“Kita tidak bisa memilih kepada siapa kita di lahirkan, namun kita tetap bisa memilih dengan siapa kita DIBESARKAN”
Mendengar kabar salah satu sahabat pebisnis menjadi orang nomor satu di
sebuah asosiasi dagang terbesar di tanah air, dikepala saya ada dua hal
saya pertanyakan. Yang satu adalah sebuah tugas berat menantinya 5
tahun kedepan apa strateginya? dan yang kedua apakah kaderisasi dalam
bisnis nya sudah siap?
Setahu saya, dia walau memiliki banyak
perusahaan dan anak usaha. Dia adalah orang yang yang membangun
organisasi bisnis bercentrum pada dirinya. Istilah saya “i corporation”.
Semua orang dibawah organisasinya dalam setiap tindakan harus atas
sepengetahuan dirinya. Bahkan dalam hal sekecil apapun. Dia Raja kecil.
baginya, anak buahnya hanya penyelesai apa yang dia mau atau apa yang
dia rencanakan.
Kebiasaan nya ini membuat saya berfikir lagi. Akankah dia membawa asosiasi dagang sedetail dan se-control freak tersebut?
Lalu, entah angin apa yang membawa lamunan saya yang sedang mengantri
di lantai dua di darmawangsa square hari itu, tiba-tiba mendapat sapaan
dari belakang terdengar suara..kanjeng kangmas wowiek apa kabar?
Wah saya kaget juga mendengar suara yang sangat familiar tersebut. Dia
mungkin bisa dikatakan orang no 3 bahkan nomor 2 atau bisa-bisa sudah
jadi orang nomor 1 dalam jajaran holding pada organisasi bisnis sahabat
saya yang baru saja mendapat mandate memimpin asosiasi dagang nasional
tersebut.
Hari itu saya sedang mengantri untuk terapi sakit di
pinggang saya karena salah gerak. Dan sahabat saya tersebut sedang akan
membeli alat olah raga yang kebetulan sebelahan dengan tempat terapi
saya. baru mendapat kabar dan baru mengucapkan selamat bertugas kepada
sahabat saya, ternyata salah satu orang kepercayaannya 15 tahun terakhir
atau juga tangan kanan nya ada tepat berdiri dibelakang saya. dan
terjadilah dialog ini :
Mas, sudah siap organisasi di tinggalkan
RP? Saya langsung tanyakan hal yang menjadi pikiran saya setelah
sebelumnya kami berdua saling memberikan kabar singkat.
Lah ini
mas, saya sudah menyusun roadmap kedepan tapi saya kok ngak berani
mengutarakannya ya? Aku mbok di kasih suntikan jadi orang yang tegas
gitu loh sama boss kita itu.
Saya tertawa, karena kata-kata
"boss kita" ada benarnya karena kami berdua pernah kerja bareng di bawah
boss tersebut, sahabat lama saya tersebut. Dia melanjutkan, perusahaan
itu kayak di "kekepin" di ketiaknya mas. Apa saja harus lewat dia, apa
saja harus mulai dari dia. Bener-bener top down. Full direction dan full
control.
Dia sampai saat ini belum bisa melepas mempercayai team
nya. Dia begitu takut jika tidak mengendalikan perusahaannya. Dia juga
merasa tidak ada yang bisa menggantikan kemampuannya. Kenapa begitu ya
mas?, dia berkomentar dan sekaligus bertanya kepada saya.
Juga
dalam bisnis saya merasa dia mulai melakukan pengulangan cara lama dan
pola bisnis lama padahal banyak hal baru yang dia segan melakukannya.
Atau tidak mau melakukan terobosan baru. Jadi organisasi agak sedikit
stagnan, hampir semuanya turun performanya. Dia melanjutkan sedikit
komentarnya
Begitu ya mas? Apa sudah kena "Pygmalion syndrome" dia mas? Saya balik bertanya
Pygmalion syndrome iku opo kang mas? Sampean ini kakehan kebanyakan
ilmu bisnis sampai saya ngak ngerti istilah Pygmalion iku , katanya
dengan gaya solo halus khas kesehariannya.
saya pun mulai
bercerita, Iya, ini sedikit hikayat yunani, ada seorang pematung
kenamaan bernama Pygmalion. Suatu hari dia membuat patung wanita yang
indah dari sebuah gading. Wanita cantik. Ternyata saking cantiknya dia
jatuh cinta pada patung tersebut. Dia perhatikan, dia lihatin dia
sempurnakan dan dia mintakan kepada dewa agar patung ini bisa hidup.
Pygmalion berdoa amat sangat hingga jagad dewa pun akhirnya menyetujui
dan turunlah dewi aphrodite dalam sebuah malam persembahan dan
menghidupkan patung indah tersebut menjadi wanita cantik bernama
galatea. Dan mereka pun menikah.
Itu cerita singkatnya mas. Kata saya menutup dongeng yunani kuno tersebut.’
O, itu toh Pygmalion syndrome kangmas? Itu ilmu psikologi ya, tanyanya sambil mata berkhayal ngak tau kemana
Bukan, itu karangan saya saja mas, saya jawab sambil tertawa. Bagi saya
itu hanya sebuah analogi agar saya bisa memahami sisi sebuah kasus
sehingga dengan dongeng, cerita otak, saya bisa memvisualkan. Otak atau
pikiran yang bekerja akan lebih gampang berjalan membuat solusi jika
sudah terbentuk gambar. Dan dongeng adalah salah satu bentuk komunikasi
pikiran yang mudah di cerna pikiran yang bisa membuat sebuah bayangan
imaginasi.
