Rabu, 28 Oktober 2015

BISNIS ITU GAMPANG, FAMILY LEBIH UTAMA




Ping…Ping…Ping!!!, blackberry message saya mencatat tiga kali tulisan Ping berwarna merah sewaktu saya buka jam sepuluh malam, Jumat pekan kemarin. Sebuah pesan yang saya terima sejak jam sembilan-an malam tersebut, hampir satu jam belum terbaca. Maklum setelah kerja seharian, jam sepuluh malam saya sudah di atas tempat tidur biasanya. Walaupun belum tidur namun sudah di kamar membaca seperti kebiasaan saya selama ini.
Pesan tersebut dari Mas Lukman sahabat saya, dia adalah pebisnis batubara dan produser film. Ada tujuh film nasional yang telah dia hasilkan dan sangat berminat untuk terus meningkatkan produksi filmnya. Namun pesan dari Lukman kepada saya bukan untuk membicarakan film atau bisnis batubara namun menanyakan kesediaan saya bergabung di Hotel Fourseason.
Dia sangat mengetahui kebiasaan saya di mana ada rule peraturan tidak tertulis yang hampir semua sahabat saya tahu, saya bukan orang malam. Kalau mengundang pertemuan, meeting, apapun selalu pagi atau siang. Mengajak saya meeting jam tujuh pagi jauh lebih mudah daripada mengajak saya meeting jam tujuh malam. Saya orang pagi. Di atas jam tujuh malam endurance stamina sudah turun karena dari jam enam pagi sudah on menyala engine badan saya.
Jadi Mas Lukman tentunya mengawali dengan pesan singkat, “Bisa gabung sekarang di Fourseason Kuningan?” Adalah bentuk perhatian beliau kepada saya yang saya sangat hargai. Dan perilaku mengerti orang lain ini adalah kekuatan personalityMas Lukman. Pesan singkat saya balas, “Malam amat… emang sampai jam berapa teman-teman ngumpul rencananya malam ini?
Jam dua belas-an lah... bisa gabung?” dijawab cepat oleh BBM Mas Lukman. Saya berfikir lama. Gabung nggak ya? Itu kalimat berulang di kepala. Seperti biasa, sahabat lama ini kalau ngumpul lengkap jarang banget. Muki Hamami-Trakindo, kakak beradik Tohir Adaro, Rosan Roslani-Berau, Rizal Delma, Bob Kamandanu Presiden Asosiasi Pengusaha Batubara, Ketut Masagung-Wisma Nusantra dan Pulman Hotel (dulu Nikko) dan banyak rekan pengusaha pada ngumpul Kamis-an. Secara kekerabatan rata-rata kami sudah mengenal satu sama lain lebih dari dua puluh tahun. Bahkan bisa disamaratakan kami mengenal masing-masing bahkan dari bujangan. Jadi begitu menikah pasangan hidupnya pun kami masing-masing mengenal dengan baik.
Istri saya mengetahui kebimbangan di dalam ekspresi raut muka saya. “BBM dari siapa emangnya?”
Saya jawab,“Lukman, biasa nanya bisa gabung apa nggak malam ini.”
Rasanya ayah sudah dua bulan lebih ya nggak ke sana. Gabung aja lagi, ini khan mau akhir tahun biasanya khan mereka sudah skedul liburan keluarga dan biasanya pertengahan Januari baru pada ketemuan lagi khan? Ntar kecarian lagi karena banyak informasi nggak ke-up dateistri saya membuat saya ngeh tentang waktu dan kebiasaan mereka tersebut.
Langsung saya ganti baju dan kurang dari lima menit sudah duduk di belakang setir sambil sebelah tangan memencet huruf di handphone mengabari ke Mas Lukman, “Jam sebelas saya merapat ke 4S, OTW”. Yang dijawab cepat dengan gambar jempol di layar monitor.
Masuk di halaman hotel di ujung Kuningan saya memilih valet parking agar cepat tiba di sudut kanan dari lobby tempat kami biasa berkumpul. Begitu nongol wajah saya di the cellar semua mata dan komentar bermunculan. Namun satu hal yang menjadi ciri sabahat yang berkumpul di sini adalah selalu menanyakan kabar keluarga terlebih dahulu.
