Rabu, 28 Oktober 2015
“Tiap Luka punya cerita”
Saya ini penggila data. Saya ini menyuka statistic dan angka. Bagi saya angka itu adalah hal yang sederhana. Hanya varian dari angka nol (0) dan Sembilan (9) hanya 10 macam. Diacak-acak seperti apapun hanya kombinasi dari 10 angka tersebut.
Huruf latin ada 26 memberikan kata-kata dan kalimat memiliki variant lebih banyak dari angka. Jadi karena hal ini nilai saya dalam dunia angka di bangku sekolah lumayan tinggi.
Data dan angka adalah “fact and figure”. Hal inilah yang menentukan setiap keputusan saya dalam melangkah. Kuncinya yang lebih mendasar lagi adalah, dari mana sumber data tersebut? Tidak ada yang terbaik kecuali dari data yang anda cari sendiri. data yang anda kumpulkan sendiri.
Ada hal yang akhirnya menjadi backbone, tulang punggung saya dalam mencari data yaitu sejak tahun 2006 saya meminta mas kirdi untuk menyetujui salah satu “tax planning” strategi di perusahaan kami adalah membiayai reseach dan study saya.
Kita semua tahu dalam pelaporan perpajakan, bahwa unsur biaya bisa mengecilkan keuntungan yang bisa mengecilkan pembayaran pajak. Dari pada “terlalu” besar ya kami masukan unsur biaya yang bisa memberi manfaat dari pada hanya sekedar kenyamanan. Yaitu biaya reseach.
Sejak saat itulah narapatih institute berdiri. Ini adalah lembaga “self funded’ yang bergerak dalam bidang yang tidak umum. Pengamat extra ordinary crime dan intelegen. Pertama kami juga ngak tahu kearah mana lembaga ini berjalan. Namun berkumpulanya banyak sahabat yang memiliki ketrampilan khusus membuat kami memiliki banyak “un publish data” mengenai extra ordinary crime seperti terrorism dan data intelegen Indonesia.
Kami tidak menganalisa, kami hanya pengumpul data. Fakta, ada berupa foto, tulisan, rekaman gambar, rekaman persidangan, rekaman direct interview.
Bagi kami, mungkin hanya sekedar aktifitas kecil yang mencoba memanfaatkan waktu luang agar produktif. Dan ngak heran, mas kirdi hingga saat ini masih menjadi “secret weapon” dalam interview with a suspect atau mata ketiga dalam interview para saksi dan tersangka extra ordinary crime. Agus nya angeline, kasus UI, kasus pelecehan JIS, dia masih up date karena masih memegang langsung. Saya sudah bergeser, di bawah tahun 2012 saya masih disana. Namun sejak saat itu hingga sekarang saya lebih minat mengumpulkan data. Data pasar atau tepatnya marketing intelegen.
Tahun lalu kami melakukan sebuah research pasar. Kami melakukannya di bali. Alas an pertama kami memang menarget turis asing dalam survey tersebut. Terdapat 890 respondence yang mengisi questionnaire. Membuat reseach data adalah hal sederhana. Siapkan anak SMK 3-5 orang yang santun, ramah. Lalu meminta respondence waktu 5 menit mengisi data. Sambil menunggu di bandara adalah waktu ideal dan tidak mnyita waktu mereka.
Survey ini hanya memakan waktu 6 jam dalam 1 hari dan dana sekitar 2,5 juta rupiah untuk ongkos anak-anak SMK tersebut mengerjakannya. Dengan 1000 lembar queastionaire 890 kami nyatakan layak, baik dan benar, dari data tersebut terlapor sebagai berikut :
78% warga asing 22% warga Indoensia. Dari 78% warga asing 30% nya ternyata datang dari negera tetangga, Malaysia, Singapore, Thailand.
Reset tersebut adalah mencari tahu kebiasaan mereka didalam memilih jdawal liburan dan memilih akomodasi.
Terdapat data bahwa, dalam memilih liburan dan akomodasi :
25% respondence memilih 4-6 minggu sebelum keberangkatan.
20% respondence memilih 2-4 minggu sebelum keberangkatan,
18% respondence menjawab memilih 1-2 inggu sebelum keberangkatan,
15% respondenece memilih 6-12 minggu sebelum keberangkatan ,
15% memilih 1-2 hari sebelum keberangkatan,
sisanya 7% lain-lain.
Membaca data survey saya menemukan banyak fakta. Ada fakta menarik yang menjadi focus saya yaitu di "data 15% respondence memilih akomodasi 1-2 hari sebelum hari H keberangkatan".
Ternyata dari 15% tersebut orang Indonesia mengisi 65% nya. Alias orang indonesia kalau berangkat doyannya “last minute person”..jiaaah, ini membuat saya mesem-mesem kukur kukur garukin kepala yang ngak gatel. Ngak di kampus, ngak di sekolah ngak ngumpulin tugas, ngak buat skripsi, ngak mau ujian, menyelesaikan kerjaan kantor, semua sama…”last minute person” hahaha.
Jadi, ini kayaknya yang terjadi saat ini di pemerintahan ya, semua dikerjakan last minute. Geradak-geruduk begitu deket deadline. Resapan anggaran rendah, dibuang di akhir tahun. Ngejar pekerjaan semua di buru-buru di akhirnya. Ya mudah-mudah kali ini saya salah lagi karena saya belum survey sih. # may peace be upon us