Selasa, 24 November 2015

“Man for himself is nothing”

“Man for himself is nothing”
Melelahkan memang menjadi self employee itu ya mas? Saya sudah menjadi pengusaha 8 tahun, namun pendapatan saya masih sama saja dengan mereka yang bekerja sebagai pegawai atau professional. Kalimat ini saya dengar dalam pertemuan tidak sengaja kemarin siang selagi menunggu di lobby hotel di bilangan Jakarta selatan.

Kebetulan saya kemarin ada janji ketemu dengan pejabat birokrat ESDM yang juga teman kampus dulu. Bidang kami beda, bahkan tidak beririsan. Jadi pertemuan ini hanya pertemuan silturahmi biasa. Salah satunya adalah karena sudah 1 tahun tidak bersua.
Janjian di hotel baru di ujung jalan senayan ini malah mempertemukan saya dengan seorang pengusaha training provider atau lebih di kenal dengan seorang trainer untuk korporasi kenalan lama saya. selagi menunggu sahabat ESDM tersebut sang trainer berkomentar pernyataan di atas.
Itu bukan kalimat ujug-ujug dia berkata begitu tentunya, saling sapa, dan menanya kabar serta gambaran pejalanan singkat kami berdua selama tidak bertemu 2 tahun terakhir kami sudah saling mengabari di awal pembicaraan.

Saya menjawab, waduh saya ngak bisa komentar banyak ya mas. Memang bisnis pelatihan lagi turun ya mas?
Bukan, bahkan sebaliknya, bisnis pelatihan stabil dan statistiknya naik. Hanya saja itu loh mas..kompetitor itu menjual produk sejenis dengan saya saat ini menjadi banyak. Hanya beda judul saja. Isi di kelas atau dalam workshop nya sama ilmunya. Kami ini seakan-akan menjual 1 ilmu tinggal di tambah dan di kurangi, di modifikasi, sudah deh jualan ke korporasi. Inilah yang membingungkan pasar. Efeknya pendapatan saya tidak pernah benar-benar take off mas.

Ujung dari hal itu saya harus invest lagi ke ilmu baru. Ujung dari itu adalah saya keluar lagi capital, ujung-ujungnya cash selalu tipis. Sehingga saya saat ini mencari ide baru. Nah kebetulan ada mas wowiek, ya saya curhat aja deh sekalian hahaha ..katanya sambil tergelak tawa.
Mas lelah dengan aktif income? Saya mencoba menyimpulkan curhatan-nya tersebut.
Iya mas!, itu mungkin kata yang saya harus garis bawahi dari pada muter-muter bicara. Intinya saya mendapat income harus dengan aktif bergerak. Dan saya mulai kelelahan. Seperti saya kecebur di air dan saya mengambang dengan berenang walau ada life jacket dan lain sebagainya namun saya tidak melihat daratan sejauh mata memandang dan mulai kelelahan. Saya bisa mati tenggelam mas.
Wah, mas dalem amat analoginya deh, kata saya menangkis jawaban gambaran bayangan kicauannya yang kejauhan bagi saya.

Memang sahabat saya yang trainer ini memiliki kesukaan akan berbicara, alias termasuk orang yang senang mendengarkan ucapannya sendiri. jadi seneng ngomong lah bahasa lainnya.
kalau melihat karakter sahabat saya ini, memang tukang ngomong. Jadi kalimat saya hanya satu dua baris. Dia kalau bicara rinci panjang . itulah terkadang kalau bicara dengan nya tidak pernah sebentar. Seperti pernyataan di atas saja, mau bilang dia cape dengan pola pilihan incomenya menjadi trainer, di puter-puter ngomongnya dengan niatan agar orang di depannya, dalam hal ini saya, supaya faham akan maksud biacaranya dan tidak mengangggap dia rendah, atau salah.

