saya sudah tidak bisa dengar cerita tuan budi karena otak saya
“hang”..tuan budi menyebut dirinya “budi” di setiap kalimat keluar dari
dirinya..dan menyebut kata “mas” kepada kartu ace..walah..gubrak
saya..orang ini saya kenal 8 tahun, kami bermitra sangat kental, ngak
pernah begini nih cara ngomongnya..ini buaya, apa aslinya..saya asli
geleng-geleng..ok ok, you are good! Hebat pak budi, hebat tuan budi…dua
tangan saya membungkuk di hadapan tuan budi..dan itu tidak terlihat
karena semua tervisual dalam pikiran saya saja.
Suara lamunan di
kepala saya terpecah, dengan pertnyaan kartu ace, mas, jadi apa nih yang
bisa kita sinergikan. Yang saya jawab..begini mas, ini sudah waktu
magrib, kita sholat dulu, nanti kita lanjutkan karena panjang nih
ceritanya. Lalu di jawab kartu ace, tapi saya sudah ada skedul meeting
lagi setelah magriban, bagaimana dong?.
O gitu, ya boleh kita set another meeting mas? Sekarang kita silaturahmi say hi aja dulu deh..ya ya setuju jawab kartu ace.
Padahal saya mau lari, mau mundur dan tidak mau kalau ada tuan budi.
Intinya kita set waktu lain, bulan depan,,gapapa lah. Namun dia
mengingatkan bahwa tuan budi hadir loh, dia orang yang saya percayai
untuk bisnis bareng mas wowiek.
Jleb!!, berasa di tonjok Manny
paquaio ulu hati saya..siyaaaap, lidah saya terucap. Namun dalam
hati..kok bisa sih? Ngak terima saya! heran saya! gumun saya! bingung
saya!..kartu ace saya hilang, langsung samar-samar impian saya. yang hal
ini saya ceritakan lebih 5 kali dalam 2 minggu ini kehampir semua
kolega saya. dan saya tulis dalam tulisan ini untuk move on, saya ngak
mau bicarakan lagi. ini hanya catatan, yang menunujukan satu
hal…kemampuannya menjadi “bunglon” tuan budi, ribuan kali di atas
kemampuan saya. pak budi champion!! # peace be upon us
Minggu, 29 November 2015
Dan apa sih yang kita bisa sombongkan di hadapan Tuhan?”
dan apa sih yang kita bisa sombongkan di hadapan Tuhan?”
Ini semua di ambil oleh pemerintah china pak? Kami hanya produksi saja terus nanti ada badan pemerintah yang membeli. Demikian seorang china yang bisa berbicara bahasa indonesia cukup lancar walau tidak pernah keindonesia ketika beberapa tahun yang lalu saya belanja toilet di sana menjawab pertanyaan saya.
Jalan hanya 1 jam melewati kota pelabuhan shenzhen. Sampailah kami pada sebuah kota yang semuanya terdiri dari bangunan ruko tiga lantai. Mungkin bukan kota, desa, kecil banget kok . namun Hebatnya adalah desa tersebut memproduksi hal yang sama, yaitu wc toilet. Satu desa, memproduksi barang yang sama tersebut.
Kalau boleh memberikan ilustrasi agar bisa mebayangkan daerah tersebut adalah seperti ini. jajaran ruko berbaris berlapis lurus panjang, semua sama kefungsiannya. Setiap rumah anda akan melihat, Lantai bawah show room, di atasnya tempat produksi dan di atasnya lagi rumah tinggal. Semua sama, semodel hanya produksinya berbeda bentuk. Saya tidak dapat menghitung berapa jumlah ruko atau rumah produksi itu namun kalau 1000 ruko rasanya ada kali.
Hal yang menarik pertama selain produsen toliet bagi saya adalah mereka memanfaatkan ketiga level bangunan tersebut secara utuh, sementara kalau saya inget di tanah air tercinta, bangunan ruko 3 atau 4 lantai kebanyakan ke isi 2 lantai saja, sisanya idle, kosong.
Kembali ke ruko 1000 unit di desa tersebut, bayangkan kalau misalnya satu hari mereka produksi membuat 5-8 unit toilet ada 5000 – 8000 toilet per hari di produksi. Dan kalimat di atas tadi adalah jawaban atas pertanyaan saya.ketika saya bertanya, pak. Ini siapa yang beli produksi toilet nya? jual kemana?
Rupanya ada sejenis “bulog nya china” yang khusus membeli barang produksi dari “small home indsutry” di china. Sehingga mereka hanya fokus di produksi. Urusan jualan diambil oleg bulognya misalnya untuk urusan produksi WC toilet ini. Dan kata mereka, lembaga penyangga badan usaha milik negara perdagangan tersebut ada banyak, ada ratusan. Ada berbagai bidang yang semua di beli oleh pemerintah jika tidak laku atau sebagai badan penyangga produksi.
Bagi saya ini sangat menginspirasi. Bangsa china hanya fokus di produksi, titik. Kalau belum bisa dagang atau menjual maka akan di beli oleh pemerintah dengan harga standar, dan pasti tidak rugi. Namun jika ada pembeli langsung mereka bisa deal langsung. Menjual kepada buyer yang kebanyakan adalah dari negara luar. Pemerintah hadir dalam setiap industri di sana.
Sementara di china dengan 1,2 milyar penduduk. Kalau sekedar 1 daerah menghasil 5000 – 8000 wc toilet , pasti kecil hal itu. Pasti habis tertelan di pasar lokal sendiri. Tapi ide badan penyangga ini membuat semua orang bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka. Tanpa takut produk tidak ada yang ambil.
Pemerintah hadir mengawal hasil rakyat. Yang ternyata setelah saya tanya lebih dalam lagi , pemerintah juga terus mengadakan pelatihan, penyuluhan atas standar produksi. Yang pasti agar produsen dan produksi makin baik, itu tujuannya.
