Salah satu hal yang membuat saya merenung lama adalah ketika sahabat
saya mengatakan, mas, maaf ya, anda mungkin reputable tapi anda secara
pribadi ngak bankable!
Ketika satu sahabatmengatakan hal itu saya
masih belum kena, namun ketika itu jumlahnya lebih dari satu namun
beberapa orang, hal ini menambah pikiran buat saya. Bayangkan,ada 5
sahabat saya, saya kenal lebih dari 15 tahun sejak maret tahun ini
menjabat direksi bank plat merah. Di 4 bank pelat merah tepatnya.
Ketika saya bertemu mereka dan memberikan ucapan selamat atas jabatan
baru mereka tepatnya 2 bulan setelah mereka menjabat. Saya memang
menyempat menggilir pertemuan santai sambil makan siang dengan mereka,
satu persatu. Dan saat itulah selalu keisengan saya menyempatkan
berkata..saya minta kredit dong? Banyak proyek nih..
Mereka
langsung menyebut nama perusahaan saya, kalau perusahaan yang itu yang
minta atau memberikan korporate garansi segera saya keluarkan. Namun
saya jawab, ngak..saya mau membangun baru dengan komposisi baru ,
pinjaman saya pribadi. Dan kalimat di awal tulisan ini terucap dari
mulut mereka. Walau semua private pertemuannya, tidak bareng, selang
beberapa hari namun mereka menjawab seperti koor.
Mas mungkin “reputable” tapi anda tidak “bankable”.
Mendengar kalimat tersebut saya hanya mengurut dada, cukup perih juga.
Sudah mencoba membangun kredibilitas di dunia bisnis selama 25 tahun
ternyata masih dianggap “mungkin reputable”…”mungkin..” itujuga mungkin,
dan tidak “bankable”. Reputasi tidak dianggap baik-baik amat dan tidak
ada nilai jaminan di mata bank kecuali beberapa asset pribadi berubah
rumah.
Saya ngak dianggap oleh banker sahabat saya. oleh banker
yang secara perjalanan bisnis yang lalu-lalu saya tidak pernah fail,
gagal bayar, tapi di restruturisasi pernah sekali, di stretch pinjaman
pernah juga namun itu menurut saya wajar toh sudah lama lunas, dulu
memang bleeding berdarah darah, namun 5 tahun lalu selesai juga walau 9
tahun yang harusnya 5 tahun. Dalam hati juga saya mengingat track
record saya pribadi dengan perusahaan yang saya kelola dengan loan
pinajaman mereka ada 5 yang ok, di luar satu yang bleeding.
Mendengar kalimat tersebut walau miris saya tapi tidak kesal terhadap
mereka. Bankers professional memanag harus begitu, walau kenal, walau
pernah punya pengalaman panjang yang baik di masa lalu. Masa depan harus
tetap di analisa.
Jadi, saya acungi jempol terhadap terpilihnya
mereka. Mereka benar banker sejati. Dalam hati saya pengen banget punya
bank, dan mereka jadi direksi saya..ahhhh, ngimpi mungkin. Bener,
setiap bertemu orang-orang seperti ini, pikiran saya langsung, i wish
saya yang punya perusahaan.
Memiliki SDM handal, atau human
capital yang handa adalah asset yang jauh lebih berharga dari pada
konsep bisnis yang kuat, atau brand dagangan yang bagus. Human capital
ini tidak jadi dalam semalam. Karena itu menemukan mereka dan mau
bergabung dengan anda, adalah keberkahan tersendiri. Sekali lagi jauh
lebih penting dari pada “proven concept” atau brand produk.
Kembali ke masalah reputable dan bankable. Hal ini membuat saya selama 3
minggu masuk “gua hiro” pribadi saya. pilihan saya menyepi, di pinggir
kolam tepi sawah, membawa buku, dan laptop tua. Sekalian liburan
lebaran, sekalian masa lenggang. Sekalian action dimasa sepi ini.
