Rabu, 28 Oktober 2015

RESOLUSI 2013 (oke)



Tahun 2012 adalah satu di antara tahun menarik yang terjadi di dalam kehidupan saya. Tahun ini banyak sekali hal baru yang saya dapati. Ada kebahagiaan ada kesulitan. Ada tawa ada tangis. Ada cita-cita tercapai, ada impian tertunda. Ada sesuatu hadir jauh dari apa yang diinginkan ada juga hari-hari lewat tanpa manfaat.
Semisal, di bulan Februari saya operasi kecil wasir. Sebuah hal yangtidak pernah saya bayangkan. Lalu bulan April saya mengalami gouth attach atau serangan asam urat di kedua dengkul saya hingga satu bulan tidak bisa jalan dengan enak. Di tengah-tengah ketidaktahuan akan pola makan, di tengah-tengah seseroang yang dua puluh tahun mengurangi makan daging, tidak pernah makan santan, dan selalu olahraga selama tiga atau empat kali seminggu di gym... tetap saja kurang dan terkena serangan asam urat tersebut. Hingga datang ke para pakar profesor asam urat yang akhirnya bertemu seorang pakar di Singapura — Dr Wong — yang membongkar semua perilaku pola makan saya yang buruk dan tidak sesuai menjadi lebih sesuai dan lebih mengenal diri sendiri.
Sebagai suami, sebagai ayah apalagi. Banyak hal baru yang saya hadapi. Berusaha memberikan kualitas waktu kepada pasangan hidup dan anak adalah ketrampilan yang terus saya coba perbaiki. Saya sangat tidak ingin ketika seorang anak saya nanti mengatakan, “Ayah, ke mana sih dia kalau lagi dibutuhkan ?!”
Dulu saya adalah tipe ayah yang tut wuri handayani, apa yang mereka mau saya dukung. Belajar gitar, main biola, futsal, les nyanyi, tae kwon do, les masak cooking class di detik.com, les bahasa Ingris, sekolah internasional, les renang, hip hop dance, dan banyak kegiatan regular dan non regular untuk keempat anak saya.
Lama-lama saya mikir, kan renang saya bisa semua gaya mengapa mereka perlu les? Bahasa Ingris saya kalau ditotal tujuh tahun di negeri orang, mengapa saya tidak memanfaatkan conversation skill saya langsung ke mereka? Saya adalah penggila basket ball dan selalu masuk di team utama di college. Latihan dengan coach terbaik sekelas NBA pernah, mengapa saya tidak mengajari langsung dan bermain langsung dengan mereka? Golf handicap saya lumayan kecil, mengapa saya tidak latih langsung saja? Anak kami nomor dua, Fatur, belum lancar menyetir kendaraan walaupun sudah kelas 1 SMU sementara kakaknya yang perempuan Mbak Azka terkadang sudah pakai mobil ke sekolah jika kegiatan berdua itu padat, mengapa saya tidak latih Fatur ?
Chevo yang nomor tiga memerlukan sekali ketrampilan motorik. Seusianya yang sudah lima tahun belum bisa naik sepeda roda dua, saya harus ajarkan. Saya tidak sempat atau saya tidak perhatikan, ini salah saya. Juga Malkia si bungsu setiap les balet dan hip hop mengapa saya tidak temani sesekali toh lesnya deket kantor saya. Saya merasa kurang memberikan waktu cukup. Selagi dia performance dance di panggung di Balai Kartini saya kurang sekali waktu. Kepala saya fokus pada pertemuan bisnis yang akan saya lakukan bersamaan dengan jadwal manggungnya.
Ini semua menjadi PR pekerjaan rumah saya sebagai seorang ayah. Saya ingin meningkatkan waktu bersama mereka lebih banyak lagi. Kebiasaan pulang kantor jam enam dan makan malam bersama adalah tradisi dari dulu namun saya harus tingkatkan lagi bukan hanya ngumpul bareng namun diskusi dan dialog harus saya tingkatkan.