Mata dari badan penyangga tersebut sangat tajam. Mutu produksi yang rendah di bayar di bawah harga pasar, harga pokok. Tapi kalau jelek sama sekali tidak layak ya baru tidak dibeli. Jadi ada standar mutu juga, ada grading juga. Dan itu bagus.
Sekarang mengapa saya ke desa itu? Kenapa saya ke china? Pikiran saya nomor satu adalah saya ingin mutu bintang 5 seperti grohe untuk toilet di hotel saya. Dan pastinya harga ya ngak mau bintang 5. Di sisi lain saya ingin pakai grohe, ntapi harganya muahal buanget. Di banding barang china, Grohe juga produk import. Maka saya ke china, cari bowl toilet, yang mirip grohe, KW1 tentunya ternyata harganya hanya 20%. Hanya keramik bowl dan sejenisnya yang saya beli, sistem alat mechanicnya tetap original alias tetap saya pergunakan grohe yang asli. Saya kawinkan.
Urusan rotating dan pnenumatic tetap menggunakan eropa. Yang statis bolehlah barang china. Dan barang statis biasanya 80% dari sebuah benda oepration khan. Jadi bisa di bayangkan berapa kita berhemat?
Jika di jumlahkan maka harga saya membelinya hanya 40% dari harga publiknya toilet bintang 5 , Grohe tersebut.kalau di lihat secara kasat mata hampir tidak bisa membedakan, kalau dipergunakan ya memang grohe. Untuk 120 unit toilet set khan mending saya import dari china?! namun mutu tetap eropa, plus hemant 60% karena harga 40%, itu sudah dengan ongkos kirim.
Peristiwa inilah yang membuat saya menulis tulisan ini. Dimana saya baru saja mendapat laporan dari progress bisnis hotel kami di cepu. Arra Amandaru cepu yang sudah menginjak tahun ke tiga sekarang. Dengan barang kombinasi WC toilet china german tersebut dan sejauh ini tidak ada keluhan dari pelanggan.
Zero complain adalah sebuah prestasi. Dari sebuah keputusan kontroversi awalnya. Namun mencari harga termurah, mutu terbaik, waktu tercepat adalah seni berbisnis. Grohe KW china tersebut berhasil. “So far so good”. awalnya pasti di tentang , lah memang ngak umum, tapi yang penting di awal saya percaya, hal ini bisa di lakukan, “do able”. Walau hanya intuisi, namun ada logika “common sense” nya juga.
Terlepas dari cara nyleneh dalam pembelian alat toilet tersebut, yang membuat saya selalu teringat adalah dalam hubungannya dengan china tersebut adalah strategi pemerintah yang melakukan “buy back” atas hasil home industry.
Karena tak jauh dari desa tersebut, desa Chaozou kalau tidak salah ada desa yang memproduksi alat pertanian, mesin bajak sawah pakai tangan. Itupun di sangga pemerintah secara harian untuk menampung produksi home industry tersebut.
Badan usaha perdagangan miliki pemerintah tersebut semacam VOC nya belanda dahulu. Tugasnya membeli produksi rakyat dan menjualkan ke market internasional dengan harga bulk, borongan. Walau kenyataanya, kebutuhan lokalnya pun belum bisa terpenuhi. Hal ini membuat kestabilan berbisnis.
Saya suka sekali strategi itu, bukan apa-apa sih sebenarnya. Karena, saya ini merasa, dalam bisnis banyak hal yang rumit dan panjang mata rantainya seperti SDM, bahan baku, material produksi, mutu, distribusi, merek, pemasaran dan penjulan, banyak banget lainnya lagi. Dan itu adalah hanya untuk satu buah produksi. Katakanlah ballpoin saja. Panjang banget dari proses material awal hingga sampai di tangan anda.
Dan, kalau sebagai pebisnis hal itu bisa di kurangi, misalnya penjual dan distribusi di ambil. Maka fokus kita bisa tinggal 60% namun di curahkan perhatian 100%. Ya pasti saja produksinya secara mutu meningkat, atau secara produksi bisa lebih cepat. Ini cara pintar, sementara, di perusahaan yang milik pemerintah tadi, fokusnya hanya berdagang dan distribusi. Persis seperti unilever, hanya menjadi marketing arms saja. Tentu fokus dan kompetitif bisnis jadinya. Ngak kebayang kalau ada lembaga tersebut di Indonesia ya? . # may peace be upon us
Ini semua di ambil oleh pemerintah china pak? Kami hanya produksi saja terus nanti ada badan pemerintah yang membeli. Demikian seorang china yang bisa berbicara bahasa indonesia cukup lancar walau tidak pernah keindonesia ketika beberapa tahun yang lalu saya belanja toilet di sana menjawab pertanyaan saya.
Jalan hanya 1 jam melewati kota pelabuhan shenzhen. Sampailah kami pada sebuah kota yang semuanya terdiri dari bangunan ruko tiga lantai. Mungkin bukan kota, desa, kecil banget kok . namun Hebatnya adalah desa tersebut memproduksi hal yang sama, yaitu wc toilet. Satu desa, memproduksi barang yang sama tersebut.
Kalau boleh memberikan ilustrasi agar bisa mebayangkan daerah tersebut adalah seperti ini. jajaran ruko berbaris berlapis lurus panjang, semua sama kefungsiannya. Setiap rumah anda akan melihat, Lantai bawah show room, di atasnya tempat produksi dan di atasnya lagi rumah tinggal. Semua sama, semodel hanya produksinya berbeda bentuk. Saya tidak dapat menghitung berapa jumlah ruko atau rumah produksi itu namun kalau 1000 ruko rasanya ada kali.
Hal yang menarik pertama selain produsen toliet bagi saya adalah mereka memanfaatkan ketiga level bangunan tersebut secara utuh, sementara kalau saya inget di tanah air tercinta, bangunan ruko 3 atau 4 lantai kebanyakan ke isi 2 lantai saja, sisanya idle, kosong.
