Selasaan adalah hari makan bacang di café kecil di bilangan jalan
wijaya Jakarta. Bacang isi jamur, kuning telur asin dan sedikit daging
di bungkus nasi ketan adalah makanan yang paling diminati banyak
pelanggannya termausk saya. Café tua yang sedikit di kunjungi banyak
orang terutama waktu breakfast menjadi tempat favorit kami dalam diskusi
mingguan. Tapi jangan tanya kalau makan siang dan malam, selalu penuh.
Walau café itu sudah lebih dari 20 tahun namun 2 tahun terakhir baru
menjadi pilihan kami mangkal. Tadinya hanya tempat saya dan seorang
mitra bisnis saya yang diskusi ngobrol dan melaporkan satu dengan lain
akan perkembangan bisnis selama ini. Namun sekarang rekan-rekan lain
terkadang mampir karena tahu kami setidaknya berdua, selalu ada di sana
jam 8-10an pagi, di hari selasa.
Dia sendiri , mitra saya ini,
masih merupakan professional di beberapa perusahaan sehingga dia tidak
ingin “mencuri” waktu profesionalnya tetapi memanfaatkan waktu terbatas
untuk membangn bisnis yang kebetulan bermitra dengan saya.
Dia
tahu sekali bahwa dalam dunia kerja, selama seorang pegawai masih
merupakan asset atau menghasilkan income pendapatan buat perusahaan atau
institusi maka mereka masih akan di nilai. Cara penghitunganya pun
gampang, performa index nya disbanding dengan pengeluaran perusahaan
untuk dirinya masih plus apa minus, itu saja.
Ilustrasinya
begini, seorang manajer, salary dan tunjangan perusahaan berikan adalah
10 juta rupiah per bulan. Mendapatkan fasilitas meja kerja, computer,
printer, telefon, office boys, peralatan kerja dan kantor lainya, AC,
listrik, space ruangan 2 x2 meter persegi di sebuah gedung kantor. Maka
dapat di perhitungkan nilai depresiasinya juga cost expenditure + cost
operatio bulannya.
Asumsi rata-rata adalah antara gajih
tunjangan dengan fasilitas adalah 1 banding 1. Jadi perusahaan ada biaya
extra 10 juta, jadi 1 bulan biaya langsung dan tak langsung karyawan 20
juta. 1 tahun sekitar 240 jutaan terhadap karyawan tersebut.
Jadi dalam perhitungan bisnis, kalau anda tidak bisa menutupi biaya anda
dalam 1 tahun periode atau semakin rendah posisi karyawan semakin
pendek targetnya, katakanlah 6 bulan. Maka anda akan dipindahkan dari
posisi asset perusahaan menjadi liabilities, menjadi beban.
Diposisi “liabilities” anda tinggal menunggu waktu saja sebelum ada di buang.
Sebagai karyawan anda bisa mengukur diri sendiri, berapa kontribusi
anda buat perusahaan. Jujur saja, kalau anda merasa berkontribusi impas
anda pasti kerja nyaman. Kalau anda mendapat tekanan atau merasa
tertekan ada 2 hal terjadi pada anda.
Anda tidak produktif dan
di tekan atasan atau system. Atau anda sangat produktif dan
tidakmendapatkan “return” reward kepada anda dari atasan atau perusahaan
yang wajar. Kedua hal ini pasti membuat ada merasa tertekan.
Profesional yang memiliki skill dan pikiran entrepreneur atau biasa
disebut “ intrapreneurship” pendekatanya berbeda lagi. Intrapreneur
adalah seseroang professional yang memiliki ketrampilan dan pemahaman
entrepreneur. Berusaha, berdagang, memiliki leadership namun dia tidak
mendirikan perusahaan diluar. Dia tetap pegawai\ dan tidak memiliki
saham perusahaan itu sama sekali.
Entrepreneur keluar dari sistem
kepegawaian dan berusaha sendiri atau bersama kelompok. Dia memiliki
perusahaan tersebut. Dia ikut sebagai eksekutif misalnya sebagai
direktur atau sebagai komisaris. Itu entrepreneurship.
