Rabu, 28 Oktober 2015

“ Jadilah hidup seperti filofofi bidak pion catur, dia kecil tapi jalanya maju terus”

Dalam sebuah kompetisi marathon tahunan rutin di Bali kemarin saya beriringan dengan sahabat lama saya lari bersama. Kita semua tahu bahwa sponsor marathon tersebut adalah salah satu bank nasional. Sementara sahabat saya ini adalah salah satu pimpinan bank, namun dari bank lainnya.
Saya agak heran begitu bertemu dan dia menjadi salah satu peserta nya sehingga pada saat akan start di wilauah gianyar tersebut saya bertanya, ngak salah nih si abang?!, ini menudukung kegiatan bank lain atau emang mau cari keringet olah raga?
Beliau turunan sumatera utara , orang batak, saya mengenalnmya sejak jaman kuliah dulu. Kami beda angkatan, saya juniornya. Mendengar pertanyaan saya, Dia hanya tertawa dan menjawab, ada banyak hal wiek melihatnya, saya berusaha meramu menjadi satu. Dan tak lama letusan start dimulai.
Bagi saya jogging ini bukan untuk kompetisi, namun hanya sekedar finisher. Menciptakan habit kebiasaan “finish what we start”. Lari 10KM saja. Bagi yang serius mungkin bisa ikut full marathon atau half marathon. Bagi saya hanya 10KM saja.
Dan si abang ternyata demikian pula. Pertemuan yang serasa tidak di atur itu membuat jogging pagi menjadi dapat banyak manfaat karena saya jogingnya bisa sambil ngobrol. Ngobrol dengan banker papan atas. Bahkan sahabat saya ini pernah di nobatkan oleh Hermawan Kertajaya Markplus sebagai “the truly banker”.
Seorang berumur 50 tahun, berkarir awal di Citibank kemudian ke perusahaan keuangan lainya GE Finance, kemudian ke 2 bank plat merah dengan jabatan direktur. Divisi yang dipegang pun beragam, bahkan di bank sebelum sekarang ini beliau pernah menerima award dari Visa Center Head office di Barcelona sebagai "the faster growth visa selling" dengan prestasi dalam 1 tahun menjual 1 juta visa card.
Bagi saya kalau seandainya saya memperoleh orang seperti dia, bukan hanya award saja yang saya kasih, pasti saya berikan lebih berupa bonus-bonus lainya. Pokoknya dia jangan sampai pindah saja. Karena kenyataanya beliau pindah setelah award tersebut.
Bayangkan, 1 juta card holder, kalikan biaya tahunan kartu yaitu 200 ribu rupiah. Alias ada uang 200 milyar tiap tahun di card center tersebut. Sekali lagi sebagai catatan, 200 milyar tiap tahun.
Berapa yang siabang dapat? hanya gajih dengan 14 -18 kali gajih pertahun?! . Ngak seimbang lah..lempar handuk, pergi dia. Bukan menyerah namun “team” lain dengan tajam melihat potensi dia menawar lebih tinggi.
Ini hanya catatan, suatu hari atau saat ini anda mungkin punya “strong leader” seperti si abang dalam team bisnis anda. Jika anda lupa melihat potensinya,jika anda lupa "mengelus ego" nya (memberi reward), bisa hilang jagoan anda sebentar lagi. Ingat, competitor anda adalah cermin anda. Cermin tidak pernah bohong. Cermin jangan sampai buram karena tidak pernah dibersihkan. Buram itu piktor, pikiran kotor. Kaca buram karena pikiran penuh polusi. Inilah yang membuat bisnis gagal focus.
Kembali ke 10K, kami ngobrol lebih focus. Benar kami fokusnya malah di ngobrol sambil lari, bukan larinya jadi utama kami, tapi ngobrolnya. Padahal di Jakarta rumah kami hanya berjarak 3 KM, padahal hape selalu di tangan dengan nomor direct, padahal anak seumuran saling kenal dan sama-sama sekolah di tempat dekat. Namun 6 bulan ini kami tidak bertemu dan komunikasi, jadi…lari 10K solusi nya.
Dia bercerita bahwa dia sedang mempelajari competitor nya ini. Promosi mensponsori marathon ini impactnya kira-kira apa di komunitas, di brand, di experience, di media coverage, di loyality customer, di daerah setempat atau local effect, return of investment menginvest dan return nya, dan tentunya pertumbuhannya, atau business growth nya.