Kembali ke ruko 1000 unit di desa tersebut, bayangkan kalau misalnya satu hari mereka produksi membuat 5-8 unit toilet ada 5000 – 8000 toilet per hari di produksi. Dan kalimat di atas tadi adalah jawaban atas pertanyaan saya.ketika saya bertanya, pak. Ini siapa yang beli produksi toilet nya? jual kemana?
Rupanya ada sejenis “bulog nya china” yang khusus membeli barang produksi dari “small home indsutry” di china. Sehingga mereka hanya fokus di produksi. Urusan jualan diambil oleg bulognya misalnya untuk urusan produksi WC toilet ini. Dan kata mereka, lembaga penyangga badan usaha milik negara perdagangan tersebut ada banyak, ada ratusan. Ada berbagai bidang yang semua di beli oleh pemerintah jika tidak laku atau sebagai badan penyangga produksi.
Bagi saya ini sangat menginspirasi. Bangsa china hanya fokus di produksi, titik. Kalau belum bisa dagang atau menjual maka akan di beli oleh pemerintah dengan harga standar, dan pasti tidak rugi. Namun jika ada pembeli langsung mereka bisa deal langsung. Menjual kepada buyer yang kebanyakan adalah dari negara luar. Pemerintah hadir dalam setiap industri di sana.
Sementara di china dengan 1,2 milyar penduduk. Kalau sekedar 1 daerah menghasil 5000 – 8000 wc toilet , pasti kecil hal itu. Pasti habis tertelan di pasar lokal sendiri. Tapi ide badan penyangga ini membuat semua orang bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka. Tanpa takut produk tidak ada yang ambil.
Pemerintah hadir mengawal hasil rakyat. Yang ternyata setelah saya tanya lebih dalam lagi , pemerintah juga terus mengadakan pelatihan, penyuluhan atas standar produksi. Yang pasti agar produsen dan produksi makin baik, itu tujuannya.
Mata dari badan penyangga tersebut sangat tajam. Mutu produksi yang rendah di bayar di bawah harga pasar, harga pokok. Tapi kalau jelek sama sekali tidak layak ya baru tidak dibeli. Jadi ada standar mutu juga, ada grading juga. Dan itu bagus.
Sekarang mengapa saya ke desa itu? Kenapa saya ke china? Pikiran saya nomor satu adalah saya ingin mutu bintang 5 seperti grohe untuk toilet di hotel saya. Dan pastinya harga ya ngak mau bintang 5. Di sisi lain saya ingin pakai grohe, ntapi harganya muahal buanget. Di banding barang china, Grohe juga produk import. Maka saya ke china, cari bowl toilet, yang mirip grohe, KW1 tentunya ternyata harganya hanya 20%. Hanya keramik bowl dan sejenisnya yang saya beli, sistem alat mechanicnya tetap original alias tetap saya pergunakan grohe yang asli. Saya kawinkan.
Urusan rotating dan pnenumatic tetap menggunakan eropa. Yang statis bolehlah barang china. Dan barang statis biasanya 80% dari sebuah benda oepration khan. Jadi bisa di bayangkan berapa kita berhemat?
Jika di jumlahkan maka harga saya membelinya hanya 40% dari harga publiknya toilet bintang 5 , Grohe tersebut.kalau di lihat secara kasat mata hampir tidak bisa membedakan, kalau dipergunakan ya memang grohe. Untuk 120 unit toilet set khan mending saya import dari china?! namun mutu tetap eropa, plus hemant 60% karena harga 40%, itu sudah dengan ongkos kirim.
Peristiwa inilah yang membuat saya menulis tulisan ini. Dimana saya baru saja mendapat laporan dari progress bisnis hotel kami di cepu. Arra Amandaru cepu yang sudah menginjak tahun ke tiga sekarang. Dengan barang kombinasi WC toilet china german tersebut dan sejauh ini tidak ada keluhan dari pelanggan.
Zero complain adalah sebuah prestasi. Dari sebuah keputusan kontroversi awalnya. Namun mencari harga termurah, mutu terbaik, waktu tercepat adalah seni berbisnis. Grohe KW china tersebut berhasil. “So far so good”. awalnya pasti di tentang , lah memang ngak umum, tapi yang penting di awal saya percaya, hal ini bisa di lakukan, “do able”. Walau hanya intuisi, namun ada logika “common sense” nya juga.
Terlepas dari cara nyleneh dalam pembelian alat toilet tersebut, yang membuat saya selalu teringat adalah dalam hubungannya dengan china tersebut adalah strategi pemerintah yang melakukan “buy back” atas hasil home industry.
Karena tak jauh dari desa tersebut, desa Chaozou kalau tidak salah ada desa yang memproduksi alat pertanian, mesin bajak sawah pakai tangan. Itupun di sangga pemerintah secara harian untuk menampung produksi home industry tersebut.
Badan usaha perdagangan miliki pemerintah tersebut semacam VOC nya belanda dahulu. Tugasnya membeli produksi rakyat dan menjualkan ke market internasional dengan harga bulk, borongan. Walau kenyataanya, kebutuhan lokalnya pun belum bisa terpenuhi. Hal ini membuat kestabilan berbisnis.
Saya suka sekali strategi itu, bukan apa-apa sih sebenarnya. Karena, saya ini merasa, dalam bisnis banyak hal yang rumit dan panjang mata rantainya seperti SDM, bahan baku, material produksi, mutu, distribusi, merek, pemasaran dan penjulan, banyak banget lainnya lagi. Dan itu adalah hanya untuk satu buah produksi. Katakanlah ballpoin saja. Panjang banget dari proses material awal hingga sampai di tangan anda.
