Mana lebih berat?!”
Menjadi pemegang saham minoritas tidak
apa-apa selama dapat jatah di executive dewan direksi. Atau sebagai
salah satu komisaris sebagai lembaga legislative di perusahaan. Jadi
angota DPR di perusahaan. Tapi, di posisi minoritas secara suara tidak
berada di executive juga di komisarsi, praktis tidak bisa mengikuti
dinamika keseharian di dalam organisasi.
Persis seperti anggota biasa di sebuah partai.
Yang bermain ya di kedua posisi tadi, kita hanya pendukung, team sorak.
Kalau putusan mereka benar kita senang, kalau salah ya kita terima
kalah. Yang jadi masalah adalah kalau anda memiliki capbilitas,
kemampuan dan ketrampilan di bidang tersebut tapi tidka di executive
dan tidak di legislative. Ini persis seperti laskar tak berguna.
Inilah agaknya yang membuat banyak individu memecah diri membentuk
partai baru, agar berdaulat, agar ada pipilie, corong buat aspirasi.
Enaknya di sisi pengusaha adalah kita tidak perlu membuat keluar partai
dan membuat partai baru. Anda bisa tetap di perusahaan tersebut sebagai
minority owner, duduk manis. Kalau anda mau buat baru lagi juga ngak
apa-apa. buat perusahaan sejenis, masuk pasar lagi.
Perusahaan
yang lama tidak bisa apa-apa juga pemegang saham mayoritasnya. Ngak ada
aturan yang melarang anda tidak boleh membuat perusahaan sejenis dengan
mitra baru.
Inilah yang dialog kami dalam diskusi RUPS lanjutan
hari ini seharian. Saya tetap tidak mau equity call? Porsi saya minta
tetap non-deluted, golden share!!. Mengenai pemenuhan kewajiban pinjaman
11,4M saya sarankan pinjam menggunakan bank, atau di refinance bahasa
lainnya.
Nah disinilah perdebatan terjadi . ngak bisa pak
wowiek, kami sebagai pemegang saham mayoritas tidak setuju pinjaman
lagi. Kami memilih equity. Benar yang dikatakan saya minoritas. Bahkan
kalau voting saya kalah suara. Maka saya tidak mau voting.
Begini
pak, anda semua boleh punya pendapat, namun hal ini hingga posisi saat
ini kontribusi masing-masing sebenarnya sama, anda semua (mitra saya
korporasi besar sehingga kalau RUPS direksi 4 orang datang) sementara
saya adalah pstikulir, sendiri. saya lanjutkan, dari asset 600 juta di
awal saat ini memiliki atau akan memiliki 95% dari 21 M adalah
ketrampilan financial engineering yang di setujui bersama di awal kita
memulainya.
Saat ini dengan equty call, anda paksa saya
mengecilkan saham dan itu ngak fair, karena ada gain yang hak saya
dimakan. Kakalu dengan mitra40 tidak ada masalah itu. Mereka hanya lost
opportunities. Kalau saya adalah lost gain. Hilang pendapatan.
Pak wowiek, maaf..kami ngak niat mendelusi bapak, kata satu direksi
keuangan yang memang sopan orangnya. Tapi kami terpaksa pak. Posisi kami
kalau loan atau pinjaman akan menjadi beban tambahan jika “shit happen”
cicilan dan pokok tidak bisa dicapai oleh proyek itu. Katakanlah dalam 6
bulan proyek tyersebut shut down apapun alasannya, maka kewajiban bunga
dan pokok akan menjadi tanggungan kita dan kita kedapan selama 2 tahun
sedang melakukan hal yang besar kapitalisasinya.
Pasti ke call
kita sama bank, call 5 terjadi proyek kita ini hilang pak. Bukan untung
malah bunting. Karena itu kita minta equity call sesuai porsi saham atau
saham bapak terdelusi. Sebenarnya harta bapak tidak berkurang. Hanya
porsi saham mengecil. Kalau bapak lihat peluang sebaiknya bapak setor
sesuai porsi pak.
Saya lihat peluang pak, jawab saya. ini untung
sudah ditangan. Tinggal cara mengambilnya saja yang beda. Bapak mau
equity saya mau pinjam refinance. Pinjam tanggung bersama. Ini seperti
beli laptop saja pak. Mau tunai 12 juta atau dibayar 12 kali dengan
kredit card. Ada beban bunga memang tapi laptopnya kan buat kerja, yang
bisa menghasilkan 12 juta dalam setahun kira-kira.
Saya beranalogi.
Benar pak, tapi kalau dalam kurun waktu “shit happen” pak. Bagaimana?
Kami hanya ingin aman saja pak. Bukan mau delute bapak, mohon di pahami.
Saya memahami posisi mereka dimana saya katakana lagi, pak
resiko itu ada, tapi kita ada 3 kontrak yang membuat secure dalam 5
tahun kedepan dan itu sangat calculated, alias marketing risk nya hampir
zero. Resiko penjualan dan revenue hampir tidak ada. Saya berargumen.
Yaitu pak, kenapa bapak ngak nyetor saja, tanya direksi satu lagi kepada saya.