Yang saya heran kenapa dia sendiri yang melakukannya, bukan stafnya, bukan teamnya. Namun dia sendiri!. diapun menjawab bahwa tindakannya ini bahkan tidak ada yang tahu. Dan itu sering dilakukannya terhadap banyak event, gathering, di berbagai acara yang dilakukan oleh bank bank lain. Dia butuh “feel” nya. Data dia bisa dapat namun “feeling” sulit di transfer. Agaknya ini yang membedakan dirinya dengan banker yang lain.
Saya banyak berfikir mendengar informasi yang dia berikan, sambil jogging ini. Saya menyelutuk, bang, anda ini harusnya sudah jadi direktur utama derajatnya! Yang bisanya di jawab sambil tertawa kali ini dia serius. Wiek, jabatan dirut sebuah perusahaan pelat merah itu jabatan politis. Jujur saya pernah di calonkan dan di pepet oleh beberapa orang yang mengaku dari ring1 atau ring 0 dengan pusat pemerintahan.
Dan terbukti memang orang itu kita kenal sebagai petinggi. Dan dikatakan oleh mereka, begini ..bisakah anda melakukan apa seperti banyak pimpinan sekarang lakukan. Menjadi seroang apa adanya.
Demikian dia bercerita komentar dan saran dari orang yang akan membawanya ke ring1 agar dia bisa di calonkan sebagai dirut. Dia lanjutkan, saat ini orang "harus" sederhana atau berpenampilan sederhana, seperi yang di contohkan banyak peminpin sekarang. Itu mungkin pencitraan dan itu penting! demikian orang itu memberi saran. Seperti pak Jokowi, jika dia bersepatu, pergi kesebuah daerah yang ada 10 orang tidak menggunakan sepatu, maka pak Jokowi akan melepas sepatunya.
Ini bertujuan supaya satu rasa, dan kesederhanaan seorang pemimpin. Demikian si abang menceritakan saran orang yang akan membawanya ke ring 1. Saya diam saja wiek tak menjawab tapi dalam hati saya bicara, itu bukan gye banget! , asli bukan gue banget, kali ini dia mengatakan dengan tertawa. Kalau minta saya seperti itu sulit, katanya kemudian, dan kalimat ini membuat saya berkerut jidat.
Bener, dia melanjutkan, pencitraan sederhana, perjuangan sukses dari bawah, misalnya pernah jadi tukang ojek, pernah jadi office boy lalu sukses banyak lah model seperti ini, dan menjadi trend membangun opini sekrang, itu bukan gue banget khan?!
Saya mengangguk, ada benarnya kalau itu di bawa ke abang. dia bukan seperti itu. dia kebalikannya, itu yang saya kenal darinya.
si abang melanjutkan, Kalau pak Jokowi melepas sepatu karena 10 orang di depanya tidak bersepatu, dan itu di tiru banyak pemimpin ya gak apa-apa, sah sah saja. Tapi jangan pura-pura. Saya orang batak, pura-pura itu aneh, kami itu BTL - Batak Tembak Langsung, kami langsung-langsung saja. Jadi kalau saya pakai sepatu dan ada orang di depan saya ngak pakai sepatu, maka saya memilih kasih sepatu kesepuluh orang itu. Kita jadi sejajar juga toh!.
Nah, kalimat ini membuat saya jadi “ngeh” versi nya dia melihat sesuatu berdasar “true color” nya dia, bukan pura-pura.
Lalu, katanya lagi, orang yang akan membawa ke ring 1 tersebut mengingatkan, jika sudah menjabat tolong “perhatikan” partai tertentu. Si abang menyebutkan warna partai tersebut . yang dia jawab tegas, wah saya profesional saya banker, bukan politikus. Saya tidak perlu jabatan kalau harus ada tanggung jawab “memperhatikan” warna tertentu. Saya mundur saja pak, saya lebih baik clear bersih takada embel-embel dan menjadi seperti sekarang saja.
Itu bagi saya pernyataan seorang banker sejati, professional sejati. seorang ber-integritas. Karena ini segera saya menuliskan status ini. Semoga orang-orang di lingkar 1 dan lingkar 0 pemerintahan ada yang membaca dan bertanya kepada saya. kalau memerlukan orang yang professional, focus, sangat “passion” dalam prestasi. Ini ada putra bangsa yang siap membangun dan berkontribusi namun tampa embel-embel kontribusi kelompok tertentu. Anda semua tahu kemana menghubunginya, ke inbox saya ya hehehe # may peace be upon us