Dengan saya asosiasikan peristiwa tadi dengan sebuah
cerita Pygmalion dan galatea maka mudah bagi saya mencari solusinya. Itu
jika di tanya loh
Jadi solusinya dengan organsasi kita yo opo
kangmas? Galateanya si perusahaan bisnis dan posesif nya bos RP semua
benar, semua ya bener, sindrom opo tadi, Pygmalion, ya pas sudah.
Seberapa dia berani merusak atau ”break pattern “ terhadap kebiasaan RP mas?
Wah saya ngak bisa bilang pasti. Kalau dalam terobosan bisnis dia
jagonya, tapi kalau dalam kerajaan yang dibangunnya warna dan kebiasaan
sama dalam 20 tahun ini. Ngak banyak berubah. Yang berubah di maneuver
bisnisnya di luaran.
Faham saya, o begitu ya, saya menjawab sambil berfikir.
Tapi bener loh kangmas, saya perlu saran sampeyan sekarang ini.
Begini deh, saya kasih gambaran singkat kemampuan destructive itu harus
di lakukan, break pattern itu penting. Ilustrasinya begini :
Sebenarnya salah satu tugas leaders , salah satu tugas utama pemimpin bisnis adalah MERUSAK bisnis.”
Ketika saya bicara seperti itu saya perhatikan wajah sahabat saya heran.
Dalam sebuah periode bisnis seperti sekarang yang serba cepat.
Kemampuan adaptasi yang cepat. kini seorang pemimpin bisnis memang tak
cukup lagi hanya piawai membangun bisnis, ia juga harus piawai “MERUSAK”
bisnis. Steve Jobs piawai “merusak” Apple dari Apple 1.0 yang hampir
bangkrut menjadi Apple 2.0 yang gagah perkasa dengan iPod, iPhone, atau
App Store-nya. Di Indonesia kita punya Ignatius Jonan yang piawai
“merusak” KAI 1.0 yang lelet menjadi KAI 2.0 yang gesit.
Ingat
sahabat kita pak Emir Satar ex garuda. Yang di demo pramugari dalam 4
bulan pertamanya bekerja di garuda. Dia menebas salary cap para
pramugari, di tahun ke tiga bekerja gajih mereka turun bukan naik.
Dengan kata lain pak Emir ingin semua pramugari muda usia, fresh, segar.
Jumlah crew pesawat turun costnya. Lalu dia mempercepat ground handling
di darat dengan mesin baru, mahal namun cepat sehinga delay time garuda
nyaris nol. Dan membuat market share naik. Itu adalah seorang CEO yang
memiliki kemampuan destructive.
Sebaliknya perusahaan-perusahaan
yang dulu hebat seperti Kodak, GM, Nokia, atau Sony terus-menerus
babak-belur mengalami kemunduran karena tak kunjung menemukan CEO yang
mampu “merusak” fondasi model bisnis yang kini sudah tak relevan lagi.
Karena itu seorang CDO (“Chief Destruction Officer”) kini adalah sosok
yang paling diburu perusahaan-perusahaan di seantero jagat raya. Jadi RP
saya sarankan mencari seorang CEO yang memiliki kemampuan visoner
mengadaptasi 20 tahun kedepan dengan tindakan nyata sekarang. Dan RP
harus ikhlas dan memberi izin profesional membuat “sculpture” patung
baru. Galatea baru. Dan jangan pernah jatuh cinta kepada karya sendiri.
cinta boleh, jangan “jatuh”. Saya mendongeng lagi sambil berfilosofi.
Mau contoh lain lagi? Layanan surat pos “mati” dimakan killer app baru seperti email, SMS, dan ATM.
Kodak yang lebih seratus tahun perkasa kemudian “dihabisi” oleh layanan
photo sharing yang diberikan perusahaan start-up anak kemarin sore
seperti Instagram. Toko kaset legendaris Aquarius Mahakam di Blok M
tutup “dibunuh” platform baru seperti iPod-App Store,menyedihkan?!.
Untuk bisa survive di tengah perubahan yang kaotik tersebut kuncinya
terletak pada satu kata: “PENGHANCURAN”. Untuk sukses di era light-speed
changes Kita tak boleh segan-segan menghancurkan sendi-sendi kesuksesan
masa lalu kita: “break with the immediate past”. Kenapa? Karena
barangkali formula dan sendi-sendi kesuksesan tersebut sudah tak relevan
lagi sekarang.
Salah satu solusi Pygmalion syndrome harus
diberikan obat penawar dengan membuat organisasi di pimpin professional
baru yang memiliki kemampuan men-destruc dan meng-constuct baru.
Memiliki kemampuan merusak semua yang tidak relevan dan membangun
galatea baru yang sesuai jaman.
Emang ada orang dipasar yang available seperti itu mas? Tanya nya lagi.
Ada, kalau RP mau. Saya memberikan nama sahabat baik saya. seorang CEO
handal, pernah di indosat, dan excelcomindo. Tamatan ITB Harvard
business school. CEO caliber. Kalau saya hubungi pasti dia mau,
setidaknya menjadi perhatian. Bagaimana? Ok mas, namaku di panggil aku
tak masuk dulu terapi ya. Suwon, keep in touch kata saya sambil pamit,
salaman dan bergerak masuk keruang terapi. # may peace be upon us