Rabu, 28 Oktober 2015
“Masa lalu itu paling jauh, karena tidak bisa kembali”
Akhir bulan agustus ada sahabat yang menyampaikan undangan untuk hadir di sebuah hotel di bilangan Karawaci. Undangan tersebut datang dari 10 provinsi yang diwakili sekda atau asisten 1 provinsi masing-masing.
Kesepuluh provinsi tersebut membentuk sekber sekertaris bersama yang bernama MPU, mitra praja utama. Tentunya orang seperti saya yang kurang banyak tahu tentang pemerintahan daerah cukup tersanjung mendapat sesi dalam acara tersebut.
Salah satu fakta menarik dalam 10 provinsi tersebut karena jika ke 10 provinsi tersebut di akumulasi maka kedatangan turin asing yang ber jumlah 9 juta orang setiap tahunnya, 10 provinsi tersebut kedatangan 80% turis masuk ke Indoensia. Provinsi tersebut adalah, lampung, banten, Jakarta, Jabar, Jateng, Jogja, jatim, bali, NTB, NTT.
Kebetulan juga secara geografis lokasinya merenteng urut kacang.
Topic apa yang saya di mintakan sesi bersama mereka? Bidang pariwisata. Saya di minta menelaah sisi wisata, bagaimana mempromosikan dan meningkatkan dari sisi ekonomi. Walah, bagi orang seperti saya ini adalah hal yang tidak mudah namun menarik. Sangat menarik bahkan bagi saya.
Salah satunya karena dalam 3 tahun terakhir saya memang menyempatkan belajar dan mempraktekan pengetahuan saya dalam bidang ini. Walau pastinya jauh di katakan mahir namun sudah terbayang dikepala saya. dalam hal belajar saya termasuk boros uang dan waktu. Kapan saja dimana saja kalau saya sudah minat bidang tertentu pasti saya gali habis-habisan bidang tersebut dan saya praktekan.
Ini yang membuat saya lambat pinternya dalam belajar, karena saya pasti praktekan. Kalau saya belum praktek jangan harap saya mau bicara atau komentar. Malu saya.
Jadi selagi mencari bahan untuk sesi pariwisata bersama MPU 10 provinsi saya mencari data dulu. Dan kebiasaan saya mencari data adalah di kantor di bilangan merdeka selatan. Dua sumber saya mencari kebetulan berlokasi bersebelahan. Ya saya datangkan saja dua-duanya.
Pertama saya menengok sisi jumlah pariwisata asing yang sedang di genjot pemerintah. Dari 9 juta di target menjadi 20 juta hingga tahun 2019. Itu adalah program kementrian pariwisata punya target. Salah satu strateginya adalah dengan memberikan kebebasan visa kunjungan selama 14 hari bagi beberapa Negara.
Mata saya tertuju pada list sebuah Negara dibilangan amerika latin, ada 2 negara. Saya agak lama berhenti dan memfokuskan sedaftar nama dua Negara tersebut. Alih-alih saya berfikir wisata malah otak saya lompat kesebuah hal yang bagi banyak orang mungkin muskil. Tapi ya bagaimana, 15 tahun terakhir itu adalah bagian dari hidup saya.
Yang terbersit dikepala saya adalah keimigrasian. Selang bebrapa minggu lalu saya melihat sebuah group turis china. Dan kali ini saya bisa katakan bukan group wisata namun pekerja dari china. Masuk ke imigrasi bandara cengkareng. Pegawai imigrasi cepat sekali kerjanya. Lihat passport, stempel dak dok, lewat.
Saya terpana.
100 orang lebih masuk begitu cepat. Sekali lagi saya suka cara kerja cepat, saya juga bukan anti pekerja professional asing, namun insting saya bertanya, tahu dari mana itu petugas imigrasi kalau mereka bukan mata-mata tentara merah?!.
Begitu seseorang masuk, kita sudah telanjang. Data sudah habis di kuras. Kekuatan kita terbaca, langkah kita kedepan terantisipasi. Itu yang membuat saya gusar. Begitu juga dalam list daftar 45 negara yang saat ini di berikan bebas visa. Ada 2 negara yang biasa oleh kami di kenal sebagai “drug silk road” yang ternyata di bebas visakan negera tersebut. Saya kembali terpana.
Mengenjot ekonomi memerlukan kehati-hatian . salah satu kehati-hatian adalah mengenai defence system dan security system. Pertahan Negara dan keamanan Negara.
Ini bukan melulu kerjaan TNI dan polri. Semua lini harus memahami. Dikepala saya adalah saat itu terbersit perkataan dalam hati, ini kayaknya menteri cabinet semuanya harus “di lemhanaskan” kali ya. Polos amat sih, kayak ngurus desa atau kampung atau sebuah kota saja. Simple banget berfikirnya.
Dan kita semua tahu ketika memperhatikan kepolosan menteri maka kepala saya mengkalkulasi satu level lagi yaitu pemimpinnya, pak presiden yang terhormat.
Maka saya dengan cepat mengamini isi pikiran saya sendiri. ini presiden lugu, polos. Dia naik karena kepopuleran dan kesukaan mayoritas penduduk. Tidak salah memilihnya namun dia masih hijau di beberapa bagian. Dan bagian itu penting bahkan terpenting yaitu interdependency antar Negara.ketergantungan antar Negara. Pertahanan Negara dan ketahanan Negara. Gambaran yang di dapatnya belum utuh.
