Dalam sebuah kompetisi marathon tahunan rutin di Bali kemarin saya
beriringan dengan sahabat lama saya lari bersama. Kita semua tahu bahwa
sponsor marathon tersebut adalah salah satu bank nasional. Sementara
sahabat saya ini adalah salah satu pimpinan bank, namun dari bank
lainnya.
Saya agak heran begitu bertemu dan dia menjadi salah
satu peserta nya sehingga pada saat akan start di wilauah gianyar
tersebut saya bertanya, ngak salah nih si abang?!, ini menudukung
kegiatan bank lain atau emang mau cari keringet olah raga?
Beliau
turunan sumatera utara , orang batak, saya mengenalnmya sejak jaman
kuliah dulu. Kami beda angkatan, saya juniornya. Mendengar pertanyaan
saya, Dia hanya tertawa dan menjawab, ada banyak hal wiek melihatnya,
saya berusaha meramu menjadi satu. Dan tak lama letusan start dimulai.
Bagi saya jogging ini bukan untuk kompetisi, namun hanya sekedar
finisher. Menciptakan habit kebiasaan “finish what we start”. Lari 10KM
saja. Bagi yang serius mungkin bisa ikut full marathon atau half
marathon. Bagi saya hanya 10KM saja.
Dan si abang ternyata
demikian pula. Pertemuan yang serasa tidak di atur itu membuat jogging
pagi menjadi dapat banyak manfaat karena saya jogingnya bisa sambil
ngobrol. Ngobrol dengan banker papan atas. Bahkan sahabat saya ini
pernah di nobatkan oleh Hermawan Kertajaya Markplus sebagai “the truly
banker”.
Seorang berumur 50 tahun, berkarir awal di Citibank
kemudian ke perusahaan keuangan lainya GE Finance, kemudian ke 2 bank
plat merah dengan jabatan direktur. Divisi yang dipegang pun beragam,
bahkan di bank sebelum sekarang ini beliau pernah menerima award dari
Visa Center Head office di Barcelona sebagai "the faster growth visa
selling" dengan prestasi dalam 1 tahun menjual 1 juta visa card.
Bagi saya kalau seandainya saya memperoleh orang seperti dia, bukan
hanya award saja yang saya kasih, pasti saya berikan lebih berupa
bonus-bonus lainya. Pokoknya dia jangan sampai pindah saja. Karena
kenyataanya beliau pindah setelah award tersebut.
Bayangkan, 1
juta card holder, kalikan biaya tahunan kartu yaitu 200 ribu rupiah.
Alias ada uang 200 milyar tiap tahun di card center tersebut. Sekali
lagi sebagai catatan, 200 milyar tiap tahun.
Berapa yang siabang
dapat? hanya gajih dengan 14 -18 kali gajih pertahun?! . Ngak seimbang
lah..lempar handuk, pergi dia. Bukan menyerah namun “team” lain dengan
tajam melihat potensi dia menawar lebih tinggi.
Ini hanya
catatan, suatu hari atau saat ini anda mungkin punya “strong leader”
seperti si abang dalam team bisnis anda. Jika anda lupa melihat
potensinya,jika anda lupa "mengelus ego" nya (memberi reward), bisa
hilang jagoan anda sebentar lagi. Ingat, competitor anda adalah cermin
anda. Cermin tidak pernah bohong. Cermin jangan sampai buram karena
tidak pernah dibersihkan. Buram itu piktor, pikiran kotor. Kaca buram
karena pikiran penuh polusi. Inilah yang membuat bisnis gagal focus.
Kembali ke 10K, kami ngobrol lebih focus. Benar kami fokusnya malah di
ngobrol sambil lari, bukan larinya jadi utama kami, tapi ngobrolnya.
Padahal di Jakarta rumah kami hanya berjarak 3 KM, padahal hape selalu
di tangan dengan nomor direct, padahal anak seumuran saling kenal dan
sama-sama sekolah di tempat dekat. Namun 6 bulan ini kami tidak bertemu
dan komunikasi, jadi…lari 10K solusi nya.
Dia bercerita bahwa dia
sedang mempelajari competitor nya ini. Promosi mensponsori marathon
ini impactnya kira-kira apa di komunitas, di brand, di experience, di
media coverage, di loyality customer, di daerah setempat atau local
effect, return of investment menginvest dan return nya, dan tentunya
pertumbuhannya, atau business growth nya.