Si sulung Mbak Azka tahun 2013 ini memasuki periode baru dalam hidupnya dan juga bagi saya sebagai ayah. Dia akan kuliah. Pilihannya kuliah sejalan dengan passion-nya di dunia seni terutama seni masak membuat dia selalu berkata kalau sedang diskusi masa depan, “Mbak mau sekolah di Academy of Art... school of culinary art.Sekolah yang dia target adalah di Blue Mountain-Melbourne. Ini hal baru bagi saya. Ini lompatan mental kejiwaan bagi seorang ayah, di mana putrinya akan merantau ke negeri orang. Entah saya siap atau tidak melepas perjalanan hidupnya namun siap tidak siap kurang dari enam bulan hal itu pasti terjadi. Dia merantau ke negeri orang.
Di bidang bisnis dan pekerjaan?! Wah hal ini bisa ratusan halaman kertas A4 kalau saya rinci setiap peristiwa di tahun 2012 ini. Dari yang menggembirakan hingga yang membuat gemetar ada beberapa kali. Dari yang “wow dan koprol” sampai yang “shit” terjadi juga.
Saya ceritakan sedikit, misalnya di perusahaan saya yang bergerak dalam bidang oil and gas, Titis Sampurna. Kami sudah mendapatkan HOA — head of agreement — dari migas mendapatkan jatah 30 MMbtu untuk ditingkatkan menjadi GSA segera dan diproduksi. Rencana kami akan membangun mini LNG plant di Pulau Raas Madura. Proses untuk mendapatkan HOA gas memerlukan satu tahun lebih perjuangan yang intens. Tepatnya sejak Maret 2011. Karena secara peraturan pemerintah gas diprioritaskan buat tiga faktor yaitu buat kelistrikan, pupuk dan wilayah. Maka cara tercepat mendapatkan HOA gas adalah dengan bermitra dengan BUMD Perusda. Mendapatkan kepercayaan Perusda Sumenep. Kami harus melakukan beauty contest melawan sebelas perusahaan yang juga ingin bermitra.
Keindahan dan pengalaman berbisnis di masa lalu adalah salah satu pendukung track record sebagai senjata untuk memenangkan beauty contest tersebut. Tapi hal itu tidak cukup. Kedekatan dengan pimpinan lokal seperti pejabat setempat, kyai Sumenep, pimpinan adat juga para politisi tingkat lokal adalah faktor terpenting. Di luar kedekatan dengan Kementrian ESDM, Dirjen Migas dan para kontraktor oil and gas yang menjadi produsen seperti Santos, Huskey, Petrochina. Ini adalah matrik rumit dan panjang yang melelahkan.
Singkat kata, kami harus membagi permen ke banyak pihak. Tidak boleh tidak, namun semua berdasar sukses story atau setelah produksi. Bukan menyogok di awal, memberikan upeti. Tidak ada rumus itu di sejarah perusahaan saya tersebut. Dulu pernah kok nyogok, namun tetap saja disikut. Sekarang yang kita lakukan adalah membuktikan bahwa bersama kita semua mendapat yang terbaik. Penduduk setempat mendapatkan manfaat bekerja, Pemda mendapatkan naiknya PAD, pemerintah pusat mendapatkan buyer gas — kalau tidak, negara rugi —, dan banyak keuntungan lainnya.
Namun demi kemudahaan terkadang tak salah kami memberikan jatah saham kepada politikus dan toh dia juga setor modal, bukan modal kosong atau injek kaki. Hal ini penting karena di hi-profile business seperti dunia oil and gas ini bisa saja lauk di piring diambil dicuri orang yang dekat dengan kekuasaan. Namun kalau memiliki muscle atau otot kuat seperti politikus hal seperti ini bisa terhindari. Selama legal terbuka dan memang memberi modal. Hal ini hal wajar dan praktek umum.