Tindakannya benar dan tegas namun datanya belum lengkap. Orang di sekitar dirinya masih euphoria pemenang pemilu. Bukan professional birokrat pemerintahan yang memamahi seluk beluk bernegara.
Begini deh pak Jokowi yang terhormat, begitu juga para saudara disekiling istana yang terhormat. Anda pasti semua tahu, dalam sebuah pidato pak Jokowi mendukung kemerdekaan palestina dan sebuah fakta intelegen mendapatkan data bahwa dalam 12 jam setelah pak Jokowi mengucap hal tersebut pemerintah Israel rapat membahas kalimat Pak Presiden Jokowi dan mereka langsung membuat pernyataan tidak senang dan akan membalas.
Lihat secara langsung apa yang tejadi di perbatasan papua pak? Di temukan bendera Israel!, kebetulankah?! Atau itu Langsung terjawab tunai, lihat terjadi dengan rupiah pak, terjawab tunai. Hati-hati pak sebelum berkata atau bertindak. Kita ini aliansinya siapa. Bolo kita siapa?
Ingat perang barata yudha? karena bapak khan sama kayak saya orang jawa pasti doyang wayangan khan?, sebelum berperang maka para pandawa dan kurawa cari bolo dulu. Cari temen dulu. Misalnya kerajaan chedi bela siapa, kerajaan pringgondani bela siapa. Begitu tahu “allay” dan aliasi sekutu kita baru kita bicara. Saya bukan anti kemerdekaan Palestina pak, ini bernegara, kalau bapak orang LSM, kalau bapak hanya sebuah organ kemasyrakatan silahkan, begitu bapak seorang kepala Negara beda komandan!
Begitu pak Karno presiden pertama Indonesia yang terhormat condong komunis china, menguatkan kaukasus Peking Jakarta, ngak lama G30S terjadi pak! Saya hanya mengingatkan fakta sejarah. Mengingatkan masa lalu. Benar masa lalu itu jauh pak. Karena ngak akan kembali. Karena itu saya mengingatkan.
Pak Presiden yang saya cintai, bapak benar menebas mafia minyak. Benar menebas mafia sapi. Tapi bapak dan team bapak lakukan sangat polos. Begini mengapa saya katakan sangat polos. Criminal mind itu otaknya 2 kali dari lebih pintar dari otak normal mind. Untuk mengalahkan criminal mind harus punya 2 kali “out smart” lebih pintar otak criminal tersebut.
Selama melihat dan mencoba deal dengan criminal mind pakai normal mind ya seperti sekarang keadaannya. Bapak dan team bapak langsung kontrontir mereka. Bapak gunting langsung. Ya mereka tahan barang pak. Yang pegang barang dan jaringan mereka. Sapi jadi langka, garam langka, ayam langka.
Bapak tebas mafia minyak terus kita masih import. Dan suppler dunia kita datangin mau beli langsung, mereka jawab siapa luh! Gw kenalnya si M bukan luh, bukan menteri bukan Negara. Dia gw kenalk 20 tahun, dia fair, dia bayar, dia bagi komisi ke gw. lu siapa?!. Dan mendadak kita ngak dapat barang pak!. Ngak dapat garam, ngak dapat sapi, ngak dapat minyak.
Rakyat menderita karena ngak ada barang. Bapak dan team benar niatnya. Seharusnya caranya yaitu bangun jaringan baru dulu pak, bangun jalur distibusi baru. Baru potong mereka, cari bolo dulu pak, cari kekuatan dulu pak. Bapak potong tapi pakai cara mereka juga, itu sama saja Cuma mindahin kantong si M ke si A. ngak ngefek komandan!. Dan dalam prosesnya rakyat lapar.
Pak Presiden yang terhormat, kurva belajar bapak rakyat yang nanggung pak. Kami tergopoh gopoh. Kami tahu siapapun pengganti bapak, sama polosnya saat ini. Jadi kami tidak berniat mengganti bapak, tapi ganti mindsetnya pak. Kalau mau melawan mafia , pakai otak mafia pak, setidaknya cara berfikirnya. Kalau menterinya polos dan lugu, bekali mereka pengetahuan bernegara pak.
Pembelian pesawat berbadan besar oleh ibu rini yang setujui ngak masuk akal pak. Kerena hanya bisa mendarat di cengkareng. Tak ada bandara lain di Indoensia yang bisa terima dia. Kalau tujuan pesawat itu ke eropa atau amerika, itu trayek rugi hanya prestise. Kalau hanya “di tekan” sebuah kepentingan Negara kita langsung takluk ya cari bolo dong pak. Cari keseimbangan . airbus eropa ya imbangkan dengan Boing Amerika misalnya atau bombardier dari brasil.
Daftar saya masih panjang pak Presedien yang terhormat atas kepolosan pemerintahan sekarang. Mudah –mudahan bapak ngak tipis kupingnya mendengar ucapan saya ini ya pak. Sabar ya pak dan Maaf loh pak, saya tadinya hanya mencari daftar wisata jadi pikiran saya melantur kesana kemari. Pakai lebih dari satu hati ya pak Presiden, hati-hati. # may peace be upon us