Pilihan kaya cepat dengan kaya perlahan namun lama memiliki cara
memulainya berbeda. Cara memulai menentukan kemakmuran anda. Kemakmuran
adalah skill yang harus di praktekan dengan pengalaman. Di kumpulkan jam
terbangnya. Seperti ketrampilan berenang. Belajarnya tahap awal
adalah dengan menceburkan diri ke air. Lalu belajar mengambang. Itu
dulu, kepala di atas air. Gerakannya? Sembarang…pokonya kepala di atas
air. Dan untuk masuk keair anda membutuhkan hanya 1 modalnya. Berani!!!
Dalam bisnis modalnya pertama juga berani bukan uang. Jadi kalau anda
mengatakan saya tidak ada uang buat modal, anda memiliki proverty
conscious! Kesadaran miskin!
Sepertinya akan banyak yang tidak terima dengan kalimat saya ini, namun itu adalah fakta.
Sekali lagi saya ulangi, kesadaran miskin akan mengatakan, “saya tidak
punya uang “sebagai modal. Kata-kata “tidak punya uang” adalah kesadaran
miskin, dan ini fakta. Anda bungkus dengan “belum punya uang” juga
sama, anda menunda hingga waktu yang tidak pernah tiba.
Dan saya
punya pengalaman untuk itu. Sebagaimana sahabat ketahui, saya memiliki
banyak sahabat yang secara financial masuk ke komunitas manusia 1%- 1%
prson. Mereka adalah kalangan “the have” , mereka berada dipuncak “food
chain” atau mata rantai makanan. Dimana kita ketahui semua isi bumi
beserta mahluknya dalam strata makanan manusia di jajajaran puncaknya,
dan manusia 1% adalah puncaknya puncak. The tips of the food chain.
Mereka memiliki kekayaan pribadi dan networth kekayaan jaringannya
sangat besar, triliunan. Dan pertemanan saya dengan mereka sudah lebih
dari 15-20 tahun. Catatan, kenalan dan temen nongkrong adalah dua hal
berbeda. Saya mungkin punya ribuan kenalan namun teman nongkrong sangat
sedikit. Perlu di ingat mungkinan besar karena saya introvert, saya
harus mengizinkan diri saya dahulu untuk menerima mereka menjadi
sahabat. Jadi temen nongkrong.
Saya jelaskan lagi, teman saya
yang billionaire ini adalah teman nongkrong. Lebih dari sekedar kenalan.
Selama 4 tahun ini kami selalu bertemu di daerah kuningan, memanfaatkan
corner of the house sudut hotel bintang lima tempat kami berkumpul.
Sebulan sekali setidaknya saya bertemu mereka. Dari mulut mereka kita
bisa mendengar deal awal membeli club bola papan atas liga eropa,
transaksi terbesar perusahaan batubara di Indonesia. Perdebatan melawan
pebisnis yahudi berbasis London Rothchild yang akan masuk ke Indonesia,
pembelian participant interest beberapa daerah untuk membantu perusda,
mega proyek copper dan nickel smelter, transaksi kepemilikan world chain
hotel W, dan banyak lagi transaksi kelas dunia terjadi di depan mata.
Termasuk hal-hal yang bersifat pribadi seperti menganti private jet
global ke bombardier, dari 2 engine ke 4 engine. Yang tujuannya kalau
Jakarta beijing, Jakarta dubai, hongkong hawaii tidak perlu isi bahan
bakar di tengahnya. Mengganti yacht azimuth dari 89 yard ke 150 yard.
Adalah percakapan biasa seperti kita membeli indomei di alfamart.
Yang saya mau ceritakan adalah hubungan pertemuan saya dengan mereka
sejak 2003 hingga 20010 terputus. Saya tidak sempat ada waktu bertemu
dengan mereka dan “somehow” mereka juga seperti ada cara untuk tidak
bertemu saya. bukan dengan sengaja, ya seperti ada yang ngatur saja
semuanya sibuk. Saya tidak bertemu, namun mereka tetap saja bertemu satu
sama lain dan berbisnis. Saya tidak keduanya.
Hingga suatu hari
di tahun 2010 saya kena gout attack atau serangan asam urat yang membuat
saya tidak bisa berjalan selama beberapa hari. Yang selama 1 bulan saya
melakukan penyembuhan agar tidak kembali lagi masalah tersebut.
Karena income saya datang melalui active income praktis selama bulan
itu saya tidak punya income. Perusahaan saya yang saya bangun semua lagi
masa tanam, belum ada yang menghasilkan. Lalu saya ingat istri saya
berkata, “ayah kenapa ngak nongkrong lagi sama temen temen lama” dia
menyebutlah beberapa nama pebisnis sahabat saya yang namanya sering di
tulis media dan beberapa nama yang lebih muda dan lebih sukses namun
tidak pernah di expose media.
Saya langsung setuju. Saya ingat
sekali kala itu juli 2010, saya kena asam urat april 2010. Saya bertemu
mereka akhirnya, yang isinya adalah lontaran komentar, eh mane aje
boss..lontaran kalimat terluncur dengan ledekan-ledekan khas mereka.
Sudah banyak cuan ya, banyak fulus ya, lupa temen neeh, dan macam-macam
kalimat yang intinya mengingatkan saya, jangan lakukan itu lagi, tidak
silaturahmi.
Selama ngobrol ngalor ngidul saya ada merasa janggal
kok saya merasa ngak “fit” ngak pas. Sehingga pertemuan tersebut saya
pamit duluan walau sudah 2 jam disana saya merasa ngak “masuk”.
Waktu berikutnya saya hadir lagi juga merasa ngak nyaman, bulan
berikutnya saya lakukan lagi, hadir di pertemuan, namun merasa asing.