Professional intraprenuer biasanya menaker atau mengukur kontribusinya
pada perusahaan. Kalau kelebihan maka dia akan meminta fasilitas lebih
atau akan meminta director cut.
Director cut adalah pembagian
keuntungan perusahaan sebelum di bagikan devident. Katakanlah perusahaan
untung bersih 100 juta tahun ini. Maka director cut jatah direksi
adalah 10-20% dari keuntungan, dimana sisa setelah dipotong “cut”
tersebut baru di bagikan kepada pemegang saham sebagai devident.
Sayangnya tidak semua entrepreneur memahami hal ini. Tidak semua
pengusaha mengenal perhitungan “bagi permen” seperti ini. Inilah yang
membuat professional intraprenuer yang dalam posisi asset dalam sebuah
perusahaan, akan siap-siap” jumping ship” pindah kapal.
Saya
yakin anda sebagai pengusaha atau ingin berwirausaha mengenal calculasi
ini. Saya yakin anda ketika memutuskan berwirausaha adalah ingin
mendapatkan kebebasan waktu sehingga mencari profesioanal ber
intraprenuer skill.
Ngapain pindah dari pegawai tapi anda malah
yang kerja, bahkan kerja nya nambah banyak. Anda yang buat proposal,
anda yang prsentasi, anda yang kerja memproduksi, anda yang mendeliver
pekerjaan, anda yang menagih, anda yang me-maintain klien. Staff anda
hanya menunggu perintah dari anda. Begitu anda pergi, mereka ngak tahu
kerja apa.
Akhirnya kerjaan mereka hanya selfie an di kantor,
ngobrol, browsing, update status. Kalau anda tahu hal ini anda marah
kepada mereka, dan mereka dalam hati bingung sebenarnya ngak tahu
ngapain. Skill mereka belum ada, pemahaman mereka belum sampai, ilmu
mereka belum siap.
Akhirnya anda kelelahan menjadi pengusaha.
Uang anda mungkin lebih baik dari anda sebagai pegawai, namun waktu anda
dan tekanan kerjaan membuat anda tidak bisa memnajdi bapak yang
berkontribusi buat keseharian di rumah, atau tidak bisa menjadi ibu yang
lengkap buat anak atau pasangan anda.
Sebagai pengusaha
mendapatkan karyawan yang memiliki intraprenuership adalah sebuah
keharusan dan anda harus mengendus dengan tajam kontribusi dan pembagian
reward dengan mereka. Mereka sangat sensitive. Seperti memilihara
seniman. Ngeri-ngeri sedap meng-hendle mereka.
Kembali kecerita
diatas, mitra saya ini adalh professional intraprenuer yang sangat
produktif. Perusahaan nya tempat dia bekerja sekarang mengenal betul
kontribusinya. Setiap langkahnya selalu di berikan kemudahan dan
kenyamanan. Bahkan 2 tahun lalu ketika dia mengatakan akan bersiap-siap
pension, sang pemilik tanpa ragu menghadiahi dirinya dengan mobil mewah
porche panamera. Dan ketika anaknya menikah , sang putri di hadiahi mini
cooper terbaru.
Dia di buat tidak berkutik.jadi secara
keprofesionalannya, dia tetap berkontribusi dan sewaktu bermitra dengan
saya dia memutuskan sesuatu yang “fair” kepada perusahaannya tempat dia
bekerja. Yaitu, bisnis yang dijalankan dnegan saya, tidak ada kemiripan
dengan bisnis mereka. Jauh beda baik bidang atauun pasarnya. Bukan
pesaing, bukan sejenis dan tidak menyita waktu.
Bagi dirinya saya
adalah mitra dan CEO intraprenuer untuk melakukan aktualisasi diri di
bidang passionnya. Baik dia dan saya sama passionnya. Dan hari itu,
selasa kemarin saya mengajukan permohonan, saya akan mencari
professional intraprenuer untuk menggatikan posisi saya di perusahaan
bersama di mana saya akan meniru dia juga. Dan, alhamdulilah di setujui
dan tinggal saya sekarang belajar membagi permen, belajar mengendus dan
tentunya mencari professional intrapreneur. # may peace be upon us