Hari minggu adalah hari rutin saya berolah raga. Minggu pagi biasa
sudah mangkal di car free day. Dan biasa di temani anak-anak sambil
mereka bermain roller blade. Rutinitas selanjutnya adalah tidur
lagi sehabis olah raga. Maka ketika jam 11 ada tamu ya hadir saya masih
dalam kondisi berantakan, karena baru bangun tidur. Atau istilah
kerennya “take a nap”.
Asalamu’alaikum..suara yang tidak saya
kenal sehingga dalam hati setelah memberikan jawaban balasan saya
bertanya siapa ya kira-kira?.
Apa kabar pak? Baru bangun
ya..hahaha, maaf nih nganggu. Kebetulan lewat dan sekalian silaturahmi
ke bapak m khan mau puasa. Saya yang masih “lelungu” hanya bisa
tersenyum sambil mencari data base di otak, ini siapa ya?
Wajah
saya yang lagi jelek karena baru bangun di tambah mikir pastinya terbaca
olehnya, saya taufan pak. Tahun lalu saya 3 kali kerumah ini. Malah
saya ingat yang ke dua bapak malah ceramahin saya plus marahin saya.
Hahaha..saya tertawa, namun data base otak saya ternyata masih juga
bertanya, yang mana ya? Orang datang kerumah saya omelin kayaknya ngak
cuma satu, yang cengengesan begini juga ngak cuma satu. Melihat saya
basa-basi dan terus mencari rekaman memori dengan siapa di depan saya.
Taufan itu menjelaskan, saya ini yang jual alat penyedot debu itu loh
pak?!
Nah, baru setelah kalimat ini saya lamat-lamat keingetan.
Olah, mas..apa kabar? Dalam hati masih bertanya, oh nama dia taufan toh.
Kabar baik pak, sebelumnya saya juga mau mengucapkan terima kasih pak
atas omelan bapak. Sekarang saya jadi kayak begini. Saya masih setengah
ngak nyambung.
Melihat alis saya kusut saling mengikat sepereti
tali sepatu kayaknya dia memilih menjelaskan dirinya kepada saya. itu
pak tahun lalu saya kan kesini tapi penampilan saya belum seperti ini.
Masih anak baru tamat kuliah, baru 6 bulan menjadi sales. Masih semangat
semangatnya, lalu bapak ngak mau beli dari saya karena saya kurang
menyakinkan. Lalu bapak ceramahin saya. apa lagi waktu pertemuan kedua.
Dan setahun lebih setelah saat itu, saya jadi begini pak. Bagaimana
kerenkan, rapih, klimis, wangi, mobil baru milik sendiri pak. Walau
nyicil.
Aahh..baru keinget saya. banyak yang membuat saya sulit
mememori seseorang karena perubahan yang di tampilkan. Saya ingat dulu
kerempeng, walau baju rapih namun gayanya kaku. Ngomongnya teks book.,
ngak ada ruhnya. Lempeng saja. Intonasinya ada pada saat menekan calon
pelanggan.
Wah sukses kamu ya di bidang sales pembersih ruangan. Hebat..hebat..banyak komisinya pasti nih.
O ngak pak. Lah bapak ini kok ngak ada inget-inget nya sih. Khan bapak
yang suruh saya buka usaha. Saya sekarang kecil-kecilan buka usaha
seperti yang bapak sarankan. Dan alhmdulilah, mulai berbuah pak hasil
jerih payah membangunnya.
Saya berkerut lagi. O iya..wah hebat
kamu. Dan di kepala saya sekarang mikir. Saya nyaranin dia apa ya satu
tahun yang lalu?. Asli saya “lenglengan”. Ke inget sedikit sedikit tapi
puzzle nya tetap belum nyambung.
Percakapan berdua di ruang tamu
itu dia tahu sekali kepala saya masih sepotong sepotong. Sehingga dia
membawa saya ke posisi saya dia duduk dan katanya saya ceramahin dia.
Dia mencontohkan posisi duduknya, dan dia menyontohkan gerakan saya ada
apa yang saya lakukan di awal monolog saya tersebut.
Dalam hati, persis seperti teknik mengingat pada saat otak manusia mengalami “lost of memory”.
Dan seketika saya baru ingat karena teknik ini membuat saya terbawa ke
masa dimana dia dulu di hadapan saya. aaah..baru inget saya sekarang
sama pemuda kaku dan tukang nyerocos bicaranya. Good sales talk, good
produk knowledge, tapi ngak awas sama lingkungan sekitar. Saya saat itu
baru bangun dari tidur siang di hari minggu, persis seperti saat ini.
Otak saya belum jalan, masih loading.
Saya teringat dia menjelaskan produknya yang luar biasa, yaitu alat
penyedot debu. Dia mendemokan. Sales yang baik memang begini, memaksa
demo, sehingga begitu melihat kotoran yang di sedot pakai penyedot
khusus dengan teknologi khusus, kita akan menyaksikan warna hitam kental
di tambah tungau, kutu, jasad renik lainnya terambil.