Ini dia nih dalam hati saya, orang kalau sudah punya mau sulit di
tekuk. Ketampilan negosiasi dilapangan begini ngak ada di dunia kursus
motivasi. Bisa-bisa trainernya masih umur duapuluhan, duduk di hadapan
professional bangkotan belum pernah sama sekali.
Saya mulai
mangkel kalau beda pendapat yang keras kepala begini. Namun saya ingat,
vibrasi kesal saya naik, mereka akan tangkap dan baca dan pasti saya
kalah. Kalau berhadapan sama macam tatap terus mata mereka. Sekali anda
geming berpaling anda di terkamnya. Apa lagi “your enemy can smell your
fear”, musuh mu bisa mencium rasa takut mu.
Menjaga vibrasi jauh
lebih penting dari pada memilih kata yang tepat. Memilih micro ekspresi
terpancar dengan benar agar mereka tidak bisa membaca anda jauh lebih
penting. Kunci keduanya adalah menjaga hati stabil, tenang. Teori
dikursus-kursus seperti mirroring, pacing leading dan banyak lagi
istikah bisa jadi bubar karena mulai kesal atau panik. Black belt
karateka jurusnya bisa bubar ketemu preman pasar tukang tusuk. Apa lagi
dikeroyok.
Saya memilih ke toilet sebentar. Itu adalah cara saya
menjaga jeda. Itulah cara saya biar mereka berdiskusi. Saya tahu pasti
ada value yang saya argumenkan kena di salah satu mereka, biar mereka
diskusi saya juga atur nafas dan grounding sebentar. Saya gibberish
sebentar.
Ketika saya masuk, saya buka pertanyaan, bagaimana? Ada
alternative lain di usulkan. Tadi kita diskusi satu ketimu satu ke
barat. Kalau ada saran lain yang bisa sama sama senang bisa saya
pertimbangkan.
Ada pak, kata si tukang senyum namun agak tipis
sih senyum nya, senyum orang pinter, pinter keminter sih hahaha.
Bagaimana kalau kami BUY OUT saham bapak di nilai appraisal saat ini.
Ini harga terbaik pak., kami ambil alih resikonya.
Dalam hati, pinter aja loe ngomong ambil resiko, orang resiko ngak ada .
Saya tidak boleh berekspresi, harus poker face pooolll.
Setekah jeda sebentar, ke 4 orang yang duduk di hadapan saya, di tambah
satu komisaris di sisi kanan ujung meja, di tambah 2 orang legal di
samping saya, saya tatap satu persatu.
Lalu saya katakan,
bagaimana kalau nilai sekarang kalikan 1,5 kali dari nilai sekarang saya
ambil saham bapak-bapak 100% dan proyek anda di P. saya tahu itu kalian
mau lepas. Saya beli bulk price. No bargain. Harga borongan dan ngak
mau di tawar.
Sekarang mereka bergeming, wajah ke lima orang di
depan saya bergeser mikro ekspresinya. Kebanyakan ekspresi kaget, namun
ada juga yang melihat peluang namun ada yang menatap sebel dan terbaca
benci, dan marah. Kesan tidak suka pastinya.
Ekspresi ini bisa
juga di artikan ide saya di setujui tapi gue ngak mau kalau loe yang
ambil, begitu kira-kita. Bagi saya hafal sudah ekspresi-ekspresi seperti
ini. Selain makan sekolah 6 tahun, 25 tahun di dunia korporasi plus
pengusaha membuat snap judgement saya kecil melesatnya, walaupun bisa
saja salah.
Mereka menjawa, kami minta waktu pak. Dan saya jawab,
jangan, saya tidak bisa menunggu, ya atau tidak itu saja putuskan. Toh
yang rapat juga kalian berlima, waktu sekrang saja. Ini yang saya tahu
“minta waktu” bisa membuat scenario bubar. BUY NOW dan scarcity
keterbatasan yang saya gunakan. Saya ngak punya waktu, keluar ruangan
ini ngak ada keputusan, penawaran batal.
Saya tahu sekali di
proyek P mereka sudah desperade, itu mungkin advantage posisi saya.
mereka tidak focus di proyek PT A sekarang. Penawaran yang tidak bisa
di tolak adalah solusi di proyek P tersebut. Info sebelum meeting akan
persoalan mereka di P menjadi solusi bersama sekarang. Mereka keluar
saya dapat aset solvabilitas baru.
Saya keluar ruangan berfikir.
Bagaimana cara saya bayar nilai 1,5 kali nilai proyek tersebut. Dalam
dunia poker… Ini bluffing gertakan, gebrakan di meja ,saya masuk dengan
cek tertulis . Kartu saya sebenarnya hanya dua pair. Kartu mereka saya
yakin lebih baik minimum ada threes bahkan full house, namun saya yakin
mereka keder jiper dengan tarohan di meja saja saat ini yang saya
letakan. Sekarang saya sudah tulis cek di meja, cek itu masih kosong.
Saya berfikir keras bagaimana mengisinya. # May peace be upon us