Rabu, 28 Oktober 2015

“ Kerjakan apa saja yang ada suka lakukan, sejak saat itu anda tidak akan pernah merasa sedang berkerja, anda sedang bermain”

Selasaan adalah hari makan bacang di café kecil di bilangan jalan wijaya Jakarta. Bacang isi jamur, kuning telur asin dan sedikit daging di bungkus nasi ketan adalah makanan yang paling diminati banyak pelanggannya termausk saya. Café tua yang sedikit di kunjungi banyak orang terutama waktu breakfast menjadi tempat favorit kami dalam diskusi mingguan. Tapi jangan tanya kalau makan siang dan malam, selalu penuh.
Walau café itu sudah lebih dari 20 tahun namun 2 tahun terakhir baru menjadi pilihan kami mangkal. Tadinya hanya tempat saya dan seorang mitra bisnis saya yang diskusi ngobrol dan melaporkan satu dengan lain akan perkembangan bisnis selama ini. Namun sekarang rekan-rekan lain terkadang mampir karena tahu kami setidaknya berdua, selalu ada di sana jam 8-10an pagi, di hari selasa.
Dia sendiri , mitra saya ini, masih merupakan professional di beberapa perusahaan sehingga dia tidak ingin “mencuri” waktu profesionalnya tetapi memanfaatkan waktu terbatas untuk membangn bisnis yang kebetulan bermitra dengan saya.
Dia tahu sekali bahwa dalam dunia kerja, selama seorang pegawai masih merupakan asset atau menghasilkan income pendapatan buat perusahaan atau institusi maka mereka masih akan di nilai. Cara penghitunganya pun gampang, performa index nya disbanding dengan pengeluaran perusahaan untuk dirinya masih plus apa minus, itu saja.
Ilustrasinya begini, seorang manajer, salary dan tunjangan perusahaan berikan adalah 10 juta rupiah per bulan. Mendapatkan fasilitas meja kerja, computer, printer, telefon, office boys, peralatan kerja dan kantor lainya, AC, listrik, space ruangan 2 x2 meter persegi di sebuah gedung kantor. Maka dapat di perhitungkan nilai depresiasinya juga cost expenditure + cost operatio bulannya.
Asumsi rata-rata adalah antara gajih tunjangan dengan fasilitas adalah 1 banding 1. Jadi perusahaan ada biaya extra 10 juta, jadi 1 bulan biaya langsung dan tak langsung karyawan 20 juta. 1 tahun sekitar 240 jutaan terhadap karyawan tersebut.
Jadi dalam perhitungan bisnis, kalau anda tidak bisa menutupi biaya anda dalam 1 tahun periode atau semakin rendah posisi karyawan semakin pendek targetnya, katakanlah 6 bulan. Maka anda akan dipindahkan dari posisi asset perusahaan menjadi liabilities, menjadi beban.
Diposisi “liabilities” anda tinggal menunggu waktu saja sebelum ada di buang.
Sebagai karyawan anda bisa mengukur diri sendiri, berapa kontribusi anda buat perusahaan. Jujur saja, kalau anda merasa berkontribusi impas anda pasti kerja nyaman. Kalau anda mendapat tekanan atau merasa tertekan ada 2 hal terjadi pada anda.
Anda tidak produktif dan di tekan atasan atau system. Atau anda sangat produktif dan tidakmendapatkan “return” reward kepada anda dari atasan atau perusahaan yang wajar. Kedua hal ini pasti membuat ada merasa tertekan.
Profesional yang memiliki skill dan pikiran entrepreneur atau biasa disebut “ intrapreneurship” pendekatanya berbeda lagi. Intrapreneur adalah seseroang professional yang memiliki ketrampilan dan pemahaman entrepreneur. Berusaha, berdagang, memiliki leadership namun dia tidak mendirikan perusahaan diluar. Dia tetap pegawai\ dan tidak memiliki saham perusahaan itu sama sekali.
Entrepreneur keluar dari sistem kepegawaian dan berusaha sendiri atau bersama kelompok. Dia memiliki perusahaan tersebut. Dia ikut sebagai eksekutif misalnya sebagai direktur atau sebagai komisaris. Itu entrepreneurship.
