Yes..we won! Itu adalah text message di hape saya minggu lalu. Yang saya jawab, 40 years in waiting , it’s a treasure!
Ini adalah pesan singkat dari sahabat saya sang professor Jhon ketika
golden state warrior klub basket favorit kami akhir menjuari final NBA
2015. Kami berdua selama di dunia kampus dulu setiap musim selalu nonton
live warriors bertanding yang kami tahu, selalu kalah. Warriors bukan
club papan atas NBA. Namun kami menyukai karena spirit semangatnya
mewakili multi etnic multi ras populasi yang tinggal di bay area dan
pantai barat Amerika tersebut.
Jhon sekarang mengajar dan menjadi
guru besar di kampus NYU, di New York namun “home town” nya tetap saja
di city by the bay, San Fransisco.
Begitu dia mengabari saya
akan kemengana warriors, pikiran saya melayang ke masa dunia kampus
dahulu. saya ter ingat masa-masa kami di kampus. Dia memiliki keisengan
yang luar biasa. Kreatif, super kreatif bahkan. Terutama dalam melakukan
eksperiment dalam dunia social psikologi. Yang kemudian eksperimentnya
dia beri nama sendiri hasil test-testnya tersebut. Misalnya salting the
jar, pratfall effect, dan banyak nama aneh lainnya.
Dulu, entah
kenapa saya adalah orang yang selalu di bawanya, kami seusia, namun dia
sudah jadi asisten dosen kala itu . kalau lagi melakukan eksperimen dia
pasti bawa saya. walau bukan pekerjaan kampus namun hal ini bagi kami
adalah hal yang menyenangkan. Mengetahui fakta atas perilaku social
manusia.
Saya keinget suatu hari dia menggedor pintu kamar saya
di asrama. Kebetulan kamar kami di “dorm” seberang-seberangan. Dengan
gayanya yang cekatan dan sporty dia berjingkrak jingkrak exciting masuk
ke kamar saya..dia ngak “gig” atau “nerd” untuk seorang kutu buku, malah
ngak ketebak kalau dia kutubuku karena gayanya sporty.
I have a great idea katanya kemudian
Well don’t you always ?! saya jawab bukannya dia biasanya begitu, yang
saya lanjut bertanya dengan males-males..now what ? apa an lagee nih
Here..dia menunjukan dua kertas besar berisi gambar dua buah pulau atau
batas negara, state border. Satu gambar Negara besar atau pulau besar
dia tulis A, dan gambar pulau kecil di tulis B gambar tersebut
bersebelahan.
Lalu dia bawa gambar satu lagi. Sama gambarnya, hanya sekarang pualu yang besar di tulis B, pulau yang kecil di tulis A.
Ok wowiek, you bring this to student center anda ask everyone who pass
by. Saya di perintahkan membawa salah satu gambar di bawa ke tempat
masasiswa sering berkumpul di student center deket perpustakaan dan
kantin.
Than what? Saya sudah hafal sebenenrnya dia mau apa tapi
yang saya butuhkan adalah kali ini dia mau tahu apa? sehingga saya tahu
mau nanya apa pada responden yang lewat.
Just tell everyone ,
this 2 country are going to war. And you’ll ask them, Which country
according to them are going to win? Or which country by feeling (of
them) that might win?
That about it? Saya tanya heran, hanya
menanyakan kepada responden jika kedua Negara ini perang antara Negara A
dan B siapa menurut mereka akan menang. Ok, lets do it! Saya bawa satu
kertas, beserta papan untuk menempelnya. Saya membawa gambar A Negara
besar, B yang negaranya ukurannya lebih kecil dari A.
Jhon membawa gambar sebaliknya. Negara besarnya B, yang Negara kecil A.
Saya kalau urusan sama Jhon selalu berprasangka baik, karena itulah
saya jarang tanya dan selalu bilang iya kepadanya. Sementara, menurut
Jhon, teman lain selalu bertanya banyak pertanyaan tapi ngak
jalan-jalan. Kalau saya, iya nurut saja.
Jadi saya pun tanpa
sungkan bertanya kepada siapa saja yang lewat pertanyaan yang sama. Hi
guys, we are conducting an experiment..please review this picture. This
are the 2 countries that will go to war to one another. Which country
according to you that might win?
Maka ada yang menajab A Negara besar, da nada yang menjawab, I guess B, the smaller country.
2 jam berdiri dan bertanya pada setiap yang melewati spot saya berdiri
menurut saya cukup dan saya balik ke kamar asrama dan mulai menghitung.
Berapa yang A dan berapa yang B. sebenarnya saya sendiri kurangtahu si
Jhon ini mau mengukur apa?
Dan ketika Jhon selesasi dengan
respondence nya dia membuat hitungan di kamar nya. Yang kemudian
hasilnya kami cocok kan. Saya mendapatkan 170 responden. Jhon mendapat
205 responden. Dan menurut anda berapa kira-kira perbandingan dari
pilihan responden?
Di catatan saya yang memilih Negara besar A
yang menang 40, B Negara kecil yang menang 130 , alias lebih kurang 25%
menang A Negara besar, 75% menang B Negara kecil. Dan dalam laporan Jhon
terdapat angka, 71% A menang (Negara kecil), 29% B menang (Negara
besar). perlu di ingat ..gambar Jhon negara besar nya B, Negara kecilnya
A.
Kesimpulan, nama A dan B tidak pengaruh!. Mereka melihat
“ukuran” gambar Negara/pulau tadi. Dan mereka 70 sekian persen
memenangkan Negara kecil. Inilah yang di sebut “underdog effect” oleh si
Jhon. Manusia kebanyakan akan memilih yang kecil atau terlihat lemah.
Manusia cenderung memilih yang “underdog” karena bisa/merasa mewakili
diri mereka. Kaum lemah, tertindas, dan mengalahkan yang lebih besar
akan mendapatkan nilai kemenangan yang lebih seru, lebih semangat dan
berbagai alasan pemuas kejiwaan lainnya.
Cobalah di posisi anda
netral dan ada sebuah pertandingan sepak bola di piala dunia. Statistic
menunjukan banyaknya pilihan anda dalam bertaruh jatuh pada Negara
underdog. Karena menaklukan raksasa, membalik keadaan adalah hal yang
nikmat. Sejarah David goliath sudah masuk ke sub system manusia lama
sekali.
Jadi saya ingat perkataan jhon, seberapa sering sih
seseorang membuka cerita dengan, saya dulu orang susah sebelum sesukses
sekarang dan cerita ini memikat anda. Atau betapa kita senang membaca
mendengar cerita bahwa seseorang dulunya susah, miskin dan sekrang
suskes hal itu menjadi “minat” banyak orang. Anak singkong nya Chairul
Tanjung, anak petaninya Suharto, drop out of school nya Steve Jobs
Apple, ngak sekolahnya Richard Brenson, dan lain sebagainya. Sangat
memikat karena “underdog effect”. Lihat lah cerita sinetron, anak tukang
sayur, pembantu , susah lalu jadi sukses.
Cerita underdog itu
memang menjadi teknik pemikat otak manusia. Secara sadar penulis cerita
tersebut mengendalikan pikiran penonton. Bayangkan, cuma di sinetron
sopir bisa di jadiin gebetan, di dunia nyata.. gebetan di jadiin sopir.
Tapi yang mengemari nonton acara itu ya banyak. Yang sopir di jadiin
gebetan.
Jadi, tulisan singkat ini mudah-mudahan bisa sedikit
memahami “underdog effect”. Dan saya yakin hal ini bisa membuat anda
tahu strategi apa yang harus di jual kepada kalayak. # may peace be
upon us