Dan, kalau sebagai pebisnis hal itu bisa di kurangi, misalnya penjual dan distribusi di ambil. Maka fokus kita bisa tinggal 60% namun di curahkan perhatian 100%. Ya pasti saja produksinya secara mutu meningkat, atau secara produksi bisa lebih cepat. Ini cara pintar, sementara, di perusahaan yang milik pemerintah tadi, fokusnya hanya berdagang dan distribusi. Persis seperti unilever, hanya menjadi marketing arms saja. Tentu fokus dan kompetitif bisnis jadinya. Ngak kebayang kalau ada lembaga tersebut di Indonesia ya? . # may peace be upon us
Selasa, 24 November 2015
“Man for himself is nothing”
“Man for himself is nothing”
Melelahkan memang menjadi self employee itu ya mas? Saya sudah menjadi pengusaha 8 tahun, namun pendapatan saya masih sama saja dengan mereka yang bekerja sebagai pegawai atau professional. Kalimat ini saya dengar dalam pertemuan tidak sengaja kemarin siang selagi menunggu di lobby hotel di bilangan Jakarta selatan.
Kebetulan saya kemarin ada janji ketemu dengan pejabat birokrat ESDM yang juga teman kampus dulu. Bidang kami beda, bahkan tidak beririsan. Jadi pertemuan ini hanya pertemuan silturahmi biasa. Salah satunya adalah karena sudah 1 tahun tidak bersua.
Janjian di hotel baru di ujung jalan senayan ini malah mempertemukan saya dengan seorang pengusaha training provider atau lebih di kenal dengan seorang trainer untuk korporasi kenalan lama saya. selagi menunggu sahabat ESDM tersebut sang trainer berkomentar pernyataan di atas.
Itu bukan kalimat ujug-ujug dia berkata begitu tentunya, saling sapa, dan menanya kabar serta gambaran pejalanan singkat kami berdua selama tidak bertemu 2 tahun terakhir kami sudah saling mengabari di awal pembicaraan.
Saya menjawab, waduh saya ngak bisa komentar banyak ya mas. Memang bisnis pelatihan lagi turun ya mas?
Bukan, bahkan sebaliknya, bisnis pelatihan stabil dan statistiknya naik. Hanya saja itu loh mas..kompetitor itu menjual produk sejenis dengan saya saat ini menjadi banyak. Hanya beda judul saja. Isi di kelas atau dalam workshop nya sama ilmunya. Kami ini seakan-akan menjual 1 ilmu tinggal di tambah dan di kurangi, di modifikasi, sudah deh jualan ke korporasi. Inilah yang membingungkan pasar. Efeknya pendapatan saya tidak pernah benar-benar take off mas.
Ujung dari hal itu saya harus invest lagi ke ilmu baru. Ujung dari itu adalah saya keluar lagi capital, ujung-ujungnya cash selalu tipis. Sehingga saya saat ini mencari ide baru. Nah kebetulan ada mas wowiek, ya saya curhat aja deh sekalian hahaha ..katanya sambil tergelak tawa.
Mas lelah dengan aktif income? Saya mencoba menyimpulkan curhatan-nya tersebut.
Iya mas!, itu mungkin kata yang saya harus garis bawahi dari pada muter-muter bicara. Intinya saya mendapat income harus dengan aktif bergerak. Dan saya mulai kelelahan. Seperti saya kecebur di air dan saya mengambang dengan berenang walau ada life jacket dan lain sebagainya namun saya tidak melihat daratan sejauh mata memandang dan mulai kelelahan. Saya bisa mati tenggelam mas.
Wah, mas dalem amat analoginya deh, kata saya menangkis jawaban gambaran bayangan kicauannya yang kejauhan bagi saya.
Memang sahabat saya yang trainer ini memiliki kesukaan akan berbicara, alias termasuk orang yang senang mendengarkan ucapannya sendiri. jadi seneng ngomong lah bahasa lainnya.
kalau melihat karakter sahabat saya ini, memang tukang ngomong. Jadi kalimat saya hanya satu dua baris. Dia kalau bicara rinci panjang . itulah terkadang kalau bicara dengan nya tidak pernah sebentar. Seperti pernyataan di atas saja, mau bilang dia cape dengan pola pilihan incomenya menjadi trainer, di puter-puter ngomongnya dengan niatan agar orang di depannya, dalam hal ini saya, supaya faham akan maksud biacaranya dan tidak mengangggap dia rendah, atau salah.
Dalam hati, siapa yang akan menyalahkannya ya? Hehe..atau siapa juga yang akan merendahkannya. Tapi membenarkannya atau membenarkan pilihannya adalah tidak tepat juga. Bener loh, kalau saya membenarkan dirinya artinya menyetujui apa yang dilakukannya, dia tidak akan berubah. Dia akan terus kelelahan dan menjadi fatiq.
Pilihan saya , tidak membenarkan dan tidak menyalahkan. Pada dasarnya manusia itu mahluk super. Manusia itu co creator to God. Wakil pencipta. Di antara milyaran spicies. Species homosapien manusia itu yang paling memiliki kedaulatan tertinggi.
Kalau anda membayangkan anda adalah species lain seperti semut atau kupu-kupu, maka melihat species manusia itu bagaikan melihat dewa. Demi God, setengah Tuhan. Percayalah. Bagi species lainya, manusia itu di takuti, kejam, sadis, egois, bahkan sesama species saja saling makan, mengkafirkan yang lainnya, menghalangi ibadah lainya, memaksakan keyakinan, memaki, membunuh, menyakiti, apa lagi kepada species lainya. Ngak perduli!
Jadi, kembali kecerita curhatan sahabat saya. saya memilih menjadi pendengar yang baik dan bertanya saja. Saya yakin dia tahu apa solusi dirinya.
Saya bertanya, mas, tau “trend” diri mas?
Trend apa mas wowiek? Dia balik bertanya
Trend kecenderungan diri mas dalam bertindak?
Wah belum jelas pertanyaan mas wowiek nih, dia masih bungung pertanyaan saya.
Begini mas, saya kasih ilustrasi saja. Sebutkan 3 peristiwa yang lalu dalam kehidupan mas, yang paling krisis. Paling berat. Misalnya pernah di PHK, pernah bangkrut, pernah di tipu, pernah di tinggal orang yangmenjadi penyokong anda, misalnya ayah anda. Apapun krisis yang pernah terjadi dalam kehiudpan mas.
