“Man for himself is nothing”
Melelahkan memang menjadi self
employee itu ya mas? Saya sudah menjadi pengusaha 8 tahun, namun
pendapatan saya masih sama saja dengan mereka yang bekerja sebagai
pegawai atau professional. Kalimat ini saya dengar dalam pertemuan tidak
sengaja kemarin siang selagi menunggu di lobby hotel di bilangan
Jakarta selatan.
Kebetulan saya kemarin ada janji ketemu dengan
pejabat birokrat ESDM yang juga teman kampus dulu. Bidang kami beda,
bahkan tidak beririsan. Jadi pertemuan ini hanya pertemuan silturahmi
biasa. Salah satunya adalah karena sudah 1 tahun tidak bersua.
Janjian di hotel baru di ujung jalan senayan ini malah mempertemukan
saya dengan seorang pengusaha training provider atau lebih di kenal
dengan seorang trainer untuk korporasi kenalan lama saya. selagi
menunggu sahabat ESDM tersebut sang trainer berkomentar pernyataan di
atas.
Itu bukan kalimat ujug-ujug dia berkata begitu tentunya,
saling sapa, dan menanya kabar serta gambaran pejalanan singkat kami
berdua selama tidak bertemu 2 tahun terakhir kami sudah saling mengabari
di awal pembicaraan.
Saya menjawab, waduh saya ngak bisa komentar banyak ya mas. Memang bisnis pelatihan lagi turun ya mas?
Bukan, bahkan sebaliknya, bisnis pelatihan stabil dan statistiknya
naik. Hanya saja itu loh mas..kompetitor itu menjual produk sejenis
dengan saya saat ini menjadi banyak. Hanya beda judul saja. Isi di kelas
atau dalam workshop nya sama ilmunya. Kami ini seakan-akan menjual 1
ilmu tinggal di tambah dan di kurangi, di modifikasi, sudah deh jualan
ke korporasi. Inilah yang membingungkan pasar. Efeknya pendapatan saya
tidak pernah benar-benar take off mas.
Ujung dari hal itu saya
harus invest lagi ke ilmu baru. Ujung dari itu adalah saya keluar lagi
capital, ujung-ujungnya cash selalu tipis. Sehingga saya saat ini
mencari ide baru. Nah kebetulan ada mas wowiek, ya saya curhat aja deh
sekalian hahaha ..katanya sambil tergelak tawa.
Mas lelah dengan aktif income? Saya mencoba menyimpulkan curhatan-nya tersebut.
Iya mas!, itu mungkin kata yang saya harus garis bawahi dari pada
muter-muter bicara. Intinya saya mendapat income harus dengan aktif
bergerak. Dan saya mulai kelelahan. Seperti saya kecebur di air dan saya
mengambang dengan berenang walau ada life jacket dan lain sebagainya
namun saya tidak melihat daratan sejauh mata memandang dan mulai
kelelahan. Saya bisa mati tenggelam mas.
Wah, mas dalem amat analoginya deh, kata saya menangkis jawaban gambaran bayangan kicauannya yang kejauhan bagi saya.
Memang sahabat saya yang trainer ini memiliki kesukaan akan berbicara,
alias termasuk orang yang senang mendengarkan ucapannya sendiri. jadi
seneng ngomong lah bahasa lainnya.
kalau melihat karakter sahabat
saya ini, memang tukang ngomong. Jadi kalimat saya hanya satu dua
baris. Dia kalau bicara rinci panjang . itulah terkadang kalau bicara
dengan nya tidak pernah sebentar. Seperti pernyataan di atas saja, mau
bilang dia cape dengan pola pilihan incomenya menjadi trainer, di
puter-puter ngomongnya dengan niatan agar orang di depannya, dalam hal
ini saya, supaya faham akan maksud biacaranya dan tidak mengangggap dia
rendah, atau salah.
