Mas, anda di minta pergi dari kantor tersebut? Kok bisa? Andakan
pemegang saham, andakan pendiri dan anda kan komisaris? Ini pertanyaan
beruntun dari seorang teman yang selalu menyempatkan hadir jika lewat
dekat kantor saya. Peristiwa ini sebenarnya sudah lama, namun
ketika sedang sarapan pagi membuka email saya mendapatkan pesan panjang
tertulis dalam email saya tentang sebuah rencana bisnis darinya. Pikiran
saya bukan ke proposal itu namun teringat dia mengajak pertemuan makan
siang yang dengan “kepo” nya sebenarnya dia ingin menanyakan apa yang
terjadi kenapa saya di usir dengan tidak hormat dari kantor saya
sendiri.
Benar dalam 25 tahun saya menjalankan kehidupan
berbisnis mulai dari bekerja dengan perusahaan kecil, lalu berganti
keperusahaan besar dengan banyaknya anak tangga menuju puncak, hingga
keperusahaan besar namun isinya keluarga, lalu keperusahaan yang banyak
intrik dan jurus kodok dilakukan sikut sana, injek sini, sehingga
memutuskan berwirausaha, dari yang pegawainya sedikit, lalu membentuk
yang lain, yang labour intensif dimana banyak pegawai. Lalu dari jenis
usaha yang padat modal, 24 jam bekerja, dan banyak lagi ragamnya.
Ada hal yang juga menjadi pertimbangan adalah ada yang saham mayoritas
dan ada yang kepemiliknya minoritars. Ada yang saham minoritas namun
eksekutif manajemen di pegang sehinga berdaulat, ada yang saham
mayoritas namun tidak memegang kendali operasional, 100% profeional dan
termasuk bidang yang tidak faham banget, juga da macam-macamnya.
Dari puluhan usaha yang saya bangun, beragam bidang dan beragam
pengelolaannya. Walau sebagai pendiri, dikala saham minoritas dan tidak
memegang manajemen inilah yang kejadian seperti di atas. Entah mengapa
stake holder memutuskan saya tidak mendapat ruangan kerja lagi di tempat
tersebut.
Suatu hari selagi dalam perjalanan dinas yang saya
kerjakan dengan terpaksa karena manajemen sibuk da nada kunjungan dari
calon lender, pemberikrdit tidak ada yang menemani kelapangan sehingga
saya pun terpaksa berangkat. Kalau tidak salah hari itu hari jumat.
Jarak proyek tidak terlalu jauh dari Jakarta sehingga bisa berangkat
pagi pulang sore.
Sayapun menyetujui menemani para lender dan
banker tersebut. Toh yang datang adalah mereka yang berada dalam jajaran
pengambilan keputusan. Pasti saya setuju, 6-7 jam bersama penyandang
dana adalah sebuah kehormatan. Saya sebenarnya mau nanya 3 direksi kok
mendadak sibuk semua, maka saya komisaris satu-satunya yang bisa di
handalkan saat itu.
Dan disinilah hari yang menurut saya aneh
karena sekertaris komisaris utama perusahaan tersebut menelfon saya
dalam perjalanan pulang. Pak wowiek bapak kapan bisa mengosongkan
ruangan bapak? Saya tidak terkejut mendengar kalimat tersebut, namun
saya hanya tidak suka saja atas sifat ketidak jantanan organisasi ini.
Bisa senin kosong pak, soalnya mau di pakai direksi baru. Kalimat
trersebut keluar beruntun melanjutkan kalimat diawal tadi. Saya
berfikir sejenak dan tanpa merubah nada dasar intonasi saya berkata, 1
minggu deh kira-kira. Saya menjawab. Ok pak, satu minggu ya, senin
depannya lagi.
Lalu setengah iseng karena ingin tahu saya
bertanya, apakah ada ruangan di belakang buat saya bisa pindahkan kantor
saya. yang di jawab oleh sekertaris tersebut, tidak ada ruangan untuk
bapak disini.
