Rabu, 28 Oktober 2015

“ Dalam kehidupan perkawinan, kesalahan dalam memilih pasangan, jeritan hatinya akan panjang”

Selagi menunggu jadwal anak ketiga chevo sedang pertandingan renang kelompok umut 8-10 tahun sabtu pagi kemarin, secara tidak sengaja saya bertemu dengan direksi perusahaan saya yang 6 bulan ini saya tidak ketemu dengannya.
Rupanya diapun memiliki anak yang hari itu juga ikut kempetisi renang. Di kelompok umur 12-14 tahun. Bertemu dengan nya adalah hiburan tersendiri tentunya. Selain karena perusahaan yang dikelolanya bisa selalu keluar dalam banyak kondisi sulit, salah satu hal lain adalah karena perusahaan yang di kelolanya adalah yang memberikan kontribusi kepada perekonomian keluarga saya yang terbesar perbulannya dan terstabil hingga saat ini, sejak 15 tahun silam.
Tentunya salah satu kehebatannya adalah dia menjadi motor pemberi kontribusi terbanyak. Dengan kata lain dialah golden boy nya. Berusia 2 tahun lebih muda dari saya, sehingga energinya dan tenaganya masih bisa 100% dipakai , saranya sampai lebih dari 10 tahun ke depan.
Saya biasa memanggilnya dnegan kata akang karena kontribusi kehidupan keluarga nya yang turunan sunda serta hidupnya yang selama sekian tahun menggunakan bahasa sunda sebagai bahasa ibu, membuatnya sangat pas di panggil dengan sebutan akang.
Kang, putranya pertandingan urutan nomer berapa, dan ikut gaya apa saja? Saya bertanya kepadanya menanyakan kapan sang putranya bertanding .
Dijawab olehnya, kayanya free style urutan ke 34 mas. Kalo chevo urutan keberapa? Dia ke 22, pertama ikut estafet gaya bebas dia, saya jawab pertanyaanya.
Wah masih 1 sampai dua jam lagi kita nunggu nih, kata siakang sambil memasukan rokok di bibirnya. Itu adalah kebiasaanya yang sulit di lepaskan karena memang tidak ingin melepaskannya, yaitu merokok.
Gapapa, saya jawab, sambil nunggu saya mau nanya kabar apa di kantor yang terbaru?
O iya, saya mau lapor, kemarin kita direksi ber 4 memutuskan untuk melakukan test terhadap 18 manager dan VP di kantor kita. Kita ingin tahu siapa yang akan pantas untuk kita kader untuk pemimpin masa depan. Kita pakai lembaga inimas, katanya menyebutkan sebuah lembaga papan atas untuk manajemen HRD dalam assessment.
Wah, brand international? Ngak mahal tuh? Saya komentar
Iya, mahal,tapi ini bisa jadi benchmark kita ke depan buat GCG Good corporate govern nya mas. Jawab si akang sedikit defence.
Lalu apa hasilnya, saya bertanya cukup curious
Si akang menatap saya serius, tahu ngak mas apa komentar dari lembaga itu . wah pak, team bapak yang 18 orang ini rata-rata IQ nya di atas Astra pak. Diposisi sama dengan skill dfan jam terbang sama.
Wah, ge-er banget saya mas mendengar laporan begitu. Kata si akang bangga
Tapi, katanya selanjutnya, produktifitas dan deliver nya jauh di bawah!!
Jadi berkerut..maksudnya? bisa di terangin kayak saya anak SD deh…ngak faham saya istilah barusan
Iya mas, capasitas mereka tinggi, kompetensi mereka tinggi, kemapuan mereja tinggi, tetapi produktifitas mereka rendah.
Saya bertanya, produktifitas kan masalah manajemen? Masalah di reksi..mereka ngak salah dong?!..direksi yang salah, menurut saya loh..kata saya kemudian
Ya itulah mas..itu menjawab mengapa selama ini direksi kerja lebih banyak dari manajer dan VP nya. Karena direksi tidak punya kemampuan memimpin. Kita tidak di review di assess tapi kita di reksi ketohok nih.
Menarik! Kata saya kemudian, terus siapa top 3 hasil assessment terhadap 18 middle manajemen kita tersebut.

Si akang menyebutkan 3 buah nama. Dan saya yangterkejut. Kemudian saya tanya siapa 3 terendah nilainya hasil assessment. Si akang menyebut 3 nama. Nama tersebut tidak membuat saya terlalu kaget bahkan 2 dari 3 nama tersbeut sudah saya kira sebelumnya.
Ke 18 personel tersebut saya kenal , namun apapun pendapat saya, saya bukan direksi,. Hanya menjadi pertimbangan mereka, sehingga saya jarang komentar. Biarkan saja. Toh mereka yangkerja. Yang setiap hari bertemu dan berinteraksi.
Lalu kembali ke 3 nama yang di sebuthasil nilai assessment yang tertinggi nilainya. Mengapa saya terkejut, karena menurut saya 2 dari 3 nama tersebut memiliki hal yang dalam kalkulasi pendapt saya tidak masuk memiliki nilai tinggi.
Karena menurut saya, 2 orang tersebut memang pantas, kapisitas dan kompetnsinya saya tidak ragukan, cukup baik. Mengapa saya tidak memberi nilai tinggi dari assessment versi saya, sekali lagi dari versi saya. karena :collaboration quotient nya, menurut saya rendah.
Kemampuan kolaborasinya, kemampuannya melihat koneksi dan dealing rendah. Kalau individual player bermain tunggal atau double dia baik, tapi team, secara banyak, ada atasan, ada bawahan, ada peer jabatan setingkat dengannya, mengahdapi birokrat, menghadapi blue collar labor, kayaknya interpersonal skillnya rendah.
Laporan banyak orang yang tidak nyaman atas “attitude” nya rupanya tidak di pertibangkan. Atau tidak terbaca. Karena dalam perhitungan sekilas parameter test assement nya sulit menangkap “emosional base data” tersebut.
Kebanyakan menurut saya “informational base data” yang di cek. Hanya cognitive test.
Dan itu bukan survey parameter wowiek banget dah!!
Saya penggila information berbasis “emosi”. Inilah yang membuat saya berkerut terhadap putusan nilai 3 orang yang tertinggi tersebut. Memang sih, ngak ada lembaga yang menggunakan parameter emsoioanl base data tersebut. Benar juga bahwa collaboration skill testnya ngak ada yang punya. Karena ini memang ilmu specific, kebanyaknya informasi hanya bertanya berapa umur, berapa lama kerja di..?
Tapi bertanya menggunakan “high stake question” yang membuat orang yang di interview sulit menggunakan logikanya karena emosinya menguasainya, sehingga jawaban bernasi “perasaan” biasanya lebih akurat. Tapi cara bertanyanya khan ngak langsung? Seperti anda sayang mana? Ibu atau ayah?..hahaha..ini benar mengorek emosi perasaan tapi cara bertanyanya yang ngak pas.
Dalam assessment untuk collaboration quotient ini beda, dan bagi saya ini kunci sukses organisasi, dimana semuanya high caliber collaboration person. Di sesi lain kita akan bahas tulisan tentang ini ya. Kalau ada yang minat tentunya.
Namun disisi lain, assessment tersebut menjawab banyak hal bagi saya. saya senang dialog singkat tersebut dari direksi pengembangan usaha ini terjadi. Saya mendapatkan gambaran tambahan akan organsasi tersebut. Setidaknya untuk sedikit masa kedepan bisa saya mulai prediksi. Jujur, saya agak khawatir. # peace be upon us