Dalam hati, siapa yang akan menyalahkannya
ya? Hehe..atau siapa juga yang akan merendahkannya. Tapi membenarkannya
atau membenarkan pilihannya adalah tidak tepat juga. Bener loh, kalau
saya membenarkan dirinya artinya menyetujui apa yang dilakukannya, dia
tidak akan berubah. Dia akan terus kelelahan dan menjadi fatiq.
Pilihan saya , tidak membenarkan dan tidak menyalahkan. Pada dasarnya
manusia itu mahluk super. Manusia itu co creator to God. Wakil pencipta.
Di antara milyaran spicies. Species homosapien manusia itu yang paling
memiliki kedaulatan tertinggi.
Kalau anda membayangkan anda
adalah species lain seperti semut atau kupu-kupu, maka melihat species
manusia itu bagaikan melihat dewa. Demi God, setengah Tuhan. Percayalah.
Bagi species lainya, manusia itu di takuti, kejam, sadis, egois,
bahkan sesama species saja saling makan, mengkafirkan yang lainnya,
menghalangi ibadah lainya, memaksakan keyakinan, memaki, membunuh,
menyakiti, apa lagi kepada species lainya. Ngak perduli!
Jadi,
kembali kecerita curhatan sahabat saya. saya memilih menjadi pendengar
yang baik dan bertanya saja. Saya yakin dia tahu apa solusi dirinya.
Saya bertanya, mas, tau “trend” diri mas?
Trend apa mas wowiek? Dia balik bertanya
Trend kecenderungan diri mas dalam bertindak?
Wah belum jelas pertanyaan mas wowiek nih, dia masih bungung pertanyaan saya.
Begini mas, saya kasih ilustrasi saja. Sebutkan 3 peristiwa yang lalu
dalam kehidupan mas, yang paling krisis. Paling berat. Misalnya pernah
di PHK, pernah bangkrut, pernah di tipu, pernah di tinggal orang
yangmenjadi penyokong anda, misalnya ayah anda. Apapun krisis yang
pernah terjadi dalam kehiudpan mas.
O ok, faham saya. saya ambil kertas sebentar. Boleh saya coret-coret ya mas.
Oh monggo, saya jawab cepat
Dia menunduk dan menulis dengan cepat ketiga hal tersbeut.
Terus mas? Tanya dia kepada saya lagi.
Nah, sekarang coba ingat-ingat apa solusi dan tidakan mas ambil saat itu. Ada apa hasilnya?
Dia diam membayangkan masa lalu nya tersebut. Melihat matanya yang
menunduk kearah sisi kiri tubuhnya semua sahabat pasti tahu arti bahas
atubuh tersebut yaitu dia lagi “memorizing” mengingat peristiwanya. Dan
di kondisi ini kita sebaiknya tidak komentar. Diam
Kemudian tanpa
suara dia menatap saya. matanya menunjukan dia memerlukan data
tambahan. Dan saya komentar, dalam menemukan masalah sebelum mas
bertidak di masa lalu apa kebiasaanya? Mas menujukn kesalahan kepada
sekitar, teman mas, pemerintah, harga, dan lain sebagainya. Dan dalam
bertindak mas pasti sesuai dengan analisa mas akan “akar masalah”. Dan
hasil dari tindakan mas lakukan dulu adalah “trend” nya mas.
Kecenderungan nya mas.
Apakah hasilnya? blangsak di kemudiannya,
atau hasilnya biasa saja, atau hasil keputusan tindakan tersebut
cemerlang. Glory?!. Saya ngak tahu mas..tapi itu “trend” nya mas.
Dalam “trend” tadi inilah yang menentukan cara mas melihat kasus
barusan yang mas curhatkan kesaya. Maaf loh mas saya ngak menggurui.
Anda trainer, anda punya banyak ilmu. Saya hanya kebetulan anda pakai
untuk mengingatkan dari sisi lain melihat masalah. Dia hanya mengangguk
dan karena mata nya kembali turun ke sisi kiri tubuhnya. Dan tangan nya
menulis di kertas yang walau terbalik melihat dari sisi saya. saya masih
bisa tahu dia menuliskan “do I know my trend”. # may peace be upon us