O ok, faham saya. saya ambil kertas sebentar. Boleh saya coret-coret ya mas.
Oh monggo, saya jawab cepat
Dia menunduk dan menulis dengan cepat ketiga hal tersbeut.
Terus mas? Tanya dia kepada saya lagi.
Nah, sekarang coba ingat-ingat apa solusi dan tidakan mas ambil saat itu. Ada apa hasilnya?
Dia diam membayangkan masa lalu nya tersebut. Melihat matanya yang menunduk kearah sisi kiri tubuhnya semua sahabat pasti tahu arti bahas atubuh tersebut yaitu dia lagi “memorizing” mengingat peristiwanya. Dan di kondisi ini kita sebaiknya tidak komentar. Diam
Kemudian tanpa suara dia menatap saya. matanya menunjukan dia memerlukan data tambahan. Dan saya komentar, dalam menemukan masalah sebelum mas bertidak di masa lalu apa kebiasaanya? Mas menujukn kesalahan kepada sekitar, teman mas, pemerintah, harga, dan lain sebagainya. Dan dalam bertindak mas pasti sesuai dengan analisa mas akan “akar masalah”. Dan hasil dari tindakan mas lakukan dulu adalah “trend” nya mas. Kecenderungan nya mas.
Apakah hasilnya? blangsak di kemudiannya, atau hasilnya biasa saja, atau hasil keputusan tindakan tersebut cemerlang. Glory?!. Saya ngak tahu mas..tapi itu “trend” nya mas.
Dalam “trend” tadi inilah yang menentukan cara mas melihat kasus barusan yang mas curhatkan kesaya. Maaf loh mas saya ngak menggurui. Anda trainer, anda punya banyak ilmu. Saya hanya kebetulan anda pakai untuk mengingatkan dari sisi lain melihat masalah. Dia hanya mengangguk dan karena mata nya kembali turun ke sisi kiri tubuhnya. Dan tangan nya menulis di kertas yang walau terbalik melihat dari sisi saya. saya masih bisa tahu dia menuliskan “do I know my trend”. # may peace be upon us
Melelahkan memang menjadi self employee itu ya mas? Saya sudah menjadi pengusaha 8 tahun, namun pendapatan saya masih sama saja dengan mereka yang bekerja sebagai pegawai atau professional. Kalimat ini saya dengar dalam pertemuan tidak sengaja kemarin siang selagi menunggu di lobby hotel di bilangan Jakarta selatan.
Kebetulan saya kemarin ada janji ketemu dengan pejabat birokrat ESDM yang juga teman kampus dulu. Bidang kami beda, bahkan tidak beririsan. Jadi pertemuan ini hanya pertemuan silturahmi biasa. Salah satunya adalah karena sudah 1 tahun tidak bersua.
Janjian di hotel baru di ujung jalan senayan ini malah mempertemukan saya dengan seorang pengusaha training provider atau lebih di kenal dengan seorang trainer untuk korporasi kenalan lama saya. selagi menunggu sahabat ESDM tersebut sang trainer berkomentar pernyataan di atas.
Itu bukan kalimat ujug-ujug dia berkata begitu tentunya, saling sapa, dan menanya kabar serta gambaran pejalanan singkat kami berdua selama tidak bertemu 2 tahun terakhir kami sudah saling mengabari di awal pembicaraan.
Saya menjawab, waduh saya ngak bisa komentar banyak ya mas. Memang bisnis pelatihan lagi turun ya mas?
Bukan, bahkan sebaliknya, bisnis pelatihan stabil dan statistiknya naik. Hanya saja itu loh mas..kompetitor itu menjual produk sejenis dengan saya saat ini menjadi banyak. Hanya beda judul saja. Isi di kelas atau dalam workshop nya sama ilmunya. Kami ini seakan-akan menjual 1 ilmu tinggal di tambah dan di kurangi, di modifikasi, sudah deh jualan ke korporasi. Inilah yang membingungkan pasar. Efeknya pendapatan saya tidak pernah benar-benar take off mas.
Ujung dari hal itu saya harus invest lagi ke ilmu baru. Ujung dari itu adalah saya keluar lagi capital, ujung-ujungnya cash selalu tipis. Sehingga saya saat ini mencari ide baru. Nah kebetulan ada mas wowiek, ya saya curhat aja deh sekalian hahaha ..katanya sambil tergelak tawa.
Mas lelah dengan aktif income? Saya mencoba menyimpulkan curhatan-nya tersebut.
Iya mas!, itu mungkin kata yang saya harus garis bawahi dari pada muter-muter bicara. Intinya saya mendapat income harus dengan aktif bergerak. Dan saya mulai kelelahan. Seperti saya kecebur di air dan saya mengambang dengan berenang walau ada life jacket dan lain sebagainya namun saya tidak melihat daratan sejauh mata memandang dan mulai kelelahan. Saya bisa mati tenggelam mas.
Wah, mas dalem amat analoginya deh, kata saya menangkis jawaban gambaran bayangan kicauannya yang kejauhan bagi saya.
Memang sahabat saya yang trainer ini memiliki kesukaan akan berbicara, alias termasuk orang yang senang mendengarkan ucapannya sendiri. jadi seneng ngomong lah bahasa lainnya.
kalau melihat karakter sahabat saya ini, memang tukang ngomong. Jadi kalimat saya hanya satu dua baris. Dia kalau bicara rinci panjang . itulah terkadang kalau bicara dengan nya tidak pernah sebentar. Seperti pernyataan di atas saja, mau bilang dia cape dengan pola pilihan incomenya menjadi trainer, di puter-puter ngomongnya dengan niatan agar orang di depannya, dalam hal ini saya, supaya faham akan maksud biacaranya dan tidak mengangggap dia rendah, atau salah.
