Rabu, 28 Oktober 2015

“ Pemandangan terindah di dapat setelah melewati pendakian tersulit”

Yes..we won! Itu adalah text message di hape saya minggu lalu. Yang saya jawab, 40 years in waiting , it’s a treasure!
Ini adalah pesan singkat dari sahabat saya sang professor Jhon ketika golden state warrior klub basket favorit kami akhir menjuari final NBA 2015. Kami berdua selama di dunia kampus dulu setiap musim selalu nonton live warriors bertanding yang kami tahu, selalu kalah. Warriors bukan club papan atas NBA. Namun kami menyukai karena spirit semangatnya mewakili multi etnic multi ras populasi yang tinggal di bay area dan pantai barat Amerika tersebut.
Jhon sekarang mengajar dan menjadi guru besar di kampus NYU, di New York namun “home town” nya tetap saja di city by the bay, San Fransisco.
Begitu dia mengabari saya akan kemengana warriors, pikiran saya melayang ke masa dunia kampus dahulu. saya ter ingat masa-masa kami di kampus. Dia memiliki keisengan yang luar biasa. Kreatif, super kreatif bahkan. Terutama dalam melakukan eksperiment dalam dunia social psikologi. Yang kemudian eksperimentnya dia beri nama sendiri hasil test-testnya tersebut. Misalnya salting the jar, pratfall effect, dan banyak nama aneh lainnya.
Dulu, entah kenapa saya adalah orang yang selalu di bawanya, kami seusia, namun dia sudah jadi asisten dosen kala itu . kalau lagi melakukan eksperimen dia pasti bawa saya. walau bukan pekerjaan kampus namun hal ini bagi kami adalah hal yang menyenangkan. Mengetahui fakta atas perilaku social manusia.
Saya keinget suatu hari dia menggedor pintu kamar saya di asrama. Kebetulan kamar kami di “dorm” seberang-seberangan. Dengan gayanya yang cekatan dan sporty dia berjingkrak jingkrak exciting masuk ke kamar saya..dia ngak “gig” atau “nerd” untuk seorang kutu buku, malah ngak ketebak kalau dia kutubuku karena gayanya sporty.
I have a great idea katanya kemudian
Well don’t you always ?! saya jawab bukannya dia biasanya begitu, yang saya lanjut bertanya dengan males-males..now what ? apa an lagee nih
Here..dia menunjukan dua kertas besar berisi gambar dua buah pulau atau batas negara, state border. Satu gambar Negara besar atau pulau besar dia tulis A, dan gambar pulau kecil di tulis B gambar tersebut bersebelahan.
Lalu dia bawa gambar satu lagi. Sama gambarnya, hanya sekarang pualu yang besar di tulis B, pulau yang kecil di tulis A.
Ok wowiek, you bring this to student center anda ask everyone who pass by. Saya di perintahkan membawa salah satu gambar di bawa ke tempat masasiswa sering berkumpul di student center deket perpustakaan dan kantin.
Than what? Saya sudah hafal sebenenrnya dia mau apa tapi yang saya butuhkan adalah kali ini dia mau tahu apa? sehingga saya tahu mau nanya apa pada responden yang lewat.
Just tell everyone , this 2 country are going to war. And you’ll ask them, Which country according to them are going to win? Or which country by feeling (of them) that might win?
That about it? Saya tanya heran, hanya menanyakan kepada responden jika kedua Negara ini perang antara Negara A dan B siapa menurut mereka akan menang. Ok, lets do it! Saya bawa satu kertas, beserta papan untuk menempelnya. Saya membawa gambar A Negara besar, B yang negaranya ukurannya lebih kecil dari A.
Jhon membawa gambar sebaliknya. Negara besarnya B, yang Negara kecil A.
Saya kalau urusan sama Jhon selalu berprasangka baik, karena itulah saya jarang tanya dan selalu bilang iya kepadanya. Sementara, menurut Jhon, teman lain selalu bertanya banyak pertanyaan tapi ngak jalan-jalan. Kalau saya, iya nurut saja.
Jadi saya pun tanpa sungkan bertanya kepada siapa saja yang lewat pertanyaan yang sama. Hi guys, we are conducting an experiment..please review this picture. This are the 2 countries that will go to war to one another. Which country according to you that might win?
Maka ada yang menajab A Negara besar, da nada yang menjawab, I guess B, the smaller country.
2 jam berdiri dan bertanya pada setiap yang melewati spot saya berdiri menurut saya cukup dan saya balik ke kamar asrama dan mulai menghitung. Berapa yang A dan berapa yang B. sebenarnya saya sendiri kurangtahu si Jhon ini mau mengukur apa?
Dan ketika Jhon selesasi dengan respondence nya dia membuat hitungan di kamar nya. Yang kemudian hasilnya kami cocok kan. Saya mendapatkan 170 responden. Jhon mendapat 205 responden. Dan menurut anda berapa kira-kira perbandingan dari pilihan responden?
Di catatan saya yang memilih Negara besar A yang menang 40, B Negara kecil yang menang 130 , alias lebih kurang 25% menang A Negara besar, 75% menang B Negara kecil. Dan dalam laporan Jhon terdapat angka, 71% A menang (Negara kecil), 29% B menang (Negara besar). perlu di ingat ..gambar Jhon negara besar nya B, Negara kecilnya A.
Kesimpulan, nama A dan B tidak pengaruh!. Mereka melihat “ukuran” gambar Negara/pulau tadi. Dan mereka 70 sekian persen memenangkan Negara kecil. Inilah yang di sebut “underdog effect” oleh si Jhon. Manusia kebanyakan akan memilih yang kecil atau terlihat lemah.
Manusia cenderung memilih yang “underdog” karena bisa/merasa mewakili diri mereka. Kaum lemah, tertindas, dan mengalahkan yang lebih besar akan mendapatkan nilai kemenangan yang lebih seru, lebih semangat dan berbagai alasan pemuas kejiwaan lainnya.
Cobalah di posisi anda netral dan ada sebuah pertandingan sepak bola di piala dunia. Statistic menunjukan banyaknya pilihan anda dalam bertaruh jatuh pada Negara underdog. Karena menaklukan raksasa, membalik keadaan adalah hal yang nikmat. Sejarah David goliath sudah masuk ke sub system manusia lama sekali.
Jadi saya ingat perkataan jhon, seberapa sering sih seseorang membuka cerita dengan, saya dulu orang susah sebelum sesukses sekarang dan cerita ini memikat anda. Atau betapa kita senang membaca mendengar cerita bahwa seseorang dulunya susah, miskin dan sekrang suskes hal itu menjadi “minat” banyak orang. Anak singkong nya Chairul Tanjung, anak petaninya Suharto, drop out of school nya Steve Jobs Apple, ngak sekolahnya Richard Brenson, dan lain sebagainya. Sangat memikat karena “underdog effect”. Lihat lah cerita sinetron, anak tukang sayur, pembantu , susah lalu jadi sukses.
Cerita underdog itu memang menjadi teknik pemikat otak manusia. Secara sadar penulis cerita tersebut mengendalikan pikiran penonton. Bayangkan, cuma di sinetron sopir bisa di jadiin gebetan, di dunia nyata.. gebetan di jadiin sopir. Tapi yang mengemari nonton acara itu ya banyak. Yang sopir di jadiin gebetan.
Jadi, tulisan singkat ini mudah-mudahan bisa sedikit memahami “underdog effect”. Dan saya yakin hal ini bisa membuat anda tahu strategi apa yang harus di jual kepada kalayak. # may peace be upon us