Rabu, 28 Oktober 2015

ILMU NEGOSIASI



Kemarin saya mengucapkan kata-kata yang nggak mungkin jadi kenyataan. Coba, saya dengan sedikit isi kepala ini juga network saat ini, usia saya sepuluh tahun lebih muda, hahaha... Di usia saya yang pertengahan empat puluh-an ini saya merasa terlambat start. Terlambat melakukan. Saya baru berkaca sekarang dalam urusan ini.
Mengapa hal ini mendadak mendominasi isi otak saya. Ini gara-gara pegawai saya yang usianya sepuluh tahun dan tujuh belas tahun lebih muda dari saya. Dia bernama AF & IW, posisinya investment manajer & business development. Kemauan belajarnya bagus, hasil kerjanya oke lah. Namun saya gregetan melihat potensi dirinya yang bagus itu tapi kecepatan memaksimalkan potensinya hanya 20 persen. Di saat presentasi investment dengan mitra bisnis atau lembaga keuangan, advisory, finance company, investment banking, hanya memberi data. Power of asking-nya kurang, passion-nya tidak menyala-nyala yang bisa menulari lawan bicara.
Saya mengibaratkan pemain volley. Dia tidak punya smash mematikan. Atau kalau permainan tinju dia tidak memiliki killing punch. Dan ini mengingatkan saya sepuluh atau lima belas tahun silam. Sama. Saya tidak memiliki hal ini juga. Kemampuan menaklukkan. Kerena itu saya merasa melihat dirinya seperti melihat diri saya. Dan saya tidak mau terjadi di mana beberapa tahun lagi dia baru memiliki kemampuan negosiasi unggul .
AF & IW di rapat pagi tadi berkata, “Pak, ajari saya, Pak, dalam memanipulasi otak orang.
Saya berkata, seperti apa yang saya tuliskan di awal... saya berharap saya saat ini sepuluh tahun lebih muda sehingga bisa buas melakukan manuver bisnis. Bisnis itu seni, bisnis itu kebiasaan, bisnis itu pengulangan gagal dan sukses, bisnis itu tak bisa dikarbit namun bisa dipercepat. Bisnis itu tak ada resiko gagal. Bisnisnya mungkin tidak jadi tapi kenalan dengan orang baru, yang ternyata di kemudian hari ada manfaatnya. Jadi bisnis jika dilihat secara global dan panjang semua menguntungkan.
Karena AF & IW sudah menyatakan dirinya mau dipoles, maka saya menginfokan padanya, “Ok, AF, siapin data perusahaan dan beberapa prospek, nggak lebih tiga lembar. Dan ini bukan untuk diperlihatkan. Kita hanya memperkenalkan diri, lalu mengumpulkan informasi, apa appetite mereka? Apa selera mereka? Sehingga begitu kita tahu apa maunya mereka, sukanya mereka, maka presentasi kita buatkan seperti kesukaan mereka. Ibaratnya, kalau mereka suka nasi goreng, ya kita bawakan nasi goreng, kalau mereka suka udang bakar, kita bawakan udang bakar. Jadi sekarang kita hanya kenalan, ngobrol dan mengumpulkan informasi, collecting data. Setelah lebaran tiap hari minimal satu kali kita ketemu dengan financial guys. Kita mulai dari teman-teman saya di JP Morgan, Credit Suisse, Meryl Linch, OCBC, Deucthe Bank, Rabo Bank, TripleA securities, Jamsostek, Recapital, Risco dan lain sebagainya. Kalian saya buatkan appoinment dengan mereka semua. Satu hari satu pertemuan minimal. Ada lebih dari seratus list daftar financial network di kartu nama saya. Ingat, kamu tidak memberikan informasi apa-apa, hanya memperkenalkan perusahaan dan siapa kamu. Lalu lakukan digging dan probing terhadap personal interest-nya. Cari emosional datanya namun jangan seperti orang interview, lakukan seperti orang bodoh bertanya. Benarkan semua informasi yang kamu dapat, jangan disanggah. Nikmati semua dongeng-dongeng mereka, terus gali apa saja kesukaan mereka. Pulangnya nanti share dengan saya.
Mungkin agak egois saya dengan kasus AF & IW ini, namun dalam hal caddying ini saya benar-benar ingin dia menduplikasi dan mengusai negosiasi secepatnya. Karena saya ingin kerja bisa santai, paling enak ajari semua ilmu yang saya bisa dan kenalkan semua network yang saya punya. Dulu saya harus melakukannya sendiri sehingga memerlukan sepuluh tahun lebih mengumpulkan satu-satu. Sekarang saya ingin mereka semua tidak perlu membuang waktu lama lagi, cukup mengembangkan data dari saya dan mengembangkannya sendiri. Dan dalam mentoring tindakan yang paling cepat menurut saya adalah dengan melakukan praktek langsung.
Mengapa saya ingin mereka pandai? Karena saya merasa melakukan building depth relation ini adalah investasi jangka panjang yang harus di-maintain terus, sementara jalanan Jakarta tidak bisa lincah melakukannya. Dulu tiga appoinment bisa dilakukan karena jalanan belum semacet sekarang. Sekarang satu saja sudah kelelahan di jalan. Biarlah kaki-kaki segar yang melakukannya karena masih banyak sisi lain yang harus disentuh. # peace be upon us