Asiiik, dalam hati saya. sebuah hal yang bagi
banyak orang pasti tersinggung berat namun saya tidak merasakan apa-apa.
saya tidak marah, saya tidak kesal. Saya dalam hati hanya berkata, ini
gila kali ya perusahaan ini. Data dari mana dan apa isi kepala boss
atau orang yang memerintahkan saya keluar ruang namun tidak mengatakan
langsung atau pakai surat, hanya menyuruh sekertarisnya dan saya bahkan
berfikir ini akal-akalan segelitir orang yang ngak suka saya untuk
mengeluarkan saya dari kantor tersebut sehingga memberikan masukan
berdasar like and dislike.
Apa yang mau saya ceritakan disini
aslinya saya bukan mau curhar kok hehe, sebenarnya begini. Perlu diingat
ini adalah peristiwa beberapa tahun yang lalu, sudah lewat namun saya
mencoba membuat pemahanan kepada sahabat pentingnya pikiran selalu
netral.
Bayangkan, misalnya : anda berdua memulai bisnis. Anda
menggunakan kekuatan nama besar mitra anda sebagai corporate ganrantee.
Anda hanya memberikan eksperties saja, anda dapat 20% kepemilikan. Anda
lalu menjadi orang nomor satu.
Dia meletakan 3 orangnya dalam
organisasi ini, di bagian keuangan dan operasional. Dalam 2 tahun asset
naik 5 kali lipat dari pinjaman. Lalu saya membuat rencana bisnis dan
perlu penambahan pinjaman dimana saya yakin bahwa pinjaman double dua
kali lipat namun asset akan naik 10 kali lipat. Lalu partner saya
memanggil beberapa professional yang menurutnya "mengerti" bidang yang
saya kerjakan. Saran mereka ternyata di dengar mitra saya. pilihannya,
tidak menambah pinjaman.
Saya kalah suara, saya beda pendapat,
saya tidak nyaman, saya memilih mundur dari CEO. Jadi komisaris. Dua
bulan kemudian peristiwa “pengusiran” terjadi seperti di atas. Itu
adalah ringkas ceritanya. Bagi banyak orang pasti akan “ngamuk” jika
anda di beginikan. Merasa tidak dihargai, merasa dikhianati. Merasa di
hina. Diusir!
Tapi saya biasa aja tuh. Tidak kesel tidak marah.
Pindah, ya pindah saja, saya memiliki beberapa kantor yang saya bisa
jadikan base camp saya itu mungkin satu alasan, namun alasan yang paling
kuat adalah, saya merasa, orang-orang sekitar perusahaan ini
memang“ngabot-ngaboti” dalam bahasa kampung saya dulu, terjemahan
bebasnya, mberat mberati. Membenani saya.
Begini sederhananya,
jika seseroang akan mentas, terbang, akan lebih ringan kalau beban itu
di tinggalkan, atau di kurangi. Sulit ada akan cepat melesat kalau beban
anda berat.
Jika orang disekeliling anda memberatkan anda,
kehidupan itu ajaib, Allah itu ajaib. Ada saja cara kehidupan
melakukannya, anda dengan sadar melepaskan diri atau keadaan membuat
anda melepaskan diri. Dalam posisi saya, alam yang membuat saya
terlepas.
Jadi semua kejadian tidak ada yang tidak direncanakan.
Sesungguhnya saya sendiri yang memintanya, hanya datangnya saja tidak
seperti yang kita inginkan. Jadi semua kejadian yang menurut kita
menyebalkan dan membuat marah, adalah hanya “the harder stone to make
your knife sharp”, hanya batu keras yang membuat pisau anda menjadi
tajam. Janganlah lama-lama menganalisa peristiwa yang sudah terjadi,
jangan bertanya mengapa peristiwa terjadi, namun lebih baik mengerjakan
sesuatu yang membuat kebaikan sekarang dan masa akan datang.
Kemarahan merusak suasana hati, kecewa sebentar, sebel sebentar itu
manusiawi. Intinya, jangan lama lama berada di tempat yang tidak
menyenangkan hati. # May peace be upon us