Dalam hati, siapa yang akan menyalahkannya ya? Hehe..atau siapa juga yang akan merendahkannya. Tapi membenarkannya atau membenarkan pilihannya adalah tidak tepat juga. Bener loh, kalau saya membenarkan dirinya artinya menyetujui apa yang dilakukannya, dia tidak akan berubah. Dia akan terus kelelahan dan menjadi fatiq.
Pilihan saya , tidak membenarkan dan tidak menyalahkan. Pada dasarnya manusia itu mahluk super. Manusia itu co creator to God. Wakil pencipta. Di antara milyaran spicies. Species homosapien manusia itu yang paling memiliki kedaulatan tertinggi.
Kalau anda membayangkan anda adalah species lain seperti semut atau kupu-kupu, maka melihat species manusia itu bagaikan melihat dewa. Demi God, setengah Tuhan. Percayalah. Bagi species lainya, manusia itu di takuti, kejam, sadis, egois, bahkan sesama species saja saling makan, mengkafirkan yang lainnya, menghalangi ibadah lainya, memaksakan keyakinan, memaki, membunuh, menyakiti, apa lagi kepada species lainya. Ngak perduli!
Jadi, kembali kecerita curhatan sahabat saya. saya memilih menjadi pendengar yang baik dan bertanya saja. Saya yakin dia tahu apa solusi dirinya.
Saya bertanya, mas, tau “trend” diri mas?
Trend apa mas wowiek? Dia balik bertanya
Trend kecenderungan diri mas dalam bertindak?
Wah belum jelas pertanyaan mas wowiek nih, dia masih bungung pertanyaan saya.
Begini mas, saya kasih ilustrasi saja. Sebutkan 3 peristiwa yang lalu dalam kehidupan mas, yang paling krisis. Paling berat. Misalnya pernah di PHK, pernah bangkrut, pernah di tipu, pernah di tinggal orang yangmenjadi penyokong anda, misalnya ayah anda. Apapun krisis yang pernah terjadi dalam kehiudpan mas.
O ok, faham saya. saya ambil kertas sebentar. Boleh saya coret-coret ya mas.
Oh monggo, saya jawab cepat
Dia menunduk dan menulis dengan cepat ketiga hal tersbeut.
Terus mas? Tanya dia kepada saya lagi.
Nah, sekarang coba ingat-ingat apa solusi dan tidakan mas ambil saat itu. Ada apa hasilnya?
Dia diam membayangkan masa lalu nya tersebut. Melihat matanya yang menunduk kearah sisi kiri tubuhnya semua sahabat pasti tahu arti bahas atubuh tersebut yaitu dia lagi “memorizing” mengingat peristiwanya. Dan di kondisi ini kita sebaiknya tidak komentar. Diam
Kemudian tanpa suara dia menatap saya. matanya menunjukan dia memerlukan data tambahan. Dan saya komentar, dalam menemukan masalah sebelum mas bertidak di masa lalu apa kebiasaanya? Mas menujukn kesalahan kepada sekitar, teman mas, pemerintah, harga, dan lain sebagainya. Dan dalam bertindak mas pasti sesuai dengan analisa mas akan “akar masalah”. Dan hasil dari tindakan mas lakukan dulu adalah “trend” nya mas. Kecenderungan nya mas.
Apakah hasilnya? blangsak di kemudiannya, atau hasilnya biasa saja, atau hasil keputusan tindakan tersebut cemerlang. Glory?!. Saya ngak tahu mas..tapi itu “trend” nya mas.
Dalam “trend” tadi inilah yang menentukan cara mas melihat kasus barusan yang mas curhatkan kesaya. Maaf loh mas saya ngak menggurui. Anda trainer, anda punya banyak ilmu. Saya hanya kebetulan anda pakai untuk mengingatkan dari sisi lain melihat masalah. Dia hanya mengangguk dan karena mata nya kembali turun ke sisi kiri tubuhnya. Dan tangan nya menulis di kertas yang walau terbalik melihat dari sisi saya. saya masih bisa tahu dia menuliskan “do I know my trend”. # may peace be upon us
“Setiap orang punya kebiasaan”
“Setiap orang punya kebiasaan”
Mas, apa kabar? Mohon waktu wawancara? Seorang sahabat wartawan senior Koran nasional meminta waktu saya via sms pagi ini. Saya balas peasan singkatnya , hai mas, kabar baik..wawancara via telephon khan ya? Maklum jadwal agak padat minggu ini.
Iya mas., di jawab singkat. Bisa sekarang?
Tak lama telephon berdering, assalamu’alikum mas, selamat ya..dari 2011 konsisten mepromosikan hate speech akhirnya dibuat surat edaran Kapolri juga.
Terima kasih, tapi saya bukan yang meng-goal kan wacana itu khan? Saya hanya tiap ngomong dalam penanggulangan tindakan kekerasan kelompok dan terorisme maka hate speech harus di terapkan. Saya menarget perkataan, perbuatan yang mempengaruhi public, bukan individualis, bener khan? Dan..saya ucapkan terima kasih rekan-rekan media yang menulis dan menyampaikan kemasyrakat akan hal itu.
Di jawab di ujung telpon, ya mas, sami-sami..tapi boleh lah mas yang berkata demikian bahwa bukan mas yang meng goalkan tapi kami wartawan semua tahu mas mardigu yang meng-inisasi ide ini. Lihat aja google. Ketik hate speech mardigu, atau mardigu hatred speech. Dari tahun 2011, 2012, 2013, 2014 semua nama mas yang masuk di semua media. Dari media mainstream sampai media alternative, nama mas mardigu yang yang muncul, bahkan satu-satunya sebelum sekarang meledak pemberitaannya.
Saya jawab,iya mas, maklum 5 tahun sayabantu-bantu membersihkan kekerasan atas nama teroris dari 2006-20011 cape juga. Masalahnya provokator penghasut kebencian ngak kena pasal kuat. Kalau di tambah pasal penghasut dan penebar kebencian khan lebih mudah menegakan aturan membasmi teroris di Indonesia. Ngak lebih dari itu nitan awalnya.
