Rabu, 28 Oktober 2015

LEOPARD SYNDROME



Kamis kemarin saya menjadi salah seorang pembicara di sebuah pabrik di bilangan Cikarang Barat, tepatnya di kawasan Jababeka. Jadwal acara di mulai pukul 08.00 hingga jam 16.00. Mengingat jarak dari rumah saya di bilangan Jakarta Selatan saya memutuskan berangkat jam lima pagi dari rumah. Berhubung saya tidak mengenal dengan baik daerah Cikarang saya tidak berani berspekulasi. Lebih baik kecepetan daripada terlambat atau waktu mepet-mepet. Hal ini bisa membuat tegang atau kalau keseringan bisa membuat “leopard syndrome” hehe…
Pasti banyak yang tau apa syndrome leopard itu khan?! Leopard adalah binatang yang memiliki kecepatan dalam berlari di muka bumi ini adalah yang paling cepat. Tidak ada mahluk berkaki empat dan berkaki dua yang bisa mengalahkan top speed larinya.
Sehari-hari leopard adalah mahluk yang relax, yang santai. Namun ketika hendak menerkam mangsanya dia akan mengawasi dengan waktu lama, dengan teliti, kemudian dia akan mengendap-endap menurunkan tubuhnya mendekati tanah (dan ini adalah kunci binatang ini bergerak cepat karena anti gravitasinya besar). Ketika seperkian detik dia akan menerkam dan bergerak, seluruh tubuhnya akan menegang dan detak jantungnya baik (apa maksudnya ini?) bisa lebih dua kali lipat dan seluruh adrenalisnya mengarah ke pusat gerak otot. Ketika dia melesat maka kecepatan dan akurasinya tepat. Leopard termasuk binatang yang memiliki tingkat ketepatan menangkap mangsa mendekati sempurna, hampir tidak pernah gagal.
Pada manusia terjadi hal yang sama ketika manusia tersebut sering harus kuda-kuda. Misalnya mau presentasi, mau sidang skripsi, mau menjadi saksi di pengadilan, menantikan kelahiran anak pertama, hendak melaksanakan ijab kabul, nunggu cinta dibalas, dan lain sebagainya. Kalau hal ini tidak terbiasa adrenalin yang bekerja membuat asam lambung naik dan bikin mules, eneg di ulu hati, pusing bahkan sampai muntah dan panas dingin. Dalam dunia kejiwaan, manusia yang sering kuda-kuda dan membuat panik dalam jangka panjang bisa membuatnya menderita “leopard syndrome”. Tidak heran banyak penyanyi, atau orang-orang panggung mengalami hal seperti ini (untuk solusi kita bicarakan di catatan lain).
Kembali ke cerita di atas. Kalau terlambat atau pas waktu persiapan berbicara menjadi terburu-buru. Atau ada hal yang memalukan, kita tidak mengenal situasi keadaaan mereka ter-up date. Misalnya baru ada demo buruh, atau baru saja diganti pemimpinnya, dari yang konservatif menjadi agresif, atau tidak mengenal siapa orang yang paling sering diledekin yang paling lucu, yang paling baik, dan lain sebagainya.
Atau kita sudah menghafal nama pimpinan misalnya di lembaga pemerintahan, atau BOD di perusahaan, begitu datang terlambat semua lupa. Itu sangat memalukan. Seperti kebiasaan organisasi kami yang dipimpin Mas Kirdi, data seperti ini sudah ada di meja saya satu minggu sebelum acara. Seperti usia peserta, lama kerja, pendidikan, apa produksi utama mereka, sistem kerja, jajaran BOD dan manajemen, nama divisi dan departemen, dan lain sebagainya.
Tanpa data ini semua, saya bisa menjadi stranger, menjadi orang aneh tidak dikenal, joke kita nggak mengena, contoh kasus kita jauh dari dunia mereka, pemilihan kata-kata tidak dikenal dengan bidang mereka. Misalnya dunia teknikal lapangan, ada istilah boiler, welding, combustion, foreman, HSE, dan lain-lain. Dunia banking ada istilah harian dengan loan, interest, project finance, corporate bangking, retail banking, customer service,kasir, dan lain-lain yang setiap hari berada di lingkungan tersebut. Atau di dunia finance ada istilah IRR, payback period, private placement, off taker, equity call, back door listing, IPO, dan lain-lain. Dunia kemiliteran, atau dunia pemerintahan (pemda dan lain-lain) semua memiliki istilah, semua memiliki kasus-kasus berbeda.
Kalau kita di hadapan mereka maka istilah tersebut merupakan “ mother language”, bahasa ibu dalam pikiran mereka, yang wajib kita gunakan. Menggunakan istilah yang tidak dikenal atau tidak dipakai di kalanganmereka membuat mereka menjadi tidak nyambung dengan informasi yang kita berikan. Menggunakan bahasa umum dan sederhana jauh lebih efisien ketimbang menggunakan istilah supaya terlihat keren atau intelek. Yang penting pesan kita diterima sebanyak-banyaknya. Itu inti komunikasi.
Ini alasan saya berangkat jam lima pagi. Duduk di kursi belakang, catatan nama petinggi perusahaan saya hafalkan, dan banyak hal saya ulang-ulangi dalam pikiran agar pengucapanya nanti natural, alami. Saya menghafalkan joke yang Mas Kirdi sudah siapkan, ada limajoke baru yang sesuai dengan bidang perusahaan yaitu produsen spare part alat berat untuk pertambangan ini. Saya menghafalkan opening line yang telah di-scripted-kan oleh timNarapatih. Saya menghafal time punctual, ketepatan waktu bicara dengan bahan presentasi. Persis seperti bintang film figuran sedang menghafalkan script. Saya ulangi berkali-kali dalam gumaman dan pikiran termasuk diikuti dengan gerak.
Semua yang saya lakukan tersebut terhenti lama ketika sekitar jam enam mobil kami memasuki Tol Cikampek. Di sisi berlawanan mobil yang menuju Jakarta bumper to bumper. Rapat padat bergerak pelan. Dan itu mulai dari saya tidak tahu, karena posisi saya sudah di Bekasi Barat sewaktu memperhatikan fenomena tersebut. Dan terus hingga saya exit di Tol Cikarang Barat, yang berada di kilometer 26 alias macetnya jalan tersebut saya tidak bisa hitung berapa panjang. Gila, itu komentar saya. Kalau mereka yang berada di sisi seberang jalan ke arah Jakarta tersebut tidak pinter-pinter mengelola hati, mengelola pikiran, mereka semua bisa terkena “leopard syndrome”! Itu yang ada dalam pikiran saya.
Ngelamun saya memikirkan fenomena barisan kendaraan itu sehingga tanpa sadar jam tujuh sampai di depan pabrik dan membuat saya kaget dan buru-buru menghafal line bicara saya dan ini membuat saya bisa juga kena syndrome kagetan juga. Mudah-mudahan kita semua diberikan kesabaran karena secara psikis kejiwaan paling efektif penyembuhannya dengan hal religious dan spiritual yaitu salah satunya memiliki kesabaran.