Kemarin
saya mengucapkan kata-kata yang nggak mungkin jadi kenyataan. Coba, saya dengan
sedikit isi kepala ini juga network saat ini, usia saya sepuluh tahun lebih
muda, hahaha... Di usia saya yang pertengahan empat puluh-an ini saya merasa
terlambat start. Terlambat melakukan. Saya baru berkaca sekarang dalam urusan
ini.
Mengapa
hal ini mendadak mendominasi isi otak saya. Ini gara-gara pegawai saya yang
usianya sepuluh tahun dan tujuh belas tahun lebih muda dari saya. Dia bernama
AF & IW, posisinya investment manajer & business development. Kemauan
belajarnya bagus, hasil kerjanya oke lah. Namun saya gregetan melihat potensi
dirinya yang bagus itu tapi kecepatan memaksimalkan potensinya hanya 20 persen. Di saat presentasi
investment
dengan mitra bisnis atau lembaga keuangan, advisory, finance company,
investment banking, hanya memberi data. Power of asking-nya kurang, passion-nya
tidak menyala-nyala yang bisa menulari lawan bicara.
Saya
mengibaratkan pemain volley. Dia tidak punya smash mematikan. Atau kalau
permainan tinju dia tidak memiliki killing punch. Dan ini mengingatkan saya sepuluh atau lima belas tahun silam. Sama. Saya
tidak memiliki hal ini juga. Kemampuan menaklukkan. Kerena itu saya merasa
melihat dirinya seperti melihat diri saya. Dan saya tidak mau terjadi di mana
beberapa tahun lagi dia baru memiliki kemampuan negosiasi unggul .
AF
& IW di rapat pagi tadi berkata, “Pak, ajari saya, Pak, dalam memanipulasi otak orang.”
Saya
berkata, seperti apa yang saya tuliskan di awal... saya berharap saya saat ini sepuluh tahun lebih muda
sehingga bisa buas melakukan manuver bisnis. Bisnis itu seni, bisnis itu
kebiasaan, bisnis itu pengulangan gagal dan sukses, bisnis itu tak bisa
dikarbit namun bisa dipercepat. Bisnis itu tak ada resiko gagal. Bisnisnya
mungkin tidak jadi tapi kenalan dengan orang baru, yang ternyata di kemudian
hari ada manfaatnya. Jadi bisnis jika dilihat secara global dan panjang semua
menguntungkan.
Karena
AF & IW sudah menyatakan dirinya mau dipoles, maka saya menginfokan padanya, “Ok, AF, siapin data perusahaan dan beberapa prospek, nggak lebih tiga lembar. Dan ini bukan untuk
diperlihatkan. Kita hanya memperkenalkan diri, lalu mengumpulkan informasi, apa appetite mereka?
Apa selera mereka? Sehingga begitu kita tahu apa maunya mereka, sukanya mereka,
maka presentasi kita buatkan seperti kesukaan mereka. Ibaratnya, kalau mereka
suka nasi goreng, ya kita bawakan nasi goreng, kalau mereka suka udang bakar,
kita bawakan udang bakar. Jadi sekarang kita hanya kenalan, ngobrol dan mengumpulkan informasi,
collecting data. Setelah lebaran tiap hari minimal satu kali kita ketemu dengan financial
guys. Kita mulai dari teman-teman saya di JP Morgan, Credit Suisse, Meryl Linch, OCBC, Deucthe Bank, Rabo Bank, TripleA securities, Jamsostek, Recapital, Risco dan lain sebagainya. Kalian saya buatkan appoinment
dengan mereka semua. Satu hari satu pertemuan minimal. Ada lebih dari seratus list daftar financial
network di kartu nama saya. Ingat, kamu tidak memberikan informasi apa-apa, hanya memperkenalkan perusahaan dan
siapa kamu. Lalu lakukan digging dan probing terhadap personal interest-nya.
Cari emosional datanya namun jangan
seperti orang interview, lakukan seperti orang bodoh bertanya. Benarkan semua
informasi yang kamu dapat,
jangan disanggah. Nikmati semua dongeng-dongeng mereka,
terus gali apa saja kesukaan mereka. Pulangnya nanti share dengan saya.”
Mungkin
agak egois saya dengan kasus AF & IW ini, namun dalam hal caddying ini saya
benar-benar ingin
dia menduplikasi dan mengusai negosiasi secepatnya. Karena saya ingin kerja
bisa santai, paling enak ajari semua ilmu yang saya bisa dan kenalkan semua
network yang saya punya. Dulu saya harus melakukannya sendiri sehingga
memerlukan sepuluh tahun
lebih mengumpulkan satu-satu.
Sekarang saya ingin mereka semua tidak perlu membuang waktu lama lagi, cukup
mengembangkan data dari saya dan mengembangkannya sendiri. Dan dalam mentoring tindakan yang paling cepat menurut saya
adalah dengan melakukan praktek langsung.
Mengapa
saya ingin mereka pandai? Karena saya merasa melakukan building depth relation
ini adalah investasi jangka panjang yang harus di-maintain terus, sementara jalanan Jakarta tidak bisa lincah
melakukannya. Dulu tiga
appoinment bisa dilakukan karena jalanan belum semacet sekarang. Sekarang satu
saja sudah kelelahan di jalan. Biarlah kaki-kaki segar yang melakukannya karena
masih banyak sisi lain yang harus disentuh. # peace be upon us