Hai,Wiek, lama nih nggak nongol… anak istri keluarga bagaimana kabarnya?
Baik-baik, alhmadulillah. Bagaimana kabar semua, keluarga?” saya balik bertanya.
Yang dijawab beragam, “Fine… baik, alhamdulillah, semakin gede anak-anak.”
Dulu kira-kira di awal-awal mereka berkumpul di tahun 2009-an saya mempertanyakan hal ini kepada mereka, kenapa nanya keluarga sih, kenapa nggak nanya kabar bisnis? Lalu dijawab oleh mereka, “Brader Wowiek, bisnis itu gampang, famili yang lebih penting ya nggak…” pernyataan yang diangguk oleh semua yanghadir saat itu.
Bagi saya ini adalah sebuah jawaban yang sangat luar biasa. Di mindset bawah sadar mereka ada sebuah platform pondasi “ bisnis itu gampang”. Dan terbukti dilihat dari besaran pajak yang mereka bayarkan ke negara membuktikan kebenaran pikiran bisnis gampang tersebut. Juga keharmonisan mereka sebagai suami, atau kepala keluarga patut saya ambil contoh bahkan saya belajar menjadi suami atau ayah yang baik ya dari mereka ini. Misalnya Mas Ery sang lawyer yang telah sembilan belas tahun menikah namun tetap romantis dengan sang istri. Setidaknya seminggu tiga kali mereka makan siang bersama di tengah-tengah kesibukan mereka. Atau Mas Rizal yang masih memuji istrinya malam itu sebagai the most beautiful girl. Dan bagi seseorang yang menikah lebih dari enam belas tahun hal ini pantas untuk dicemburui. Dia menceritakan tentang film yang dia produseri dan dibiayai, yaitu sebuah film Hollywood berjudul Gambit, saat ini beredar di bioskop seluruh dunia sejak November 2012.
Dia salah satu co-produser sehingga sewaktu shooting namanya ada tertempel di belakang kursi lipat di setiap sesi pengambilan gambar. Film tersebut dibintangi bintang cantik berkaki panjang yang kocak bernama Cameron Diaz. Sehingga bisa dibayangkan, shooting di London di tengah keramaian mendatangkan mega bintang seperti Cameron diaz ini. Macet dan semua mata tertuju kepada sang mega bintang tentunya.
Mas Rizal menceritakan semua ini pastinya untuk mengingatkan kita semua tentang film perdananya tersebut dan supaya tertarik menonton tentunya begitu main di bioskop di Indoenesia. Namun saya malah melihat sisi lain yaitu romantisme family man-nya Mas Rizal. Dia melanjutkan ceritanya, “Begitu Cameron Diaz yang cantik seksi muncul, semua orang ingin mengambil foto dan ingin berfoto bersama. Begitu juga istri saya, dia berfoto bersama Cameron Diaz yang langsung di-upload ke profile picture BB-nya. Yang menarik,banyak orang ternyata setelah berfoto dengan Cameron Diaz atau ada yang kebagian foto sama Cameron, malah banyak yang minta berfoto dengan istri gue, dan gue tersenyum bangga. Malam itu gue melihat dengan mata kepala sendiri…istri gue jauh lebih cantik dari seorang Cameron Diaz. She is the most beautiful girl in the world, that’s why I married her.
Istrinya merupakan wanita tercantik didunia dan ini salah satu alasan mengapa dia menikahi istrinya tersebut sejak lebih dari enam belas tahun yang lalu. Bagi saya pernyataan ini sangat anggun, menunjukkan banyak hal bahkan kata-kata tidak cukup untuk bisa menuliskan keindahan romatisme mereka. Malam itu saya mendapat banyak pelajaran kehidupan terutama tentang keluarga dan romantisme perkawinanyang saya simpulkan sendiri bahwa sukses bisnis mereka adalah dikarenakan urusan domestik keluarga yang harmonis membuat tenang bekerja, damai di dalam mencari rezeki, dan mereka living proof— bukti hidup — sukses keluarga adalah dasar dari segalanya setelah Tuhan tentunya.