Otak manusia di takdirkan untuk sebuah format “continues connection”
atau berkesinambungan. Jadi kalau ada hal yang “break pattern” perusak
pola banyak terjadi (walau untuk sementara waktu) otak manusia jadi
“hang”.
Mungkin ini yang terjadi juga dengan saya minggu lalu.
Ketika sedang dalam rapat untuk bidang yang lain tahu-tahu mendapat
telfon dari mitra saya , yang tentunya saya tidak angkat kerena di
tengah pertemuan yang penting dan bidang yang lain.
Ketika
berkesempatan untuk menghubunginya maka kalimat me,uncur dari sisi
dirinya adalah, bagaimana kalau perusahaan kita PT E kita jual?
Sekarang, saya mau “cut and switch” bisnis. Saya faham sekali istilah
cut and switch itu. Itu istilah di dunia bursa saham atau pasar uang.
Dimana anda dalam posisi tertentu, misalnya anda membeli saham Apple Inc
kemudian anda cut (posisi psti merugi) lalu pindah ke saham Airbnb
misalnya .
Dalam cut and switch posisi bisasanya analisa terbaru
adalah, apa yang anda pegang sekarang tidak terlalu baik dengan apa
yang akan anda pegang.
Dalam bisnis kita tidak boleh “jatuh”
cinta pada bisnisnya, pada lokasinya, atau apapun. Sangat wajib anda
mencintai bisnis anda tapi jangan “jatuh”, jatuh cinta. Yang membuat
anda rugi biasanya anda terlalu cinta atau jatuh cinta. Sulit anda move
on kalau begitu. Melakukan cut and switch jadi "mission imposible",
jadi tidak memungkinkan.
Anda harus lebih “fall” in love pada
profit. Karena itu tujuan berbisnis , mendapatkan keuntungan. Sekali
lagi, tujuan berbisnis adalah mendapatkan keuntungan. Lalu memamfaatkan
keuntung itu urusan lain lagi. Anda mau zakatkan 100% adalah hak anda.
Tapi jangan di tengah bisnis lalu anda putuskan “membuang” keuntungan.
Di ujung bisnis baru anda lakukan, apa yang akan anda lakukan untuk uang
anda.
Jadi taat dengan keuntungan itu poinnya. Cut and switch
adalah istilah anda dalam kondisi saat ini pasti rugi sedikit, kalau
anda terlalu mencitai maka bagaimana bisa switch dan ini terjadi dengan
saya. partner saya memiliki saham mayoritas, dan saya yang membangun
dari awal. Ini “baby” saya. saya membangun dan merancang sejak awal.
Saya tahu “mur baut” terdalamnya. Lalu di suruh menjual?!
Saya gamang, saya bimbang.
Alasana mitra saya menjual dia memerlukan fresh money untuk bisnis
utamanya. Alasan saya tidak mau menjual saya merasa ini bukan saat yang
tepat melepas asset dan asset tersebut masih punya “up side “ yang
sangat bagus dalam 3 tahun kedepan. Saya memilih “hold” menahan.
Tapi dalam terfon mitra saya tersebut dia menjawab dengan lugas,
mas..kayaknya kamu terlalu mencintai PT E ini. Percaya realitas deh.
Percaya feeling intuisi saya. ini harus di lepas. Saya pindah, kamu
“move on” juga.
Ini hal yang mmebuat saya” hang”. Rapat yang saya
hadiri bukan rapat bisnis. Ini adalah rapat yang memerlukan
ketrampilan analisis saya di lembaga Negara. Saya memberikan waktu 1
hari dalam 1 bulan untuk dunia ini. Dan sudah saya lakukan selama 15
tahun ini. Sedikit kontribusi buat NKRI. Ketika saya berada di sebuah
tempat saya kan total. saya “player” sekali. Dalam continues connection
pattern otak saya ini mendadak harus beralih ke bisnis itu sulit. Saya
tidak bisa jawab, namun saya faham situasinya.
Saya tidak bisa
mengambil keputusan final. Walau di paksa untuk menjawabnya. Dan kalau
tidak ada jawaban dari saya di apunya hak voting mayoritas ownership.