Saya tidak bankable karena saya hanya minoritas owner di perusahaan
saya, bahkan ketika saya CEO nya, saya tak ubahnya hanya professional,
seperti para direksi bank tersebut. Sama. Mereka reputable, dan pasti
reputable, saya posisinya hanya “mungkin reputable”. Mereka juga seperti
saya ngak bankable.
Namun karena mereka labelnya profesional
kata-kata “tidak bankable” ngak terlalu masalah buat mereka. Bagi saya
yang mempunyai lebel “katanya pengusaha” kata-kata tidak bankable,
merupakan hal yang tabu untuk terjadi.
Kesimpulan, saya harus
mayoritas owner di perusahan yang credible, yang memiliki asset dan
solvabilitas tumbuh baik dan memiliki revenue penjualan yang bertumbuh.
Dan pastinya memiliki margin profit yang bagus.
Manajemen dikatakan bagus ketika GOP gross operating profit di atas rata-rata.
Kesemua itu diramu baru saya di anggap bankable.
Bagaimana meramunya, bagaimana memulainya? Inilah yang saya lakukan
tanpa berfikir panjang dalam 3 minggu ini. Nomor satu, buat PT
perusahaan yang saya mayoritas. PT baru. Saya 99% dan 1% pinjem nama
anak saya, dengan catatan dia manut saja atas manuver yang saya akan
lakukan. Karena kita semua tahu 1 orang tidak bisa buat PT perusahaan.
Lalu dalam PT tersebut setoran saham adalah imbreng seluruh asset asset saya di perusahaan yang saya minoritas.
Saya mulai dari 4 perusahaan saya dengan mitra KP. Di 4 perusahaan
tersebut saya masing-masing 40%. Jadi saya swap share , 2 perusahaan
saya naikan saham saya menjadi 60%, mas KP ambil 2 perusahaan yang
komposisi sahamnya mas KP naik jadi 80% saya 20%.
Di posisi nama
pribadi saya yang 60% saya beli menggunakan PT baru saya. jadi di 3
perusahaan tersebut komposisi perusahaan baru katakanlah namanya CAD,
memiliki 60% PT A, dan 60% PT B. PT C dan D, saya biarkan pakai nama
saya pribadi karena tinggal 20%.
Komposisi ownership berubah,
namun direksi , manajemen tetap sama. Ini RUPSLB cepat yang sudah kita
lakukan. Direksi pastinya tidak masalah, tidak ada strategi bisnis baru.
Hanya komposisi baru. Di PT CAD terjadi perubahan komposisi juga.
Karena CAD membeli PT A dan B harus ada cash out dan cash in agar
tercatat sebagai asset di sisi neraca.
Maka penyeimbangnya adalah
swap saham,CAD memiliki komposisi baru. dimana pemilik 40 % saham PT
CAD adalah PT A dan B. di sini direksi PT A dan B harus tahu kalau
sekarang mereka memiliki anak usaha yang bernama PT CAD. Secara uang
saya tidak mengeluarkan apapun namun secara asset dalam PT CAD sudah
tercatat sebuah kepemilikan,pemilik asset PT A dan B. dengan swap share
tersebut asset PT A dan B naik 50%, karena memiliki 40% saham baru.
Asli keringetan saya sewaktu memikirkan hal itu. Divisi legal dan
notaris saya ganggu terus liburan lebarannya. Namun rasanya mereka sudah
hafal karena sudah bermitra 15 tahun akan kebiasaan saya ini. Yang
kalau sudah ada ide ngak pernah nunggu.
PT A dan B adalah
perusahaan bisnis biasa, namun PT CAD bukan operating company. Ngak ada
bisnisnya. CAD merupakan investment company namanya. Walau investment
company tetap saja saya harus membuatkan visi misi dan strategi. Sama
halnya dengan dream book yang secara individu di visualkan,
diimaginasikan. Maka perusahaan ini harus juga punya impian, punya visi
dan misi. Dan, saya hanya menuliskan satu hal, “menjadi perusahaan yang
reputable dan bankable”. # may peace be upon us