Rabu, 28 Oktober 2015

“ Belajarlah mengalah sampai tidak ada orang yang bisa mengalahkan mu “.

Bagaimana kalau kita jual seluruh assetperusahan kita di PT E sekarang wiek? Itu suara dari telpon mitra saya kepada saya yang sejak salam hingga 3 menit saya belum berbicara membalas monolognya. Dia memberi masukan bicara satu arah.
Yang saya jawab, boleh, setuju, silahkan, monggo…
Namun ketika telfon di tutup. Pikiran saya mulai bekerja keras. Benar saya mengucap dibibir saya setuju, namun di hati dan pikiran saya, saya tidak setuju. Namun mengapa saya mengatakan setuju? Dalam bermitra dalam berbisnis beda pendapat itu pasti. Di kasus di atas saya beda pendapat, tapi saya setujukan.
Alasannya sederhana, jika yang berbicara mitra anda yang telah membuktikan dirinya lebih matang, lebih pengalaman, lebih sukses, lebih berpengaruh maka ada baiknya anda diam dan setuju. Bukan mengajari menjadi orang yang pasrah, namun mencoba melihat dengan mata ketiga.
Anda punya dua mata, ada pumya 1 otak, anda punya jalan hidup dan pengalaman, anda punya pendapat, dan anda punya ilmu. Buku raport prestasi anda adalah kehidupan anda sekarang ini. Kalau dulu di bangku sekolah setiap semester anda mendapatkan hasil belajar anda semana 6 bulan belajar. Anda akan mendapati, matematika anda 7, agama anda 8, absen anda banyak ngak masuk kelas, perilaku anda semua dinilai.
Maka setelah tidak di bangku sekolah, raport anda dalam keuangan adalah raport finansial anda. Merah kah atau biru? Lingkar pengaruh anda, semakin besar lingkar pengaruh anda, berarti anda disukai dan anda banyak menfaat pada orang lain. Luasnya lingkar pengaruh adalah rapot biru. Kesehatan anda merah atau biru tergantung seberapa rajin anda olah raga dan seberapa anda memahami food manajemen. Seberapa sering orang memuji anda atau menghardik anda adalah raport biru atau merahnya perilaku anda.
Bagi saya, jika seseroang rapot kehidupanya lebih baik, lebih biru dari saya. dia memberi saran atau pendapat, saya cenderung akan mengatakan iya. Tanpa berfikir.
Seperti halnya dalam monolognya diatas, dia tidak mengaharapkan dialog dengan saya. kondisinya pun saya fahami. Sekarang musim kemarau, dalam bisnis semester dua tahun 2015 ini seperti di analogikan musim kemarau panjang yang belum menunjukan kapan musim hujan. Boro-boro mau panen.
Secara hukum alam, pohon, demi “survival” di masa kering kemarau mereka merontokan daunnya. Dan efek tersebut dalam bisnis juga sama. Merontokan daunnya. Karena saya salah satu direksi, menjual asset perusahaan yang saya kelola artinya membuat saya melepas 8 unit usaha, karena yang di jual adalah holdingnya. Dan itu artinya juga merontokan saya.
Pendapat mitra saya, saya benarkan, demi menyelamatkan pucuk perusahaan. Namun dalam pikiran saya kayaknya saya punya pendapat lain. Dalam hal ini karena bukan menjadi agenda dirinya maka saya boleh punya strategi lain. Untuk saya sendiri tentunya. Bukan bersamanya.
Maka ketika telfon di tutup, saya putuskan langsung…sebaiknya saya yang membeli saja sendiri perusahaan bersama tersebut?! Kami exit dan saya pribadi masuk. Sepertinya simple, namun kenyataanya tidak sesederhana itu.
Dalam intuisi bisnis saya,saya merasa bisnis masih akan besar dan berpeluang menjadi besar. Namun saya bukan ahlinya, bisnis ini bukan bidang saya kedua saya tidak tersedia modal besar untuk menutup 90% kepemilikan sisanya di luar milik saya.
Jadi ada dua hal yang saya harus lakukan. Mencari orang “smater than me” yang lebih pintar dari saya, dan mencari mitra “richer than me” mitra yang lebih kaya dari saya. tambah lagi, smarter people itu mau bekerja dengan saya, dan richer person itu percaya saya.
Ini yang saya katakan tidak sederhana.
Anda semua pasti tahu apa isi kepala pemodal besar dan orang pintar itu khan? ada beberapa pertanyaan yang akan mereka tanya yang saya harus jawab. Satu saja gagal menjawabnya, maka kepercayaan tidak di dapat dan kita di bilang “tidak pintar” atau bahasa lugasnya sudah bodoh miskin banyak mau lagi.
Hasil pengalaman pribadi saya maka saya bisa simpulkan apa isi otak investor atau “what is inside the investor mind?”
mereka akan bertanya :
1. Apakah marketnya besar?
2. Dapatkah anda (bisnisnya) membuat margin keuntungan yang besar?
3. Apakah team personel anda handal?
4. Dapatkah anda mengambil pasar (market share) dengan cepat?
5. Saya (investor) akan dapat apa?
Itu adalah isi kepala seseroang yang richer lebih kaya dari anda. Lebih kaya dari saya. 5 pertanyaan tersebut bisa anda jawab dengan data, fakta dan pembuktian – proven concept. Maka mereka akan menengok proposal anda, dan anda akan bersiap masuk kelevel berikutnya, anda akan di tawar!!. Lalu mengenai mencari orang yang lebih pintar dari anda dan mau bekerja buat anda?...sabar ya sahabat, masih ada hari esok. # may peace be upon us