Padahal
ini tempat tidur yang baru saya pakai 6 bulan,kamar selalu di tutup AC,
sprei, bed cover. Namun begitu diangkat sprei, disedot pakai alatnya,
hitam bergabung dalam cairan. Dan benar setelah di demokan, malamnya
saya pakai tidur, quality sleep saya lebih baik. Debu dan renik sudah
musnah.
Dia penjual alat penyedot debu yang teknologinya 10x
lebuh baik dari vacuum cleaner. Yang jadi masalah saya adalah harganya
24 juta!! Untuk sebuah alat yang di pakai 3 bulan sekali, 24 juta itu di
otak saya berkata hal ini “insulting my intelegent” menghina
intelektual otak saya (menurut saya loh).
Lalu saya bilang harga
anda mahal. Saya tahu ini kualitas prime. Tapi mahal. Yang di jawab
olehnya waktu itu, ini lagi promo pak, kalau harga normal 28. 8 juta.
Jiaaah… Elu deh, dasar otong, otong... kata saya dalam hati. 24 aja gw kaga beli, 28, 8 lagi, busyet deh bener-bener nih sales.
Mas, kata saya kemudian. Competitor anda jual harga nya hanya 9 jutaan, di ace hardware ada di internet ada, di kaskus ada.
Iya pak, tapi beda mutu dan teknologi. Demikian dia bertahan.
Tong, kata saya kemudian, jangan pernah argument sama pelanggan. Sama
saya. kalau kamu menang argument, sampai mampus saya ngak akan beli.
Kalau kamu kalah argument, lebih-lebih lagi..saya ngak akan beli. Sudah
deh dengerin saya ngomong.
Ada banyak pembeli seperti saya yang
“price oriented” harga dulu baru mutu. Jadi Karena pilihan saya harga
maka saya bilang, bisa ngak 12 juta?
Wah ngak bisa pak. Perusahaan rugi.
Begini, perusahaan kamu perusahaan bagus, pemilik nya boz kamu pasti
pinter dagang. Kenapa ngak buat divisi barang “second”. Jadi kalau ada
pembeli, yang tau-tau harus pindah Negara, atau perlu uang, barang nya
mau di jual, anda buy back. Beli balik.
Dengan harga 50%. Bagi
pembeli itu asuransi. Bagi anda atau perusahaan anda, atau boz anda itu
other income. Beli saja 12 jutaan. Lalu tawari orang seperti saya yang
price oriented. Namun barang second. Percaya mas, saya ini suka mutu
anda. Taoi ngak suka harga. Kalau ada second yang 12-14 juta pasti saya
ambil. Toh di pakainya 3 bulan sekali. Ngapain saya beli 24 juta buat
barang jarang dipakai, walaupun penting. Mending beli second toh mutu
masih bagus. Anda ada garansi repair perbaikankan khan?.
Saya
ingat dia terdiam begitu saya ceramahin. Karena saya ingat kalimat
jawabannya, tapi di kantor kami tidak ada divisi itu. Lalu saya jawab,
bilang boss mu, buat divisi itu. Sangat menguntungkan.
Jadi, karena ngak ada, anda pasti ngak punya produk second khan?
Iya pak. Kami tidak punya.
Gini deh, saya cariin solusi yang bisa menguntungkan perusahaan kamu
dan saya. saya lebih baik ngak beli produk anda tapi beli jasa anda.
Perusahaan kamu buat divisi service jasa pembersihan rumah. Saya bayar
3-6 bulan sekali kalau sekedar 1 juta rupiah saja.
Mas tahu
pasti setiap rumah yang menyayangi binatang, entah itu burung, kucing,
anjing, tiap 3 bulan rumannya harus di bersihkan. Alat kamu ini bisa
menyedot dan membersihkan rumah tersebut. Mas tahu misalnya sahabat saya
yang punya anjing huskey. Nyari-nyari penyedia jasa ini. Dan komunitas
huskey di Jakarta ada 1000 oran lebih. Alias kalau satu hari kamu
bersihkan satu rumah, 3 tahun lagi kamu baru sempat balik membersihkan
rumahnya lagi dan revenue kamu setahun bisa 360 juta. Dengan mesin 24
juta saja.
Tapi, di perusahaan saya ngak ada juga divisi jasa tersebut.
Saya menatapnya matanya tajam. Emang saya mikirin perusahaan kamu!.,
emang saya mikirin kamu!. Yang saya pikirin bagaimana rumah saya bersih
dan sehat, harga murah!!.
Ketika memori saya dengan jelas
mengingat kembali kalimat demi kalimat, maka saya yang bertanya
kepadanya. Jadi kamu buat perusahaan jasa pembersih rumah itu ya?. Di
jawab sambil menganguk anguk dan tersenyum bangga dan berkata, dengan 5
alat sekarang tiap hari kami ada kerjaan terus pak. Rumah bapak
pelanggan pertama waktu itu. Tapi bapak ngak ada waktu kami kerjakan. O
begitu yah..saya ngaruk-ngaruk kepala, isin # may peace be upon us