Dalam hati, siapa yang akan menyalahkannya ya? Hehe..atau siapa juga yang akan merendahkannya. Tapi membenarkannya atau membenarkan pilihannya adalah tidak tepat juga. Bener loh, kalau saya membenarkan dirinya artinya menyetujui apa yang dilakukannya, dia tidak akan berubah. Dia akan terus kelelahan dan menjadi fatiq.

Pilihan saya , tidak membenarkan dan tidak menyalahkan. Pada dasarnya manusia itu mahluk super. Manusia itu co creator to God. Wakil pencipta. Di antara milyaran spicies. Species homosapien manusia itu yang paling memiliki kedaulatan tertinggi.

Kalau anda membayangkan anda adalah species lain seperti semut atau kupu-kupu, maka melihat species manusia itu bagaikan melihat dewa. Demi God, setengah Tuhan. Percayalah. Bagi species lainya, manusia itu di takuti, kejam, sadis, egois, bahkan sesama species saja saling makan, mengkafirkan yang lainnya, menghalangi ibadah lainya, memaksakan keyakinan, memaki, membunuh, menyakiti, apa lagi kepada species lainya. Ngak perduli!
Jadi, kembali kecerita curhatan sahabat saya. saya memilih menjadi pendengar yang baik dan bertanya saja. Saya yakin dia tahu apa solusi dirinya.
Saya bertanya, mas, tau “trend” diri mas?
Trend apa mas wowiek? Dia balik bertanya
Trend kecenderungan diri mas dalam bertindak?
Wah belum jelas pertanyaan mas wowiek nih, dia masih bungung pertanyaan saya.
Begini mas, saya kasih ilustrasi saja. Sebutkan 3 peristiwa yang lalu dalam kehidupan mas, yang paling krisis. Paling berat. Misalnya pernah di PHK, pernah bangkrut, pernah di tipu, pernah di tinggal orang yangmenjadi penyokong anda, misalnya ayah anda. Apapun krisis yang pernah terjadi dalam kehiudpan mas.

O ok, faham saya. saya ambil kertas sebentar. Boleh saya coret-coret ya mas.
Oh monggo, saya jawab cepat
Dia menunduk dan menulis dengan cepat ketiga hal tersbeut.
Terus mas? Tanya dia kepada saya lagi.
Nah, sekarang coba ingat-ingat apa solusi dan tidakan mas ambil saat itu. Ada apa hasilnya?
Dia diam membayangkan masa lalu nya tersebut. Melihat matanya yang menunduk kearah sisi kiri tubuhnya semua sahabat pasti tahu arti bahas atubuh tersebut yaitu dia lagi “memorizing” mengingat peristiwanya. Dan di kondisi ini kita sebaiknya tidak komentar. Diam
Kemudian tanpa suara dia menatap saya. matanya menunjukan dia memerlukan data tambahan. Dan saya komentar, dalam menemukan masalah sebelum mas bertidak di masa lalu apa kebiasaanya? Mas menujukn kesalahan kepada sekitar, teman mas, pemerintah, harga, dan lain sebagainya. Dan dalam bertindak mas pasti sesuai dengan analisa mas akan “akar masalah”. Dan hasil dari tindakan mas lakukan dulu adalah “trend” nya mas. Kecenderungan nya mas.

Apakah hasilnya? blangsak di kemudiannya, atau hasilnya biasa saja, atau hasil keputusan tindakan tersebut cemerlang. Glory?!. Saya ngak tahu mas..tapi itu “trend” nya mas.

Dalam “trend” tadi inilah yang menentukan cara mas melihat kasus barusan yang mas curhatkan kesaya. Maaf loh mas saya ngak menggurui. Anda trainer, anda punya banyak ilmu. Saya hanya kebetulan anda pakai untuk mengingatkan dari sisi lain melihat masalah. Dia hanya mengangguk dan karena mata nya kembali turun ke sisi kiri tubuhnya. Dan tangan nya menulis di kertas yang walau terbalik melihat dari sisi saya. saya masih bisa tahu dia menuliskan “do I know my trend”. # may peace be upon us