Sehingga saya mundur, 4 kali datang dalam 2 bulan terasa ngak fit. Saya
tidak hadir lagi selama 2 bulan berikutnya. Disinilah istri saya
“notice”. Ayah kok ngak ke Four season lagi sih?
Saya jawab, males
ah, ternyata aku di sana ngak fit, ngak cocok kayaknya. Beberapa kali
kesana itu kayak orang asing, ngak nyaman.
Entah kesambet apa
istri saya tahu-tahu ceramah, ayah, denger ya yah, ini pendapat aku
loh..ayah itu mengajari banyak orang . yang paling banyak adalah
mengajari mindset. Ayah tahu ngak kenapa ayah ngak cocok bergabung
dengan mereka?..itu karena mindset ayah miskin.
Vibrasi ayah jadi
miskin. Getaran mereka kaya semua, vibrasi mereka makmur. Jelas aja
ayah ngak cocok disana. Gimana sih?! Khan ayah sendiri yang ngajarin
untuk membuat mindset kaya. Rubah yah vibrasinya.
Saya mendengar
kata-kata itu seperti kesetrum, bener juga ya, kata saya dalam hati.
Rekening mereka itu bukan saja 12 digit atau triliun bahkan ada yang 13
digit. Itu personal wealth atau kekayaan pribadi, kalau mereka hanya
memiliki 40% dari sebuah perusahaan, artinya perusahaan perusahaan
mereka kapitalisasinya bisa 13-14 digit .
Perkataan itu kena
sekali disaya. Kesadaran saya masih miskin, apalagi di bandingkan dengan
mereka itu. Saya akui. Saya terima. Dan saya buktikan lagi dengan
datang lagi kesana. Dan benar, saya merasa ngak nyaman. Pembicaraan
mereka tentang mobil, tentang materi membuat ngak nyaman. namun saya
terus mereview, saya datang dengan tingkat awareness berbeda. Saya
mereview dimana tidak nyamannya saya.
Bicara hal-hal materi saya
merasakan rishi, seakan mereka sedang pamer, menyombongkan
keduniawian, dan saya tidak suka. Namun saya perhatikan terus perasaan
saya sewaktu mereka bicara banyak hal. Ternyata mereka bicara tidak ada
kesan sombong atau vibrasi pamer, kenapa saya ngak nyaman ya ?!. Ya
mereka membeli barang 10 milyar merupakan nol koma sekian persen
kekayaan mereka, sementara di banyak orang membelanjakan 1 juta rupiah
adalah 30% pendapatan mereka.
Pulang dari pertemuan yang masih
membuat saya tidak nyaman tersebut saya mendapatkan satu hal, “saya
punya kesadaran masih miskin”. Titik, ngak usah di bungkus basa-basi.
Saya putuskan sejak malam itu. Saya mulai merubah platform saya
berfikir dan bertindak. Saya lakukan setiap hari, setiap saat, saya
tanam program baru, sangat ekstreem saya menanamnya. Bahkan saya sampai
ngak percaya atau seram sama pondasi yang saya buat itu di awalnya.
Tetapi saya bertekad bulat saya letakan software baru tentang
kemakmuran. (catatan: maaf saya tidak bisa tuliskan caranya karena itu
bukan teori jadi bingung nulisnya, ilmu praktek)
Sampai 2 bulan
saya lakukan, saya sampai hafal karena masuk ke sub system saya paling
bawah. Sehingga saya konfiden, yakin seyakin yakinnya, saya adalah
mereka. Lalu saya kontak beberapa sahabat bertanya kapan ngumpul yang
mereka jawab ada nih malam ini. Saya meilhat jadwal saya ternyata sampai
jam 6 masih ada tamu sementara jam 6 biasanya sudah kumpul.
Saya datang baru jam 7 an malam. Malam itu lain dari biasanya. Biasanya
7-15 orangan, tapi malam itu mencapai 30an, seakan semua hadir.
Kehadiran saya yang paling akhir membuat posisi duduk tidak ada pilihan.
Di ujung.
Bayangkan begini, dalam wine cigar lounge ada meja
tinggi dan bangku tinggi. Kursi bar. Sehingga kalau tidak duduk kita
dapat berdiri menyandar tangan nyaman di meja bar. Dalam wine table
meja tersebut berhadapan, baik duduk atau berdiri. Sehingga semua sudah
berhadapan tinggal posisi saya di ujung yang sendirian. Semua mata
menyapa dan melihat saya hadir dan duduk di ujung wine table. Saya
“under the spot light”posisinya.
Orange jus hangat di letakan
oleh waitress di kanan meja saya, dan mulai saya bicara..saya ngak tahu
malam itu saya kesambet dewa ketawa – laughing Gods kali ya. Saya
seperti seorang stand up comedian yang lagi di tanggap mereka. Selama 3
jam kami tertawa terbahak-bahak, terkekeh kekeh hingga
terkencing-kencing, asli lucu dan saling menimpali joke. (Catatan: bagi
teman-teman yang ikut MMBC pasti ingat acara 2 jam sesi “ngelawak” khan.
Ya seperti itulah kira-kira.)
Pulang kerumah jam 11 malam wajah
saya sumringah dimana orang rumah bertanya ada apa yang saya ceritakan
rinci kejadian malam tadi. Sejak saat itu, hape tidak pernah berhenti
berdering hingga saat ini, beberapa eksekusi bisnis kalau saya ngak ikut
mereka ngak jalan malahan, semua mendadak berubah akrab. Saya ngak
pusing lagi urusan bombardier, monalisa project, azimuth, ceaser palace,
apalah nama yang saya ngak kenal, ngak pengaruh lagi. # may peace be
upon us