Pak, ngajar korporate bulan ini bisa? Ini adalah pesan singkat di
handphone saya awal bulan ini. Membaca tulisan singkat itu dalam
kendaraan menuju kantor cukup membuat saya berfikir. Salah satunya saya
pernah mengatakan bahwa saya tidak mau lagi mengajar. Baik public atau
korporate dan itu saya katakan kepada sekertaris saya. Mengajar
public sudah 5 tahun saya hentikan mengjar korporasi sudah 2 tahun saya
hentikan. Saya mengajar hanya di lembaga Negara saja 3-4 bulan sekali
memberi lecture. Atau dalam korporasi sebagai key note speaker telah
saya lakukan beberapa kali.
Tahun ini puasa ngajar itu pecah 3
kali , saya turun mengajar public dan ketiganya adalah memenuhi
berdasarkan permintaan para sahabat.Tapi untuk korporasi saya tolak
semua, termasuk pesan singkat kali inipun bukan pengecualian. Pasti saya
tolak.
Adakah yang tahu mengapa saya tolak? Karena saya seorang
introvert. Saya introvert murni, hampir 85% score nilainya. Unsur
extrovert saya hanya 15%, sedikit sekali.
Saya tidak nyaman
menjadi perhatian atau focus banyak orang. Saya tidak terampil dalam
memperhatikan seseroang apa lagi orang banyak. Berdiri di depan panggung
membuat orang senang adalah pekerjaan penderitaan buat saya.
Bisa kah seroang introvert mengajar? Bisa namun belum tentu orang bisa
menikmatinya. Tidak natural bagi kaum introvert berusaha membuat orang
lain suka. Atau begini sederhananya, introvert mendapakan energy dengan
diam dan berbicara dalam hatinya sendiri. introvert menjaga jarak
dengan keramaian pada saat ada yang di pikirkan. Sementara extrovert
mendapatkan energy dari orang sekitar. Berkumpul itu memnyenangkan buat
kaum extrovert. Saya, introvert, diam menyendiri adalah men-charge
batere semangat.
Saya yang introvert menarik diri diri dari
keramaian adalah cara mendapatkan energy. Kalau melihat orang seperti
saya persis seperti orang yang berada dalam bola plastic transparan.
Disitu tempat nyaman saya.
Extrovert disisi lain, menyedot energy
dari “social interaction”. Bahkan saya terkadang berinter aksi social
itu sangat melelahkan. Saya kuda-kuda saya harus siaga, untuk bisa
empati memerlukan usaha yang berat. Bukan introvert tidak “berhati”
namun cara nya berbeda dengan extrovert dalam mengekspresikannya, kami
lebih personal, tidak massal.
Bahkan, saya menganggap kaum
extrovert itu kayak predator pengusik kesendirian. Dan bukan berarti
introvert tidak mau berteman . berteman itu nilainya mahal. Introvert
temannya sedikit namun panjang. Dalam berinteraksi jarang basa-basi
langsung ke poin-poinnya. Extrovert yang pandai membuat hati introvert
nyaman biasa pintar memposisikan diri mereka “sama” dengan introvert dan
mereka pintar mendapatkan persetujuan introvert dengan cara “merasa
sama” tadi.
Catatan, pada saat kaum introvert diam, males
ngomong jangan di paksa atau jangan merasa terganggu. Itu hanya jeda
sebentar. Biarkan kami diam, berbicara dengan diri sendiri, setelah intu
introvert normal lagi. Kami tak pandai mengekspresikan diri, kami
sering diam.
Jadi dalam bahasa gaulnya, “don’t take our silent as
an insult, it isn’t”. dan, kami juga bisa kesepian loh . karena
manusia memang mahluk social.
Ketika saya tidak membalas pesan di
hape tersebut, sekertaris saya kembali memberi pesan singkat. Pak, bank
ini ingin bapak sebagai trainer, bukan speaker, bener-benr ilmu 8 jam.
Harga nya sekian pak.
Focus saya langsung berubah dengan angka
yang cukup aneh tersebut. Hebat, saya terkena pengaruh angka tersbut.
Bukan besarnya, tapi angkanya ganjil, aneh. Maksudnya begini, biasanya
angkanya bulan, misalnya 10 juta, ini contoh ya. Namun ketika angkanya
menjadi 11, 110.000 saya menjadi berkerut. Dan ini dalam teknik
pemrograman namanya psychological price. Angka yang dipecah-pecah namun
lebih baik dari harga penawaran yang lama. Dia hanya menaikan sedikit
dari harga saya mengajar biasanya, namun pecahan itu yang menarik saya.
Saya senang ketika mendapatkan orang yang bisa memainkan efek psikologi
diri saya. jadi, terhadap penawaran tadi saya mulai terfikir, ok saya
batal puasanya. Dan seperti biasa, saya akan mencari seseroang yang
bisa mengcover kelemahan saya. sisi lain agar kelas menjadi menarik.
Mitra di panggung membantu mengajar, dari 4 sesi, dia satu atau dua
sesi. Orang itu adalah mas kirdi. Saya telfon dia, dan kalau jadwal dia
kosong, bisa isi sebagian sesi maka jawaban terhadap training korporasi
tersebut menjadi , iya.
Kirdi punya karakter berseberangan
persis dengan saya. saya” unstructured” tidak berurutan, seperti meja
kerja berantakan, tidak bisa rapih, dia sangat terstuktur., tertib,
runut dan rapih. Meja kerjanya bersih, ruangk kerja nya tertata rapih.
Saya berfikir global, luas, makro, kirdi berfikir detail, melankoli,
perfectionis, attention to detail. Saya introvert 85%, dia extrovert
85%. Bisa dikatakan extrovert pol. Di kasih mike bisa banci ngomong dia.
Dia termasuk tukang ngomong dan termasuk orang yang menyukai suaranya
sendiri. bawel. Sementara kaum introvert termasuk orangyang tidak suka
mendengarkan suaranya sendiri , jadi kalau ngomong kelamaan, introver
bosen apa lagi orang yang mendengarkan, bukan begitu.
Saya risk
taker, dia savety player. Saya nge gas terus dalam berbisnis misalnya,
di ngerem, dan nahan cashflow bagus banget. Intinya ngak ada sama-sama
nya blassss..semua oposit. Karena itu kita ngak bisa sekantor, ngak bisa
nongkrong bareng-barang lama. Pasti saya pergi duluan. Kami memiliki 4
perusahaan bersama. 3 mas kirdi pegang, satu saya pegang. Ketemuanya
bulanan. Bahkan ada yang setahun 2 kali. Ngak bisa sering-sering,
berantem mulu, beda pendapat mulu. Jadi sudah percaya aja. Hidup simple
khan?
Angka ganjil yang di berikan tadi mengena disisi
unstructured saya, risk taker saya, “toward to” saya, meminta melalui
sekertaris saya itu mendapatkan “permisi” dari saya karena saya percaya
sekertaris saya, dan bagi saya, saya penasaran, siapa orang yang
mengenal saya hingga bisa membuat leher saya menengok dan mengatakan,
ya. Dan saya yakin jika anda mengenal karakter orang, cara berfikirnya,
kenderungan pilihannya, inner drivennya, anda menjadi master kehidupan
juga. Ilmunya untuk membaca itu banyak kok dan pasti anda sudah punya. #
may peace be upon us.