Rabu, 28 Oktober 2015

“ Belajarlah merendah hingga tidak ada satu orang pun bisa merendahkan anda”

Mas, sudah lihat harga Aramco buat indikasi harga gas dan minyak akhir-akhir ini? Demikian mitra saya dalam pesan singkatnya di hape. Saya jawab, ngak akang? Kenapa? Ada yang aneh? Saya jawab text message itu.
Iya mas, coba perhatikan chart setahun terakhir deh? Jawabnya kemudian
Tanpa jeda saya langsung menyalakan monitors reuters yang dikantor jarang saya nyalakan. Saya tersendak, saya perhatikan dengan seksama dan pasti bahwa harga bergerak turun dan trend nya turun.
Harga turun naik dalam bar chart harian adalah hal yang biasa, namun gerakan harga dalam jangka panjang dalam hitungan tahunan, maka bar chart tersebut akan membuat sebuah figure atau symbol. Dan untuk dua harga minyak serta gas alam, terdapat fakta menarik..trend nya turun.
Dalam dunia bisnis, “trend is our friend”, maka harga bergerak turun tersebut dalam trend sulit di patahkan sampai ada indication fundamental kuat. Dan selama ini berita buruk seperti perang yang biasanya akan membuat oil gas demand naik, ternyata harga stabil…dan turun.
Ini merusak pemahaman fundamental bahwa kebutuhan fosil oil meningkat, supply ketersedianya terbatas. Dimana dalam teori demand supply harusnya kalau ketersedian terbatas demand tinggi harga naik atau trend naik. Ini anomaly. Kebalikan!
Dalam melihat harga tersebut terutama bagi saya ini berita buruk, sangat buruk. Saya sebenarnya juga bukan mengharap harga naik terus baru mendapatkan faedah namun yang saya atau mudah-mudahan banyak seperti saya adalah mengharapkan harga stabil. Kestabilan membuat semuanya terukur, calculated.
Saya menatap layar monitor tersebut dengan posisi berdiri. Lalu dengan membungkuk sedikit, menggantikan keyboard saya membuka bloombergs. Saya mulai melihat harga tambang lainnya nikel. Coal batubara, sin gas, CBM coal base methan, Gold bullion, diamond de beers, dan semua hard commodities lainnya.
Saya mulai menyadari sedikit dari sisi “Diablo” devil side of me. Sisi negative saya. ini bukan masalah biasa. Ini pasti ada mastermind nya.
Darah saya mulai naik temperaturnya. Gerakan harga tersebut membuat saya berimaginasi. Ini semua pasti ada yang mulai berfikir. Tidak mungkin harga bergerak sendiri. ada gerakan pasar, yang di sebut third movement. Atau penggerak ketiga. Sang mastermind.
Biasa, memain atau pedagang atau speculator akan ber berak dengan dua indikasi. Teknikal chart dan berita fundamental. Namun factor ke tiga tidak di tentukan dua indikasi diatas, yang namanya posychological movement. Indikasi gerakan berdasarkan gerakan “ big boys”. Terserah dia mau kemanakan harga tersebut.dan kita hanya bisa membaca gerakan berdasar data yang ada.
Dan meilhat gerakan saat ini adalah anomaly pasar, maka saya percaya, ada yang sedang “bermain”. Apakah sebuah Negara yang memainkan? Sepertinya saya tidak atau tepatnya belum ada data mengindikasi kearah sana. Karena hampir smeua Negara bleeding saat ini. Buktinya, amerika adalah Negara penghutang terbesar di dunia, rusia goyang di titik nadir tersendah era rusia modern di bawah putin dan china sedang bersin-bersin saat ini.
Begitu china flue, separuh dunia sakit berat.
Lalu siapa bermain?
Otak saya kembali kemasa kampus dimana di sesi kedua dalam mengambil ilmu say amemperlajari terapan aplikasi psikology yang sedikit orang mau mengambilnya. Saya pun terpaksa. Namanya juga dibayarin sponsor, yang kebetukan state sponsor. Jadilah sebuah bangku kampus yang dingin dan sepi saya duduki.
Jurusan criminal mind and forensic investigators, master degree. Di kelas yang dingin, ruang besar, muridnya 9. Satu angkatan hanya 23 orang. Jauh beda dengan bachelor degree sebelumnya dimana satu angkatan bisa ada 2000 orang yang mengambil jurusan applied psychology in business
Pelajaran hari pertama, jam pertama seorang dosen senior yang memiliki jam terbang di dunia militer mengajar. Dan ciri khan para dosen di kampus adalah menceritakan resetnya atau pengalamannya yang sangat beragam dan aneh-aneh. Salah satunya mengapa dunia saat ini begini versi sang dosen psikologi perang ini.
It’s a Rothschild story..mulailah dia menceritakan seroang yang menguasai dunia keuangan sejak 1760 di London mulainya yang saat ini adalah generasi ke 7 masih memnguasai dunia keuangan. Rothschild adalh perusahaan investment banking terbesar di dunia. Ada di 42 negara. Dan mengusai 2 hal yang menjadi “impian” dunia akan kemewahan. Gold mining dan belian. Dia menguasai pasar dengan de beers nya. Mengusai mulai dari tambang hingga mengontrol produksi dunia.
Pikiran saya melayang kesana. Mulailah saya melihat korelasi gerakan keduanya, adakah indikasi gerakan harga hard commodities ini dengan tindakan Rothschild di dunia korporasi. Hal ini saya harus lakukan dengan duduk di depan mbak google, dan mulai mengetik beberapa “word indication”, kata kunci mencari koneksi tersebut.
Lalu apa yang saya dapat hanya membuat kerutan didahi saya bertambah..
Ternyata, menurut saya, saat ini konflik-konflik di dunia lebih dari 70% berlatar belakang perebutan energi fosil. Negara penghasil fossil oil minyak bumi dan gas dinyatakan sebagai “zona perang”. Kita semua sudah kecanduan dengan minyak bumi ini, sehingga untuk sustainable life , untuk melangsungkan kehidupan manusia harus menguasai sumber nya.
Dan manusia serakah itu biasanya, state sponsor. Sebuah Negara besar yang mensponsori yang modalin. Dan caranya dengan tumpah darah. Mereka tidak turun langsung namun penduduk local di bentrokan dan di ciptakan dendam, anger, fight.
Saya masih tidak percaya dengan sintesa saya ini, di tambah lagi pikiran saya melambung kedepan. Jangan-jangan ke depan …konflik akan berlatar belakang perebutan energi hayati, pangan dan air.
Jika saat ini lokasi konflik dunia berasal di Timur Tengah atau yang kita kenal dengan sebutan “all spring” maka ke depan konflik dunia akan bergeser ke arah negara-negara dunia kaya akan sumber daya alam yang berada di equator termasuk Indonesia.
Rasanya kalau itu benar, maka kalau saya Negara besar yang melihat peluang asset sumber daya alam di Indonesia, kemungkinan besar saya akan bikin balkanisasi. Pecah menjadi beberapa Negara. Saya buat Indonesia menjadi 5 atau 6 negara. Toh saat ini pemimpinnya ngak memiliki kemampuan memahami keadaan tersebut, toh DPR parlemennya “self center” mementingkan diri dan partainya. Toh rakyatnya ngak “ngeh” karena lapar.
Saat ini semua nya sempurna untuk di pecah.
Mudah-mudahan saya salah, mudah-mudahan saya hanya melamun. # may peace always be opun us