Kebebasan bicara itu boleh dan hak semua orang. Namun belahan bumi mana pun, bahkan di ajaran agama manapun, menghasut, menimbulkan kebencian, harus kena ganjaran setimpal. Alhmdulliah sekarang polisi sudah menerapkan. Pasal ada di berbagai lembar hukum. Mau pidana atau perdata atau Undang undang. Sekarang ini lagi “enforce” di tegakkan dan dijalankan, itu baik.
Di ujung telpon bertanya, tapi banyak yang mengatakan ini bisa dipakai buat membungkam kritikan kepemerintah? Ini bisa dipakai alat kekuasaan mengatur bicara? Karena kebencian bisa melebar artinya.
Saya jawab, mas, dalil apa saja bisa di pakai oleh siapapun tanpa pasal hate speech kok. Bagi saya ngak usah di takutkan. Hanya perlu di klarifikasi kegunaannya. Saat ini pendapat akan hate speech beragam, ada setuju atau tidak setuju. Tapi kalau mas tahu apa yang penegak hukum kerjakan, banyak akar masalah berawal dari perbuatan menghasut ini. Membenci itu kalau di ucapkan (speech) berefek hasutan negative. “Mengajak kekeburukan” itu hate speech. Pakai hati aja menilainya di tambah sedikit saja logika kita faham kok. Atau bahasa lain pakai kesadaran consciousness. Gampang memilih dan melihat mana yang bisa “diperkarakan” mana yang tidak.
Tapi mas, saya melanjutkan, saya bukan pakar hukum. Saya ngak juga jago debat. Saya hanya menginisiasi hate speech selama 4 tahun ini, mungkin itu juga loh (kayaknya bukan saya saja deh). Saya hanya melihat “succses story” banyak negara yang berhasil menanggulangi terorisme di negara mereka, seperti Negara di eropa, amerika latin, Canada, Australia, jepang, korea, dan lebih dari 70 negara sudah semua menerapkan pasal hate speech ini. Bagi saya, kenapa “reinventing the wheel” kenapa mesti repot-repot menciptakan roda lagi. Khan sudah ada contoh, banyak, sudah lama dan terbukti efektif.
O iya, wawancara kita mengenai hate speech mas? Saya bertanya setelah penjelasan sedikit panjang tadi yang saya ngak ingin meneruskannya. Maklum bukan pakarnya.
Bukan mas, mengenai bela Negara!, jurnalis sahabat saya menjawab
Waduh, kenapa lagi mas? Saya curious
Mas khan termasuk yang mendukung juga yang menginisiasi bela Negara ini dan posisi mas sekarang juga sangat strategis, kami ingin tahu sedikit informasi bela Negara tersebut mas.
Saya coba menjelaskan, Mas, bela Negara itu baru di gulirkan. Namun banyak juga beragam tanggapan. Ngak apa-apa wajar kok, bahkan ada yang tidak setuju. Keras menentang. Ya tidak apa-apa juga. Ada yang tanya bagaimana menerapkannya?, bagaimana undang-undang bela negaranya? Anggarannya dari mana? Ada sura menentang di DPR, ada di pemerintahan sekarang ikut gamang. Dan banyak lagi suara lainya dalam instrument masyrarakat, suara baik mendukung banyak yang menentang atau miring kiri dan miring kanan.
Bagi saya ini hanya efek getar mas. Salah satu nya bela Negara ini adalah memberikan efek gentar.
Maksudnya bagaimana mas? Sahabat saya menanyakan lebih dalam lagi.
Saya menerangkan, Mas bisa tanya teman-teman di Wantanas, bisa tanya temen-temen di BIN atau di Kemhan, ada berapa telepon dari Negara tetangga, atau surat atau pertanyaan dari pejabat di banyak Negara yang bertanya..Indonesia mau apa? menaikan kan anggaran militer dan mempromosikan bela Negara. Bisa-bisa 10 tahun kedepan ada 100 juta kader. Walau pun bukan militer taktis, namun mereka memiliki disiplin komando. Menjadi fanatic dan nasionalis.
Negara mana yang ngak gentar akan rencana bela Negara ini mas?!
Begitu rasa nasionalis tercipta maka bangsa Indonesia cinta dan fanatik membeli produk local, Indonesia berhenti mengimport unsur asing. Bisa banyak Negara di rugikan dagangnya dengan efek bela Negara ini di 10 tahun kedepan mas.
Inilah yang saya sebut dengan efek gentar bagi bangsa lain tentunya. Nah mereka yang tidak setuju atau menentang atau menghalangi program bela Negara ini sekarang yang saya mau tanyakan nasionalismenya. Mau saya pertanyakan kemana rasa terima kasih atas pengorbanan jutaan pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia ini.
Saya jeda sebentar bicara karena mendadak hening di sisi ujung telephon..mas? saya bertanya memastikan ada orang diujung telefon saya. ntar saya bicara dengan angin lagi hehehe # may peace be upon us
Mas, apa kabar? Mohon waktu wawancara? Seorang sahabat wartawan senior Koran nasional meminta waktu saya via sms pagi ini. Saya balas peasan singkatnya , hai mas, kabar baik..wawancara via telephon khan ya? Maklum jadwal agak padat minggu ini.
Iya mas., di jawab singkat. Bisa sekarang?
Tak lama telephon berdering, assalamu’alikum mas, selamat ya..dari 2011 konsisten mepromosikan hate speech akhirnya dibuat surat edaran Kapolri juga.
Terima kasih, tapi saya bukan yang meng-goal kan wacana itu khan? Saya hanya tiap ngomong dalam penanggulangan tindakan kekerasan kelompok dan terorisme maka hate speech harus di terapkan. Saya menarget perkataan, perbuatan yang mempengaruhi public, bukan individualis, bener khan? Dan..saya ucapkan terima kasih rekan-rekan media yang menulis dan menyampaikan kemasyrakat akan hal itu.