Untuk cerita proyek 30 MMBtu di atas. Sama, ada porsi buat seorang politikus senior yang memang pebisnis. Dia siap modal sesuai porsinya tidak lebih 10 persen. Terlihat normal bukan ?! Hari-hari berjalan rutin sehingga suatu hari namanya dipanggil KPK sebagai salah seorang yang terlibat kasus korupsi di Departemen Agama. Namanya banyak tertulis di media dan dikupas . Hal ini berita buruk buat kami. Walaupun untuk proyek tersebut kami membuat SPV — special prupose vehicle — alias perusahaan baru namun sebagai induknya bisa ditarget macam-macam. Bisa dihubung-hubungkan. Bisa diblack mail, bisa diperas oleh lembaga atau kekuatan politik lainnya.
Dan benar saja. Tak lama setelah peristiwa itu kekuatan politik tinggi bermain. Maaf saya tidak bisa sebut partai dan orangnya karena tidak relevan. Namun sebagai gambaran saja mendelik lah pastinya melihat seseorang hampir keok di tangan KPK maka jatah sedikit walau di bawah 10 persen bisa merupakan senjata buat peluru. Kepemilikan minoritas itu dijualnya ke kekuatan politik yang lebih besar. Tujuannya satu, dia bisa lepas dari jerat KPK atau berkurang resikonya dengan menjual peluang tersebut.
Ini merupakan senjata barter kekuatan yang efektif. Sekali lagi dia minoritas namun punya kekuatan lain sehingga hal yang di tangan ini bisa lepas ! Dalam bargain tersebut, dia ingin mendapat proteksi perlindungan atau pengurangan hukum, si kekuatan politik mendapatkan peluang dana dari bisnis kami, jurus ini bukan rahasia. Yang tadinya bisnis ini low exposure mendadak banyak kekuatan politik bermain dan menjadi terbuka ke pusat. Kami yang di tengah sebagai murni pebisnis terombang-ambing. Mereka minoritas, tak sampai 10 persen, namun sangat menggangu. Cakar kekuasaan mulai menancap. Tidak diberi mereka oleh kita, tidak keluar GSA. “Shit happen” dan sekali lagi dunia persilatan bisnis, jurus-jurus kita tidak boleh menyerah atau berhenti manuver. Harus bisa dimenangkan dengan elegan dalam peristiwa ini. Semua masih menjadi PR di tahun 2013.
Di satu bidang usaha lain lagi, di anak usaha di pabrik LPG plant, kami mengalami kerusakan sehingga produksi turun sangat jauh. Yang jadi masalah adalah dengan turunnya produksi maka penjualan pun turun. Efeknya adalah biaya bulanan dibanding ongkos bulanan tidak seimbang. Katakan biaya sepuluh jualan hanya delapan sehigga 20 persen biaya rugi alias nombok alias equity call, harus melakukan tambahan equity atau mencari pinjaman. Tiap bulan harus menutupi 20 persen, sebuah angka yang tidak sedikit. Membiayai tiga ratus karyawan bukan hal kecil, mereka harus terus digaji. Dan sudah dua bulan ini kami short.
Bank bisa meminjamkan dana namun kontrak dengan off taker Pertamina belum turun, harga selalu ditawar sementara hal ini hanya satu-satunya. Seharusnya tidak bisa ditawar namun karena kontrak diambangin, digantung, maka kami tidak punya kekuatan hukum, lemah. Ini sekali lagi memerlukan ketrampilan manuver dan mental bisnis yang prima. Seberapa saya bisa tahan adalah pertanyaan selanjutanya.
Ada banyak lagi cerita melelahkan di tahun 2012 yang menjadi cerminan saya. Sehingga kami di tahun 2012 akan banyak melakukan spin offer ke anak usaha demi memperbaiki kinerja. Ada banyak hal yang saya harus tingkatan dalam diri saya. Menjadi orang tua yang baik, menjadi pasangan yang baik, menjadi pendengar yang baik, menjadi orang yang adil, menjaga pola makan, meningkatkan porsi olahraga bersama keluarga. Memberi waktu berkualitas dengan orang-orang yang saya cintai.