Rabu, 28 Oktober 2015

“ Semua benar, pilihlah yang paling cocok dan yang paling bermanfaat”

Pilihan kaya cepat dengan kaya perlahan namun lama memiliki cara memulainya berbeda. Cara memulai menentukan kemakmuran anda. Kemakmuran adalah skill yang harus di praktekan dengan pengalaman. Di kumpulkan jam terbangnya. Seperti ketrampilan berenang. Belajarnya tahap awal adalah dengan menceburkan diri ke air. Lalu belajar mengambang. Itu dulu, kepala di atas air. Gerakannya? Sembarang…pokonya kepala di atas air. Dan untuk masuk keair anda membutuhkan hanya 1 modalnya. Berani!!!
Dalam bisnis modalnya pertama juga berani bukan uang. Jadi kalau anda mengatakan saya tidak ada uang buat modal, anda memiliki proverty conscious! Kesadaran miskin!
Sepertinya akan banyak yang tidak terima dengan kalimat saya ini, namun itu adalah fakta.
Sekali lagi saya ulangi, kesadaran miskin akan mengatakan, “saya tidak punya uang “sebagai modal. Kata-kata “tidak punya uang” adalah kesadaran miskin, dan ini fakta. Anda bungkus dengan “belum punya uang” juga sama, anda menunda hingga waktu yang tidak pernah tiba.
Dan saya punya pengalaman untuk itu. Sebagaimana sahabat ketahui, saya memiliki banyak sahabat yang secara financial masuk ke komunitas manusia 1%- 1% prson. Mereka adalah kalangan “the have” , mereka berada dipuncak “food chain” atau mata rantai makanan. Dimana kita ketahui semua isi bumi beserta mahluknya dalam strata makanan manusia di jajajaran puncaknya, dan manusia 1% adalah puncaknya puncak. The tips of the food chain.
Mereka memiliki kekayaan pribadi dan networth kekayaan jaringannya sangat besar, triliunan. Dan pertemanan saya dengan mereka sudah lebih dari 15-20 tahun. Catatan, kenalan dan temen nongkrong adalah dua hal berbeda. Saya mungkin punya ribuan kenalan namun teman nongkrong sangat sedikit. Perlu di ingat mungkinan besar karena saya introvert, saya harus mengizinkan diri saya dahulu untuk menerima mereka menjadi sahabat. Jadi temen nongkrong.
Saya jelaskan lagi, teman saya yang billionaire ini adalah teman nongkrong. Lebih dari sekedar kenalan. Selama 4 tahun ini kami selalu bertemu di daerah kuningan, memanfaatkan corner of the house sudut hotel bintang lima tempat kami berkumpul. Sebulan sekali setidaknya saya bertemu mereka. Dari mulut mereka kita bisa mendengar deal awal membeli club bola papan atas liga eropa, transaksi terbesar perusahaan batubara di Indonesia. Perdebatan melawan pebisnis yahudi berbasis London Rothchild yang akan masuk ke Indonesia, pembelian participant interest beberapa daerah untuk membantu perusda, mega proyek copper dan nickel smelter, transaksi kepemilikan world chain hotel W, dan banyak lagi transaksi kelas dunia terjadi di depan mata.
Termasuk hal-hal yang bersifat pribadi seperti menganti private jet global ke bombardier, dari 2 engine ke 4 engine. Yang tujuannya kalau Jakarta beijing, Jakarta dubai, hongkong hawaii tidak perlu isi bahan bakar di tengahnya. Mengganti yacht azimuth dari 89 yard ke 150 yard. Adalah percakapan biasa seperti kita membeli indomei di alfamart.
Yang saya mau ceritakan adalah hubungan pertemuan saya dengan mereka sejak 2003 hingga 20010 terputus. Saya tidak sempat ada waktu bertemu dengan mereka dan “somehow” mereka juga seperti ada cara untuk tidak bertemu saya. bukan dengan sengaja, ya seperti ada yang ngatur saja semuanya sibuk. Saya tidak bertemu, namun mereka tetap saja bertemu satu sama lain dan berbisnis. Saya tidak keduanya.
Hingga suatu hari di tahun 2010 saya kena gout attack atau serangan asam urat yang membuat saya tidak bisa berjalan selama beberapa hari. Yang selama 1 bulan saya melakukan penyembuhan agar tidak kembali lagi masalah tersebut.
Karena income saya datang melalui active income praktis selama bulan itu saya tidak punya income. Perusahaan saya yang saya bangun semua lagi masa tanam, belum ada yang menghasilkan. Lalu saya ingat istri saya berkata, “ayah kenapa ngak nongkrong lagi sama temen temen lama” dia menyebutlah beberapa nama pebisnis sahabat saya yang namanya sering di tulis media dan beberapa nama yang lebih muda dan lebih sukses namun tidak pernah di expose media.
Saya langsung setuju. Saya ingat sekali kala itu juli 2010, saya kena asam urat april 2010. Saya bertemu mereka akhirnya, yang isinya adalah lontaran komentar, eh mane aje boss..lontaran kalimat terluncur dengan ledekan-ledekan khas mereka. Sudah banyak cuan ya, banyak fulus ya, lupa temen neeh, dan macam-macam kalimat yang intinya mengingatkan saya, jangan lakukan itu lagi, tidak silaturahmi.
Selama ngobrol ngalor ngidul saya ada merasa janggal kok saya merasa ngak “fit” ngak pas. Sehingga pertemuan tersebut saya pamit duluan walau sudah 2 jam disana saya merasa ngak “masuk”.