Di jawab di ujung telpon, ya mas, sami-sami..tapi boleh lah mas yang berkata demikian bahwa bukan mas yang meng goalkan tapi kami wartawan semua tahu mas mardigu yang meng-inisasi ide ini. Lihat aja google. Ketik hate speech mardigu, atau mardigu hatred speech. Dari tahun 2011, 2012, 2013, 2014 semua nama mas yang masuk di semua media. Dari media mainstream sampai media alternative, nama mas mardigu yang yang muncul, bahkan satu-satunya sebelum sekarang meledak pemberitaannya.
Saya jawab,iya mas, maklum 5 tahun sayabantu-bantu membersihkan kekerasan atas nama teroris dari 2006-20011 cape juga. Masalahnya provokator penghasut kebencian ngak kena pasal kuat. Kalau di tambah pasal penghasut dan penebar kebencian khan lebih mudah menegakan aturan membasmi teroris di Indonesia. Ngak lebih dari itu nitan awalnya.
Kebebasan bicara itu boleh dan hak semua orang. Namun belahan bumi mana pun, bahkan di ajaran agama manapun, menghasut, menimbulkan kebencian, harus kena ganjaran setimpal. Alhmdulliah sekarang polisi sudah menerapkan. Pasal ada di berbagai lembar hukum. Mau pidana atau perdata atau Undang undang. Sekarang ini lagi “enforce” di tegakkan dan dijalankan, itu baik.
Di ujung telpon bertanya, tapi banyak yang mengatakan ini bisa dipakai buat membungkam kritikan kepemerintah? Ini bisa dipakai alat kekuasaan mengatur bicara? Karena kebencian bisa melebar artinya.
Saya jawab, mas, dalil apa saja bisa di pakai oleh siapapun tanpa pasal hate speech kok. Bagi saya ngak usah di takutkan. Hanya perlu di klarifikasi kegunaannya. Saat ini pendapat akan hate speech beragam, ada setuju atau tidak setuju. Tapi kalau mas tahu apa yang penegak hukum kerjakan, banyak akar masalah berawal dari perbuatan menghasut ini. Membenci itu kalau di ucapkan (speech) berefek hasutan negative. “Mengajak kekeburukan” itu hate speech. Pakai hati aja menilainya di tambah sedikit saja logika kita faham kok. Atau bahasa lain pakai kesadaran consciousness. Gampang memilih dan melihat mana yang bisa “diperkarakan” mana yang tidak.
Tapi mas, saya melanjutkan, saya bukan pakar hukum. Saya ngak juga jago debat. Saya hanya menginisiasi hate speech selama 4 tahun ini, mungkin itu juga loh (kayaknya bukan saya saja deh). Saya hanya melihat “succses story” banyak negara yang berhasil menanggulangi terorisme di negara mereka, seperti Negara di eropa, amerika latin, Canada, Australia, jepang, korea, dan lebih dari 70 negara sudah semua menerapkan pasal hate speech ini. Bagi saya, kenapa “reinventing the wheel” kenapa mesti repot-repot menciptakan roda lagi. Khan sudah ada contoh, banyak, sudah lama dan terbukti efektif.
O iya, wawancara kita mengenai hate speech mas? Saya bertanya setelah penjelasan sedikit panjang tadi yang saya ngak ingin meneruskannya. Maklum bukan pakarnya.
Bukan mas, mengenai bela Negara!, jurnalis sahabat saya menjawab
Waduh, kenapa lagi mas? Saya curious
Mas khan termasuk yang mendukung juga yang menginisiasi bela Negara ini dan posisi mas sekarang juga sangat strategis, kami ingin tahu sedikit informasi bela Negara tersebut mas.
Saya coba menjelaskan, Mas, bela Negara itu baru di gulirkan. Namun banyak juga beragam tanggapan. Ngak apa-apa wajar kok, bahkan ada yang tidak setuju. Keras menentang. Ya tidak apa-apa juga. Ada yang tanya bagaimana menerapkannya?, bagaimana undang-undang bela negaranya? Anggarannya dari mana? Ada sura menentang di DPR, ada di pemerintahan sekarang ikut gamang. Dan banyak lagi suara lainya dalam instrument masyrarakat, suara baik mendukung banyak yang menentang atau miring kiri dan miring kanan.
Bagi saya ini hanya efek getar mas. Salah satu nya bela Negara ini adalah memberikan efek gentar.
Maksudnya bagaimana mas? Sahabat saya menanyakan lebih dalam lagi.
Saya menerangkan, Mas bisa tanya teman-teman di Wantanas, bisa tanya temen-temen di BIN atau di Kemhan, ada berapa telepon dari Negara tetangga, atau surat atau pertanyaan dari pejabat di banyak Negara yang bertanya..Indonesia mau apa? menaikan kan anggaran militer dan mempromosikan bela Negara. Bisa-bisa 10 tahun kedepan ada 100 juta kader. Walau pun bukan militer taktis, namun mereka memiliki disiplin komando. Menjadi fanatic dan nasionalis.
Negara mana yang ngak gentar akan rencana bela Negara ini mas?!
Begitu rasa nasionalis tercipta maka bangsa Indonesia cinta dan fanatik membeli produk local, Indonesia berhenti mengimport unsur asing. Bisa banyak Negara di rugikan dagangnya dengan efek bela Negara ini di 10 tahun kedepan mas.
Inilah yang saya sebut dengan efek gentar bagi bangsa lain tentunya. Nah mereka yang tidak setuju atau menentang atau menghalangi program bela Negara ini sekarang yang saya mau tanyakan nasionalismenya. Mau saya pertanyakan kemana rasa terima kasih atas pengorbanan jutaan pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia ini.
Saya jeda sebentar bicara karena mendadak hening di sisi ujung telephon..mas? saya bertanya memastikan ada orang diujung telefon saya. ntar saya bicara dengan angin lagi hehehe # may peace be upon us
Langganan:
Postingan (Atom)