Professional intraprenuer biasanya menaker atau mengukur kontribusinya pada perusahaan. Kalau kelebihan maka dia akan meminta fasilitas lebih atau akan meminta director cut.
Director cut adalah pembagian keuntungan perusahaan sebelum di bagikan devident. Katakanlah perusahaan untung bersih 100 juta tahun ini. Maka director cut jatah direksi adalah 10-20% dari keuntungan, dimana sisa setelah dipotong “cut” tersebut baru di bagikan kepada pemegang saham sebagai devident.
Sayangnya tidak semua entrepreneur memahami hal ini. Tidak semua pengusaha mengenal perhitungan “bagi permen” seperti ini. Inilah yang membuat professional intraprenuer yang dalam posisi asset dalam sebuah perusahaan, akan siap-siap” jumping ship” pindah kapal.
Saya yakin anda sebagai pengusaha atau ingin berwirausaha mengenal calculasi ini. Saya yakin anda ketika memutuskan berwirausaha adalah ingin mendapatkan kebebasan waktu sehingga mencari profesioanal ber intraprenuer skill.
Ngapain pindah dari pegawai tapi anda malah yang kerja, bahkan kerja nya nambah banyak. Anda yang buat proposal, anda yang prsentasi, anda yang kerja memproduksi, anda yang mendeliver pekerjaan, anda yang menagih, anda yang me-maintain klien. Staff anda hanya menunggu perintah dari anda. Begitu anda pergi, mereka ngak tahu kerja apa.
Akhirnya kerjaan mereka hanya selfie an di kantor, ngobrol, browsing, update status. Kalau anda tahu hal ini anda marah kepada mereka, dan mereka dalam hati bingung sebenarnya ngak tahu ngapain. Skill mereka belum ada, pemahaman mereka belum sampai, ilmu mereka belum siap.
Akhirnya anda kelelahan menjadi pengusaha. Uang anda mungkin lebih baik dari anda sebagai pegawai, namun waktu anda dan tekanan kerjaan membuat anda tidak bisa memnajdi bapak yang berkontribusi buat keseharian di rumah, atau tidak bisa menjadi ibu yang lengkap buat anak atau pasangan anda.
Sebagai pengusaha mendapatkan karyawan yang memiliki intraprenuership adalah sebuah keharusan dan anda harus mengendus dengan tajam kontribusi dan pembagian reward dengan mereka. Mereka sangat sensitive. Seperti memilihara seniman. Ngeri-ngeri sedap meng-hendle mereka.
Kembali kecerita diatas, mitra saya ini adalh professional intraprenuer yang sangat produktif. Perusahaan nya tempat dia bekerja sekarang mengenal betul kontribusinya. Setiap langkahnya selalu di berikan kemudahan dan kenyamanan. Bahkan 2 tahun lalu ketika dia mengatakan akan bersiap-siap pension, sang pemilik tanpa ragu menghadiahi dirinya dengan mobil mewah porche panamera. Dan ketika anaknya menikah , sang putri di hadiahi mini cooper terbaru.
Dia di buat tidak berkutik.jadi secara keprofesionalannya, dia tetap berkontribusi dan sewaktu bermitra dengan saya dia memutuskan sesuatu yang “fair” kepada perusahaannya tempat dia bekerja. Yaitu, bisnis yang dijalankan dnegan saya, tidak ada kemiripan dengan bisnis mereka. Jauh beda baik bidang atauun pasarnya. Bukan pesaing, bukan sejenis dan tidak menyita waktu.
Bagi dirinya saya adalah mitra dan CEO intraprenuer untuk melakukan aktualisasi diri di bidang passionnya. Baik dia dan saya sama passionnya. Dan hari itu, selasa kemarin saya mengajukan permohonan, saya akan mencari professional intraprenuer untuk menggatikan posisi saya di perusahaan bersama di mana saya akan meniru dia juga. Dan, alhamdulilah di setujui dan tinggal saya sekarang belajar membagi permen, belajar mengendus dan tentunya mencari professional intrapreneur. # may peace be upon us