Waktu berikutnya saya hadir lagi juga merasa ngak nyaman, bulan berikutnya saya lakukan lagi, hadir di pertemuan, namun merasa asing.
Sehingga saya mundur, 4 kali datang dalam 2 bulan terasa ngak fit. Saya tidak hadir lagi selama 2 bulan berikutnya. Disinilah istri saya “notice”. Ayah kok ngak ke Four season lagi sih?
Saya jawab, males ah, ternyata aku di sana ngak fit, ngak cocok kayaknya. Beberapa kali kesana itu kayak orang asing, ngak nyaman.
Entah kesambet apa istri saya tahu-tahu ceramah, ayah, denger ya yah, ini pendapat aku loh..ayah itu mengajari banyak orang . yang paling banyak adalah mengajari mindset. Ayah tahu ngak kenapa ayah ngak cocok bergabung dengan mereka?..itu karena mindset ayah miskin.
Vibrasi ayah jadi miskin. Getaran mereka kaya semua, vibrasi mereka makmur. Jelas aja ayah ngak cocok disana. Gimana sih?! Khan ayah sendiri yang ngajarin untuk membuat mindset kaya. Rubah yah vibrasinya.
Saya mendengar kata-kata itu seperti kesetrum, bener juga ya, kata saya dalam hati. Rekening mereka itu bukan saja 12 digit atau triliun bahkan ada yang 13 digit. Itu personal wealth atau kekayaan pribadi, kalau mereka hanya memiliki 40% dari sebuah perusahaan, artinya perusahaan perusahaan mereka kapitalisasinya bisa 13-14 digit .
Perkataan itu kena sekali disaya. Kesadaran saya masih miskin, apalagi di bandingkan dengan mereka itu. Saya akui. Saya terima. Dan saya buktikan lagi dengan datang lagi kesana. Dan benar, saya merasa ngak nyaman. Pembicaraan mereka tentang mobil, tentang materi membuat ngak nyaman. namun saya terus mereview, saya datang dengan tingkat awareness berbeda. Saya mereview dimana tidak nyamannya saya.
Bicara hal-hal materi saya merasakan rishi, seakan mereka sedang pamer, menyombongkan keduniawian, dan saya tidak suka. Namun saya perhatikan terus perasaan saya sewaktu mereka bicara banyak hal. Ternyata mereka bicara tidak ada kesan sombong atau vibrasi pamer, kenapa saya ngak nyaman ya ?!. Ya mereka membeli barang 10 milyar merupakan nol koma sekian persen kekayaan mereka, sementara di banyak orang membelanjakan 1 juta rupiah adalah 30% pendapatan mereka.
Pulang dari pertemuan yang masih membuat saya tidak nyaman tersebut saya mendapatkan satu hal, “saya punya kesadaran masih miskin”. Titik, ngak usah di bungkus basa-basi.
Saya putuskan sejak malam itu. Saya mulai merubah platform saya berfikir dan bertindak. Saya lakukan setiap hari, setiap saat, saya tanam program baru, sangat ekstreem saya menanamnya. Bahkan saya sampai ngak percaya atau seram sama pondasi yang saya buat itu di awalnya. Tetapi saya bertekad bulat saya letakan software baru tentang kemakmuran. (catatan: maaf saya tidak bisa tuliskan caranya karena itu bukan teori jadi bingung nulisnya, ilmu praktek)
Sampai 2 bulan saya lakukan, saya sampai hafal karena masuk ke sub system saya paling bawah. Sehingga saya konfiden, yakin seyakin yakinnya, saya adalah mereka. Lalu saya kontak beberapa sahabat bertanya kapan ngumpul yang mereka jawab ada nih malam ini. Saya meilhat jadwal saya ternyata sampai jam 6 masih ada tamu sementara jam 6 biasanya sudah kumpul.
Saya datang baru jam 7 an malam. Malam itu lain dari biasanya. Biasanya 7-15 orangan, tapi malam itu mencapai 30an, seakan semua hadir. Kehadiran saya yang paling akhir membuat posisi duduk tidak ada pilihan. Di ujung.
Bayangkan begini, dalam wine cigar lounge ada meja tinggi dan bangku tinggi. Kursi bar. Sehingga kalau tidak duduk kita dapat berdiri menyandar tangan nyaman di meja bar. Dalam wine table meja tersebut berhadapan, baik duduk atau berdiri. Sehingga semua sudah berhadapan tinggal posisi saya di ujung yang sendirian. Semua mata menyapa dan melihat saya hadir dan duduk di ujung wine table. Saya “under the spot light”posisinya.
Orange jus hangat di letakan oleh waitress di kanan meja saya, dan mulai saya bicara..saya ngak tahu malam itu saya kesambet dewa ketawa – laughing Gods kali ya. Saya seperti seorang stand up comedian yang lagi di tanggap mereka. Selama 3 jam kami tertawa terbahak-bahak, terkekeh kekeh hingga terkencing-kencing, asli lucu dan saling menimpali joke. (Catatan: bagi teman-teman yang ikut MMBC pasti ingat acara 2 jam sesi “ngelawak” khan. Ya seperti itulah kira-kira.)
Pulang kerumah jam 11 malam wajah saya sumringah dimana orang rumah bertanya ada apa yang saya ceritakan rinci kejadian malam tadi. Sejak saat itu, hape tidak pernah berhenti berdering hingga saat ini, beberapa eksekusi bisnis kalau saya ngak ikut mereka ngak jalan malahan, semua mendadak berubah akrab. Saya ngak pusing lagi urusan bombardier, monalisa project, azimuth, ceaser palace, apalah nama yang saya ngak kenal, ngak pengaruh lagi. # may peace be upon us