Yang saya heran kenapa
dia sendiri yang melakukannya, bukan stafnya, bukan teamnya. Namun dia
sendiri!. diapun menjawab bahwa tindakannya ini bahkan tidak ada yang
tahu. Dan itu sering dilakukannya terhadap banyak event, gathering, di
berbagai acara yang dilakukan oleh bank bank lain. Dia butuh “feel” nya.
Data dia bisa dapat namun “feeling” sulit di transfer. Agaknya ini yang
membedakan dirinya dengan banker yang lain.
Saya banyak berfikir
mendengar informasi yang dia berikan, sambil jogging ini. Saya
menyelutuk, bang, anda ini harusnya sudah jadi direktur utama
derajatnya! Yang bisanya di jawab sambil tertawa kali ini dia serius.
Wiek, jabatan dirut sebuah perusahaan pelat merah itu jabatan politis.
Jujur saya pernah di calonkan dan di pepet oleh beberapa orang yang
mengaku dari ring1 atau ring 0 dengan pusat pemerintahan.
Dan
terbukti memang orang itu kita kenal sebagai petinggi. Dan dikatakan
oleh mereka, begini ..bisakah anda melakukan apa seperti banyak pimpinan
sekarang lakukan. Menjadi seroang apa adanya.
Demikian dia
bercerita komentar dan saran dari orang yang akan membawanya ke ring1
agar dia bisa di calonkan sebagai dirut. Dia lanjutkan, saat ini orang
"harus" sederhana atau berpenampilan sederhana, seperi yang di contohkan
banyak peminpin sekarang. Itu mungkin pencitraan dan itu penting!
demikian orang itu memberi saran. Seperti pak Jokowi, jika dia
bersepatu, pergi kesebuah daerah yang ada 10 orang tidak menggunakan
sepatu, maka pak Jokowi akan melepas sepatunya.
Ini bertujuan
supaya satu rasa, dan kesederhanaan seorang pemimpin. Demikian si abang
menceritakan saran orang yang akan membawanya ke ring 1. Saya diam saja
wiek tak menjawab tapi dalam hati saya bicara, itu bukan gye banget! ,
asli bukan gue banget, kali ini dia mengatakan dengan tertawa. Kalau
minta saya seperti itu sulit, katanya kemudian, dan kalimat ini membuat
saya berkerut jidat.
Bener, dia melanjutkan, pencitraan
sederhana, perjuangan sukses dari bawah, misalnya pernah jadi tukang
ojek, pernah jadi office boy lalu sukses banyak lah model seperti ini,
dan menjadi trend membangun opini sekrang, itu bukan gue banget khan?!
Saya mengangguk, ada benarnya kalau itu di bawa ke abang. dia bukan
seperti itu. dia kebalikannya, itu yang saya kenal darinya.
si
abang melanjutkan, Kalau pak Jokowi melepas sepatu karena 10 orang di
depanya tidak bersepatu, dan itu di tiru banyak pemimpin ya gak apa-apa,
sah sah saja. Tapi jangan pura-pura. Saya orang batak, pura-pura itu
aneh, kami itu BTL - Batak Tembak Langsung, kami langsung-langsung
saja. Jadi kalau saya pakai sepatu dan ada orang di depan saya ngak
pakai sepatu, maka saya memilih kasih sepatu kesepuluh orang itu. Kita
jadi sejajar juga toh!.
Nah, kalimat ini membuat saya jadi “ngeh” versi nya dia melihat sesuatu berdasar “true color” nya dia, bukan pura-pura.
Lalu, katanya lagi, orang yang akan membawa ke ring 1 tersebut
mengingatkan, jika sudah menjabat tolong “perhatikan” partai tertentu.
Si abang menyebutkan warna partai tersebut . yang dia jawab tegas, wah
saya profesional saya banker, bukan politikus. Saya tidak perlu jabatan
kalau harus ada tanggung jawab “memperhatikan” warna tertentu. Saya
mundur saja pak, saya lebih baik clear bersih takada embel-embel dan
menjadi seperti sekarang saja.
Itu bagi saya pernyataan seorang
banker sejati, professional sejati. seorang ber-integritas. Karena ini
segera saya menuliskan status ini. Semoga orang-orang di lingkar 1 dan
lingkar 0 pemerintahan ada yang membaca dan bertanya kepada saya. kalau
memerlukan orang yang professional, focus, sangat “passion” dalam
prestasi. Ini ada putra bangsa yang siap membangun dan berkontribusi
namun tampa embel-embel kontribusi kelompok tertentu. Anda semua tahu
kemana menghubunginya, ke inbox saya ya hehehe # may peace be upon us