Dia bisa berjalan dengan keputusannya. Terlepas saya setuju atau tidak
setuju. Dia pun bisa melepas porsi kepemilikannya saja. Saya bisa-bisa
punya mitra baru yang saya tidak kenal. Persis seperti nikah di jodohin.
Iya kalau dapat yang berakhlak baik, kalau tukang kawin khan repot.
Lalu dalam "diam" sejenak saya, diujung telpon tersebut dia bertanya,
mas..ini bisnis modalnya kecil, iya khan? Saya jawab iya. Terus ini juga
bukan bidang yang kita faham banget, benar khan? Saya jawab iya. Kita
sudah untung khan secara pembukuan? Saya jawab iya. Sekarang ekonomi
lagi lesu, mas sejutu ya? , yang saya jawab, iya sih. Mas khan perlu
juga dong “sedikit fulus” lebihan, bener ya..yang saya jawab, ya
pastilah namanya juga kebutuhan , ngak pernah cukup.
Nah, kalau
begitu setuju dong kita jual. Saya bisa focus ke bidang utama , dan mas
juga bisa “move on” yang lebih produktif lagi, bener khan?..iya sihm
saya jawab walau otak berlapis lapis pertanyaan didalamnya. Jadi setuju
ya..ok, see u. klik. Telfon di tutup,
Saya melonggo. Saya tadi bilang apa ya? Kayaknya saya ngak setuju tapi kok saya bilang iya ya?!!!.
Saya geleng-gelang kepala ngak percaya atas apa yang barusan saya
lakukan. Saya terprogram kalimatnya. Dipakai tehnik continues
connection untuk memprogram otak saya, dia tahu manusia otaknya berpola
kontinyu. Hadeh, ya sudahlah. Saya hanya geleng-geleng kok bisa saya
“kalah” argument.
Saya teringat pola pikiran ini ketika ber
experiment di kampus dulu. Saya dengan jhon Gig bawa kamera. Besar
banget walaupun ngak nyala. Kami tanya kepada setiap orang yang lewat di
downton dalam rush hour siang hari. Lunch time. Apakah anda mau memberi
tahu berapa “income” tahunan anda? Atau beraoa gajih anda. Dan dari
puluhan responden kami hanya mendapatkan 15% yang mengatakan yes, I
would. Atau setuju mengetakan berapa gajihnya ke public, ketelevisi.
Lalu kami tidak merubah pertanyaan, namun merubah “cara” bertanyanya.
Teknik ini bernama “nodding effect”. Nodding atau mengangguk memeiliki
arti harafiah sebagai ya atau yes.
Jadi kami bertanya hal yang
sama dengan gerakan “fisik” wajah dan badan sedikit menganguk. Hi sir,
nice tie you have , kami mengangguk, dia mengangguk lalu kami bertanya,
this is tv survey, do you agree to tell us how much your salary?
Ternyata nooding effect memberikan jawabanya berlawanan dengan
pertanyaan yang sama namun kita berdiri kaku, stiff. Mengangguk angguk
sambil tersenyum dan bertanya membuat respond mengiyakan. Mau
membeberkan rahasia dapurnya. Hampir 80% menyatakan, ya, kami bersedia
memberikan informasi gajih bulanan saya di televise ( public).
Hal inilah yang dilakukan pebisnis handal mitra saya tersebut ketika di
telfon. Dia membuat pertanyaan yang saya hanya bisa jawab, ya, ya, ya
(nodding). Sehingga ketika dia memberikan pertanyaan terakhir itu bukan
pertanyaan (sebenarnya), itu adalah "ide" dia, jual perusahaan ya? ( itu
bukan oertanyaan khan) tapi otak saya lagi "di runut oleh dia". Saya
jawab iya, karena “iya” adalah continues connection di kepala saya.
Jadi, bagi sahabat pebisnis yang membaca tulisan ini silahkan pakai
sedikit ilmu ini untuk tujuan kebaikan bersama. Untuk para jomblo
silahkan pakai untuk merubah status. namun, awas bagi yang sudah punya
pasangan, jangan pikir macem-macem ya. Ini ramadhan. # may pece be upon
us.